Membangkitkan Semangat Pariwisata lewat Karo Volcano Park
A
A
A
MEDAN - Karo merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara (Sumut) yang mempunyai potensi wisata dan pertanian luar biasa.
Namun, saat ini daerah yang kerap dikenal dengan sebutan “Bumi Turang” tersebut semakin ketinggalan karena dampak dari erupsi letusan Gunung Sinabung. Hingga saat ini, Sinabung masih terus mengeluarkan abu vulkanik dan guguran lava pijar. Pertanyaannya, apakah Kabupaten Karo tidak bisa berkembang selama bencana itu tetap ada hingga masa yang tidak pernah diketahui?
Seorang geolog lulusan Universitas Pembangunan Nusantara (UPN) Veteran Yogyakarta yang juga putra daerah Kabupaten Karo, Jonathan Tarigan, menyebutkan hal yang sangat mengejutkan. Menurut dia, masyarakat Karo terutama yang tinggal di kawasan daerah bencana harus mampu dan bisa bersahabat dengan alam, terutama Gunung Sinabung. Jonathan menilai bahwa karakteristik Gunung Sinabung sangatlah unik.
Menurut penelitian yang pernah dilakukan di sejumlah gunung berapi di Indonesia, Sinabung memiliki pergerakan yang sangat berbeda dengan gunung berapi seperti di Pulau Jawa dan lainnya. Menurut dia, Sinabung akan terus mengeluarkan guguran dan hanya akan seperti itu. Sebab, tekanan gas yang berasal dari perut bumi di dalam Gunung Sinabung tidaklah begitu kuat.
Hal ini dibuktikan dengan adanya tekanan gas yang membuat letusan kecil yang membentuk guguran. Gunung Sinabung memiliki keterkaitan dengan empat gunung berapi di sekitarnya yang masih terletak di Kabupaten Karo, di antaranya Gunung Sipiso-piso di kawasan Tongging; Gunung Barus yang dapat diamati langsung dari Desa Peceren, Tongkoh atau dari Desa Tanjung Barus.
Lalu, Gunung Pintau di kawasan Desa Doulu, Berastagi; dan dua gunung api kembar yaitu Gunung Sibayak tua dan Gunung Sibayak muda. Dari Gunung Sipiso-piso, peristiwa letusan dahsyat dari supervolcano Toba dapat kembali direkonstruksi. Sementara di kawasan gunung api kembar Sibayak tua dan Sibayak muda dikenal dengan keindahan alam dan iklimnya yang sejuk.
Kawasan Gunung Sibayak juga menghasilkan panas bumi dan menjadi lokasi wisata pemandian air panas belerang. Kawasan Gunung Sibayak juga menghasilkan air mineral yang saat ini dikelola salah satu pabrik minuman luar negeri. Jonathan juga menjelaskan, melalui sejarah kedua Gunung Pintau di Kabupaten Karo pernah terjadi letusan yang dahsyat yang menyisakan dinding kaldera yang dapat diamati dari kawasan Desa Doulu.
Kaldera merupakan dinding kawah gunung api yang terbentuk oleh letusan puncak yang cukup kuat dengan tingkat kekuatan letusan sekitar lima skala richter (SR). Sebagai perbandingan, tingkat kekuatan letusan Gunung Sinabung berada pada sekitar 3 SR.
“Ahli geologi Belanda, RW Van Bemmelen, menyatakan bahwa Gunung Pintau merupakan bagian dari Gunung Batak Tumor yang merupakan supervolcano yang meletus dan membentuk kaldera Toba yang dikenal dengan Danau Toba sekarang ini. Boleh jadi, sebelum supervolcano Toba meletus, Gunung Pintau sudah berkali-kali meletus terlebih dahulu,” ungkap Jonathan.
Maka dari itu, Kabupaten Karo merupakan wilayah yang sangat luar biasa. Wisatawan akan disajikan pemandangan indah, udara segar, tanaman yang subur, budaya yang unik dan menarik, serta pengetahuan tentang penelitian geologi dari kelima gunung api yang berada di sana. Pemkab Karo seharusnya dapat lebih tanggap terhadap potensi alam dan budaya yang ada di Karo saat ini.
Selain Air Terjun Sipiso-piso di Tongging, masih ada Air Terjun Sikulikap. Danau Lau Kawar juga ada di kaki Gunung Sinabung. Sebelum letusan besar terjadi tahun 2013, Danau Lau Kawar masih banyak dikunjungi wisatawan lokal. Selain itu, ada gua perawan Liang Dahar yang terletak di Desa Kuta Buluh, dan pemandangan dari puncak Uruk Ndoholi menyerupai bukit Gundaling di Berastagi.
“Kami berusaha terus meningkatkan pariwisata Karo melalui program Karo Volcano Park ini. Beberapa waktu yang lalu kami sudah adakan kegiatan Sepeda Santai Tour de Sinambung. Dengan begitu, masyarakat Karo akan sangat terbantu dari segi ekonomi, dan Kabupaten Karo akan semakin dikenal masyarakat,” ungkap Hana Bangun, salah satu relawan yang tergabung dalam LSM Tanah Karo Hebat.
