Bupati Kecewa Tanggul Jebol Lagi
A
A
A
TASIKMALAYA - Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum mengaku kecewa dengan kembali jebolnya tanggul penahan banjir di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya.
Sehingga hal itu berakibat terendamnya rumah milik warga di empat perkampung. Banjir juga merendam sekolah, kantor desa, pustu, dan pesantren, serta membuat penduduk nyaris tak bisa beraktivitas. Padahal, pascabencana banjir setahun silam, Pemkab Tasikmalaya sempat berkoordinasi dengan BPSDA Sungai Cikidang dan Citanduy untuk mengatasi persoalan tersebut.
Tanggul sempat diperbaiki dan di tinggikan, namun kini banjir tetap me rendam permukiman warga. Meskipun rendaman air tidak separah seperti setahun silam. Namun tetap saja mengganggu aktivitas warga.
“Soal penanganan sungai ada lah tanggung jawab BPSDA. Kalau kami fokus pada penanganan warga. Namun tentunya harus ada upaya yang dilakukan, salah satunya dengan berkoordinasi bersama penanggungjawabnya. Namun melihat kondisi saat ini jelas saya sedikit kecewa. Kenapa tanggulnya tidak bisa menahan banjir yang datang dari kedua sungai itu. Padahal kejadian kali ini bukan yang pertama kalinya,” ungkap Uu.
Pascabanjir di kawasan Sukaresik dan sebagian Ciawi, BPBD Kabupaten Tasikmalaya beserta dengan sejumlah relawan langsung turun kelapangan. Mereka mengevakuasi warga, serta berupaya men distribusikan makanan dan juga perlengkapan yang dibutuhkan. Kondisinya, nyaris setengah rumah terendam. Banyak warga yang bertahan dengan alasan kha watir barangbarangnya hilang.
“Bantuan berupa sembako, selimut, dan sebagainya telah kami distribusikan dan di persiapkan di posko untuk dua hingga tiga hari ke depan. Hanya saja yang dikhawatirkan ban jir susulan kembali terjadi dan mengancam keselamatan warga. Makanya saya imbau agar mereka waspada sehingga tidak sampai jatuh korban jiwa,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Tasikmalaya Kundang Sodikin.
Sementara itu, Solihin, 39, warga Kampung Bojongsoban mengaku, tetap bertahan dirumahnya yang terendam banjir karena menjaga barang-barang yang ada di rumahnya. “Kalau anak dan istri telah saya ungsikan ke rumah saudara di Ciawi. Saya sendiri bertahan di sini menunggui rumah. Apalagi banjirnya tidak separah seperti tahun lalu,” kata Solihin.
Nanang Kuswara
Sehingga hal itu berakibat terendamnya rumah milik warga di empat perkampung. Banjir juga merendam sekolah, kantor desa, pustu, dan pesantren, serta membuat penduduk nyaris tak bisa beraktivitas. Padahal, pascabencana banjir setahun silam, Pemkab Tasikmalaya sempat berkoordinasi dengan BPSDA Sungai Cikidang dan Citanduy untuk mengatasi persoalan tersebut.
Tanggul sempat diperbaiki dan di tinggikan, namun kini banjir tetap me rendam permukiman warga. Meskipun rendaman air tidak separah seperti setahun silam. Namun tetap saja mengganggu aktivitas warga.
“Soal penanganan sungai ada lah tanggung jawab BPSDA. Kalau kami fokus pada penanganan warga. Namun tentunya harus ada upaya yang dilakukan, salah satunya dengan berkoordinasi bersama penanggungjawabnya. Namun melihat kondisi saat ini jelas saya sedikit kecewa. Kenapa tanggulnya tidak bisa menahan banjir yang datang dari kedua sungai itu. Padahal kejadian kali ini bukan yang pertama kalinya,” ungkap Uu.
Pascabanjir di kawasan Sukaresik dan sebagian Ciawi, BPBD Kabupaten Tasikmalaya beserta dengan sejumlah relawan langsung turun kelapangan. Mereka mengevakuasi warga, serta berupaya men distribusikan makanan dan juga perlengkapan yang dibutuhkan. Kondisinya, nyaris setengah rumah terendam. Banyak warga yang bertahan dengan alasan kha watir barangbarangnya hilang.
“Bantuan berupa sembako, selimut, dan sebagainya telah kami distribusikan dan di persiapkan di posko untuk dua hingga tiga hari ke depan. Hanya saja yang dikhawatirkan ban jir susulan kembali terjadi dan mengancam keselamatan warga. Makanya saya imbau agar mereka waspada sehingga tidak sampai jatuh korban jiwa,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Tasikmalaya Kundang Sodikin.
Sementara itu, Solihin, 39, warga Kampung Bojongsoban mengaku, tetap bertahan dirumahnya yang terendam banjir karena menjaga barang-barang yang ada di rumahnya. “Kalau anak dan istri telah saya ungsikan ke rumah saudara di Ciawi. Saya sendiri bertahan di sini menunggui rumah. Apalagi banjirnya tidak separah seperti tahun lalu,” kata Solihin.
Nanang Kuswara
(ftr)