30 Rumah Warga Terancam
A
A
A
BANDUNG - Sekitar 30 rumah warga di Kelurahan Binongjati, Kecamatan Batununggal, terancam terkena luapan air Sungai Cikapundung Kolot setelah kirmir setinggi empat meter ambrol pada Minggu (21/12) malam.
Kirmir yang membentengi permukiman padat penduduk dengan sungai di RT 06/07, Kelurahan Binongjati, Kecamat an Batununggal, Kota Bandung itu ambrol sepanjang 15 meter. Tingginya volume air di Sungai Cikapundung Kolot diduga menjadi penyebab ambrolnya pembatas sungai dan permukiman warga pascahujan deras yang mengguyur Kota Bandung sejak Minggu (21/12) kemarin.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Kendati aparat kewilayahan dan warga telah membuat tanggul menggunakan karung berisi pasir, namun warga diminta tetap waspada.
“Karena ini letaknya pas ditikungan sungai, sehingga tanahnya tergerus. Makanya kami usahakan perbaikan selesai hari ini juga. Saya imbau warga untuk meng amankan diri menjauh dari sungai, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Camat Batununggal Sarjani Saleh kemarin.
Dia mengakui, banjir kerap terjadi di wilayahnya. Hal ini terjadi karena tingginya volume air sungai. Selain itu kata dia, banjir terjadi karena pendangkalan saluran yang terjadi di wilayah hilir. “Karena mungkin di hilir atau masuk ke Citarum mengalami pendangkalan atau penyempitan, sehingga terhambat di sini,” ujar Sarjani yang langsung datang meninjau lokasi bersama muspika setempat.
Sebagai langkah awal, pihanya sudah memasang karungkarung berisi pasir agar aliran sungai tidak mengalir ke kirmir yang ambrol. Langkah tersebut perlu dilakukan mengantisipasi masuknya air sungai saat hujan deras mengguyur Bandung. Sementara itu, ambrolnya kirmir tersebut terjadi tepat di depan rumah Ketua RT 06 Endang Sulaeman.
Akibatnya, rumah tersebut mengalami retak-retak di bagian teras dan terancam ambruk. Jalan selebar dua meter tepat berada di depan rumah Endang, yang sehari-harinya biasa dilalui warga turut hanyut terbawa aliran sungai. Tak hanya itu, kejadian tersebut juga menyebabkan retakan sepanjang 40 meter pada pagar sungai.
Endang menuturkan, kejadian tersebut terjadi pada Minggu pukul 23.30 WIB. Saat itu dia bersama keluarga sedang beristirahat. Tiba-tiba terdengar suara pergerakan tanah. “Anak saya bilang pak, pak, longsor. Pas saya lihat keluar, ternyata tanah sudah ambrol dan terbawa sungai,” ujar Endang kepada KORAN SINDO di lokasi kejadian.
Menurut Endang, sebelum kejadian terjadi, pada siang harinya hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Derasnya air yang mengalir di Sungai Cikapundung Kolot, membuat air meluap ke rumah-rumah penduduk melalui gorong-gorong. “Banjir mulai terjadi sekitar pukul 15.00. Pokoknya setelah Ashar. Air dari gorong-gorong masuk ke permukiman warga. Tapi untungnya tidak masuk ke dalam rumah,” katanya.
Ambrolnya kirmir juga membuat retakan di sejumlah rumah warga yang letaknya persis berada di samping sungai. “Iya rumah saya retakretak. Tapi untungnya bagian terasnya saja. Bagian dalam alhamdulillah aman,” ujar salah seorang warga Asep, 26, yang rumahnya terkena dampak ambrolnya kirmir sungai.
Dian Rosadi
Kirmir yang membentengi permukiman padat penduduk dengan sungai di RT 06/07, Kelurahan Binongjati, Kecamat an Batununggal, Kota Bandung itu ambrol sepanjang 15 meter. Tingginya volume air di Sungai Cikapundung Kolot diduga menjadi penyebab ambrolnya pembatas sungai dan permukiman warga pascahujan deras yang mengguyur Kota Bandung sejak Minggu (21/12) kemarin.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Kendati aparat kewilayahan dan warga telah membuat tanggul menggunakan karung berisi pasir, namun warga diminta tetap waspada.
“Karena ini letaknya pas ditikungan sungai, sehingga tanahnya tergerus. Makanya kami usahakan perbaikan selesai hari ini juga. Saya imbau warga untuk meng amankan diri menjauh dari sungai, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Camat Batununggal Sarjani Saleh kemarin.
Dia mengakui, banjir kerap terjadi di wilayahnya. Hal ini terjadi karena tingginya volume air sungai. Selain itu kata dia, banjir terjadi karena pendangkalan saluran yang terjadi di wilayah hilir. “Karena mungkin di hilir atau masuk ke Citarum mengalami pendangkalan atau penyempitan, sehingga terhambat di sini,” ujar Sarjani yang langsung datang meninjau lokasi bersama muspika setempat.
Sebagai langkah awal, pihanya sudah memasang karungkarung berisi pasir agar aliran sungai tidak mengalir ke kirmir yang ambrol. Langkah tersebut perlu dilakukan mengantisipasi masuknya air sungai saat hujan deras mengguyur Bandung. Sementara itu, ambrolnya kirmir tersebut terjadi tepat di depan rumah Ketua RT 06 Endang Sulaeman.
Akibatnya, rumah tersebut mengalami retak-retak di bagian teras dan terancam ambruk. Jalan selebar dua meter tepat berada di depan rumah Endang, yang sehari-harinya biasa dilalui warga turut hanyut terbawa aliran sungai. Tak hanya itu, kejadian tersebut juga menyebabkan retakan sepanjang 40 meter pada pagar sungai.
Endang menuturkan, kejadian tersebut terjadi pada Minggu pukul 23.30 WIB. Saat itu dia bersama keluarga sedang beristirahat. Tiba-tiba terdengar suara pergerakan tanah. “Anak saya bilang pak, pak, longsor. Pas saya lihat keluar, ternyata tanah sudah ambrol dan terbawa sungai,” ujar Endang kepada KORAN SINDO di lokasi kejadian.
Menurut Endang, sebelum kejadian terjadi, pada siang harinya hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Derasnya air yang mengalir di Sungai Cikapundung Kolot, membuat air meluap ke rumah-rumah penduduk melalui gorong-gorong. “Banjir mulai terjadi sekitar pukul 15.00. Pokoknya setelah Ashar. Air dari gorong-gorong masuk ke permukiman warga. Tapi untungnya tidak masuk ke dalam rumah,” katanya.
Ambrolnya kirmir juga membuat retakan di sejumlah rumah warga yang letaknya persis berada di samping sungai. “Iya rumah saya retakretak. Tapi untungnya bagian terasnya saja. Bagian dalam alhamdulillah aman,” ujar salah seorang warga Asep, 26, yang rumahnya terkena dampak ambrolnya kirmir sungai.
Dian Rosadi
(ftr)