Kadri Boy Tarigan Fotografer Koran SINDO
Namun, saat ini daerah yang kerap dikenal dengan sebutan “Bumi Turang” tersebut semakin ketinggalan karena dampak dari erupsi letusan Gunung Sinabung. Hingga saat ini, Sinabung masih terus mengeluarkan abu vulkanik dan guguran lava pijar. Pertanyaannya, apakah Kabupaten Karo tidak bisa berkembang selama bencana itu tetap ada hingga masa yang tidak pernah diketahui?
Seorang geolog lulusan Universitas Pembangunan Nusantara (UPN) Veteran Yogyakarta yang juga putra daerah Kabupaten Karo, Jonathan Tarigan, menyebutkan hal yang sangat mengejutkan. Menurut dia, masyarakat Karo terutama yang tinggal di kawasan daerah bencana harus mampu dan bisa bersahabat dengan alam, terutama Gunung Sinabung. Jonathan menilai bahwa karakteristik Gunung Sinabung sangatlah unik.
Menurut penelitian yang pernah dilakukan di sejumlah gunung berapi di Indonesia, Sinabung memiliki pergerakan yang sangat berbeda dengan gunung berapi seperti di Pulau Jawa dan lainnya. Menurut dia, Sinabung akan terus mengeluarkan guguran dan hanya akan seperti itu. Sebab, tekanan gas yang berasal dari perut bumi di dalam Gunung Sinabung tidaklah begitu kuat.
Hal ini dibuktikan dengan adanya tekanan gas yang membuat letusan kecil yang membentuk guguran. Gunung Sinabung memiliki keterkaitan dengan empat gunung berapi di sekitarnya yang masih terletak di Kabupaten Karo, di antaranya Gunung Sipiso-piso di kawasan Tongging; Gunung Barus yang dapat diamati langsung dari Desa Peceren, Tongkoh atau dari Desa Tanjung Barus.
Lalu, Gunung Pintau di kawasan Desa Doulu, Berastagi; dan dua gunung api kembar yaitu Gunung Sibayak tua dan Gunung Sibayak muda. Dari Gunung Sipiso-piso, peristiwa letusan dahsyat dari supervolcano Toba dapat kembali direkonstruksi. Sementara di kawasan gunung api kembar Sibayak tua dan Sibayak muda dikenal dengan keindahan alam dan iklimnya yang sejuk.
Kawasan Gunung Sibayak juga menghasilkan panas bumi dan menjadi lokasi wisata pemandian air panas belerang. Kawasan Gunung Sibayak juga menghasilkan air mineral yang saat ini dikelola salah satu pabrik minuman luar negeri. Jonathan juga menjelaskan, melalui sejarah kedua Gunung Pintau di Kabupaten Karo pernah terjadi letusan yang dahsyat yang menyisakan dinding kaldera yang dapat diamati dari kawasan Desa Doulu.
Kaldera merupakan dinding kawah gunung api yang terbentuk oleh letusan puncak yang cukup kuat dengan tingkat kekuatan letusan sekitar lima skala richter (SR). Sebagai perbandingan, tingkat kekuatan letusan Gunung Sinabung berada pada sekitar 3 SR.
“Ahli geologi Belanda, RW Van Bemmelen, menyatakan bahwa Gunung Pintau merupakan bagian dari Gunung Batak Tumor yang merupakan supervolcano yang meletus dan membentuk kaldera Toba yang dikenal dengan Danau Toba sekarang ini. Boleh jadi, sebelum supervolcano Toba meletus, Gunung Pintau sudah berkali-kali meletus terlebih dahulu,” ungkap Jonathan.
Maka dari itu, Kabupaten Karo merupakan wilayah yang sangat luar biasa. Wisatawan akan disajikan pemandangan indah, udara segar, tanaman yang subur, budaya yang unik dan menarik, serta pengetahuan tentang penelitian geologi dari kelima gunung api yang berada di sana. Pemkab Karo seharusnya dapat lebih tanggap terhadap potensi alam dan budaya yang ada di Karo saat ini.
Selain Air Terjun Sipiso-piso di Tongging, masih ada Air Terjun Sikulikap. Danau Lau Kawar juga ada di kaki Gunung Sinabung. Sebelum letusan besar terjadi tahun 2013, Danau Lau Kawar masih banyak dikunjungi wisatawan lokal. Selain itu, ada gua perawan Liang Dahar yang terletak di Desa Kuta Buluh, dan pemandangan dari puncak Uruk Ndoholi menyerupai bukit Gundaling di Berastagi.
“Kami berusaha terus meningkatkan pariwisata Karo melalui program Karo Volcano Park ini. Beberapa waktu yang lalu kami sudah adakan kegiatan Sepeda Santai Tour de Sinambung. Dengan begitu, masyarakat Karo akan sangat terbantu dari segi ekonomi, dan Kabupaten Karo akan semakin dikenal masyarakat,” ungkap Hana Bangun, salah satu relawan yang tergabung dalam LSM Tanah Karo Hebat.
Kadri Boy Tarigan Fotografer Koran SINDO
(bhr)