Gereja Katedral Semarang Diteror Bom
A
A
A
SEMARANG - Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci atau dikenal Gereja Katedral Semarang, mendapat ancaman teror bom dari seseorang menjelang malam Natal 2014. Ancaman itu diterima, dan disampaikan jemaat setempat.
“Nama yang disebut itu Badri, tapi saat dilacak memang ada orangnya. Tapi orang sudah manula, tidak tahu apa–apa,” kata Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono, kepada wartawan, Rabu (24/12/2014).
Ditambahkan dia, ancaman itu belum terbukti, dan dimaksudkan sebagai teror saja. Namun begitu, pihaknya tetap melakukan penyisiran di lokasi, dan melakukan sterilisasi.
"Tim Gegana Brimob Polda Jateng telah diterjunkan, berbagai pemeriksaan juga telah dilakukan. Upaya sterilisasi sudah dilakukan, untuk persiapan umat Kristiani merayakan Natal," ungkapnya.
Demi mencegah terjadinya ancaman serupa, pihaknya melakukan pengamanan berlapis dan super ketat. Di antara pengamanan itu adalah pemasangan metal detector alias pendeteksi logam. Serta, melakukan patroli rutin, dan pengerahan anjing pelacak.
"Total personel yang diturunkan dalam pengamanan Natal dan Tahun Baru 2015, di Semarang, kami menurunkan 1.370 personel kepolisian, ditambah 490 anggota TNI, serta instansi terkait," tegasnya.
Seperti diketahui, Katedral yang berlokasi di dekat Kawasan Tugu Muda Semarang, merupakan gereja dengan jemaat yang cukup besar. Gereja ini sanggup menampung 5.000 umat.
Berdasarkan pengakuan Kepala Paroki Romo Luhur Prihadi, tahun ini pihaknya sudah mendapat dua kali ancaman. Salah satunya saat menjelang paskah. “Ada umat yang terima SMS, tetapi tidak jelas pengirimnya. Isinya ancaman pengeboman,” kata dia.
Sementara itu, berdasar data Biro Operasi Polda Jateng, ada total 2.814 gereja yang 203 di antaranya masuk kategori rawan. Ratusan gereja berkategori rawan itu, karena lokasinya dalam radius kelompok radikal di Jawa Tengah.
Deteksi intelijen menyebut, gerakan–gerakan kelompok radikal masih ada di Jawa Tengah, dan memang menjadi salah satu yang perlu diwaspadai menjelang perayaan Natal dan tahun baru ini.
Secara historis, sebagaimana data Polda Jawa Tengah, berdasar fakta hukum yang ada sejak tahun 2010–2013 di Jawa Tengah, telah terjadi beberapa kali aksi terorisme.
Mulai penyerangan pos polisi, teror pada gereja, hingga penembakan terhadap anggota Polri. Pelaku pidana terorisme yang berasal dari Jateng periode 2002-November 2014 ada 152 orang. Terinci 73 menjalani hukuman, 17 meninggal dunia, dan 62 sudah bebas.
“Nama yang disebut itu Badri, tapi saat dilacak memang ada orangnya. Tapi orang sudah manula, tidak tahu apa–apa,” kata Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono, kepada wartawan, Rabu (24/12/2014).
Ditambahkan dia, ancaman itu belum terbukti, dan dimaksudkan sebagai teror saja. Namun begitu, pihaknya tetap melakukan penyisiran di lokasi, dan melakukan sterilisasi.
"Tim Gegana Brimob Polda Jateng telah diterjunkan, berbagai pemeriksaan juga telah dilakukan. Upaya sterilisasi sudah dilakukan, untuk persiapan umat Kristiani merayakan Natal," ungkapnya.
Demi mencegah terjadinya ancaman serupa, pihaknya melakukan pengamanan berlapis dan super ketat. Di antara pengamanan itu adalah pemasangan metal detector alias pendeteksi logam. Serta, melakukan patroli rutin, dan pengerahan anjing pelacak.
"Total personel yang diturunkan dalam pengamanan Natal dan Tahun Baru 2015, di Semarang, kami menurunkan 1.370 personel kepolisian, ditambah 490 anggota TNI, serta instansi terkait," tegasnya.
Seperti diketahui, Katedral yang berlokasi di dekat Kawasan Tugu Muda Semarang, merupakan gereja dengan jemaat yang cukup besar. Gereja ini sanggup menampung 5.000 umat.
Berdasarkan pengakuan Kepala Paroki Romo Luhur Prihadi, tahun ini pihaknya sudah mendapat dua kali ancaman. Salah satunya saat menjelang paskah. “Ada umat yang terima SMS, tetapi tidak jelas pengirimnya. Isinya ancaman pengeboman,” kata dia.
Sementara itu, berdasar data Biro Operasi Polda Jateng, ada total 2.814 gereja yang 203 di antaranya masuk kategori rawan. Ratusan gereja berkategori rawan itu, karena lokasinya dalam radius kelompok radikal di Jawa Tengah.
Deteksi intelijen menyebut, gerakan–gerakan kelompok radikal masih ada di Jawa Tengah, dan memang menjadi salah satu yang perlu diwaspadai menjelang perayaan Natal dan tahun baru ini.
Secara historis, sebagaimana data Polda Jawa Tengah, berdasar fakta hukum yang ada sejak tahun 2010–2013 di Jawa Tengah, telah terjadi beberapa kali aksi terorisme.
Mulai penyerangan pos polisi, teror pada gereja, hingga penembakan terhadap anggota Polri. Pelaku pidana terorisme yang berasal dari Jateng periode 2002-November 2014 ada 152 orang. Terinci 73 menjalani hukuman, 17 meninggal dunia, dan 62 sudah bebas.
(san)