Kisah Hutomo Lolos dari Maut Longsor Banjarnegara
A
A
A
BANJARNEGARA - Korban longsor yang beruntung lainnya adalah Hutomo Aktif Suprianto (59). Meski sempat tergulung lumpur bersama material longsor lainnya hingga sejauh 300 meter, nyawanya tertolong.
"Awalnya ada suara gemuruh, warga pada berlarian keluar rumah dan berteriak 'ayo cari selamat'. Lumpur dan tanah itu seperti disiramkan dari atas," katanya, Selasa (16/12/2014).
Hutomo mengaku sudah berusaha lari dari kejaran material longsoran itu, untuk mencari dataran yang lebih tinggi. Namun dia tetap terjebak tanah longsoran.
"Saya didorong material tanah itu ke tebing. Kemudian terbawa arus hingga sekitar 300 meter dari lokasi awal, digulung-gulung sampai ke tepi sungai seperti molen," terangnya.
Lumpur menyudutkannya hingga tangan kirinya terjepit sebuah kayu. Hampir seluruh tubuhnya tertimbun lumpur dan hanya tersisa kepalanya yang muncul ke permukaan.
"Untungnya posisi terakhir kepala berada di atas. Jadi saya masih bisa bernapas. Saya cuma berpikir pokoknya saya belum mau mati. Kemudian saya usap lumpur di wajah saya," paparnya.
Harapan hidupnya kembali muncul melihat banyak warga desa tetangganya. Dirinya berteriak meminta pertolongan warga Desa Slatri.
"Saya teriak minta tolong, 'tolong warga Slatri, tolong saya. Tapi nggak langsung nolong. Sebab posisi sungai sebagian tertutup lumpur dan sungainya dalam," jelasnya.
Akhirnya, dia berhasil dievakuasi oleh warga setempat. Dari kejadian itu, Hutomo hanya mengalami luka ringan. Namun istri dan keponakannya sekeluarga tewas.
"Saya cuma lecet-lecet. Tapi istri dan keponakan beserta istri dan anaknya meninggal. Kebetulan keponakan saya dan anak istrinya sedang berkunjung ke rumah. Istri sudah saya makamkan, keponakan belum ketemu," tambahnya.
Dia berharap ada perhatian dari pemerintah. Sebab pekarangannya sudah rata dengan tanah.
"Untuk warga seperti kami mohon diperhatikan. Enggak enak juga kan kalau saya numpang anak saya terus. Sementara lahan saya sudah hilang."
"Awalnya ada suara gemuruh, warga pada berlarian keluar rumah dan berteriak 'ayo cari selamat'. Lumpur dan tanah itu seperti disiramkan dari atas," katanya, Selasa (16/12/2014).
Hutomo mengaku sudah berusaha lari dari kejaran material longsoran itu, untuk mencari dataran yang lebih tinggi. Namun dia tetap terjebak tanah longsoran.
"Saya didorong material tanah itu ke tebing. Kemudian terbawa arus hingga sekitar 300 meter dari lokasi awal, digulung-gulung sampai ke tepi sungai seperti molen," terangnya.
Lumpur menyudutkannya hingga tangan kirinya terjepit sebuah kayu. Hampir seluruh tubuhnya tertimbun lumpur dan hanya tersisa kepalanya yang muncul ke permukaan.
"Untungnya posisi terakhir kepala berada di atas. Jadi saya masih bisa bernapas. Saya cuma berpikir pokoknya saya belum mau mati. Kemudian saya usap lumpur di wajah saya," paparnya.
Harapan hidupnya kembali muncul melihat banyak warga desa tetangganya. Dirinya berteriak meminta pertolongan warga Desa Slatri.
"Saya teriak minta tolong, 'tolong warga Slatri, tolong saya. Tapi nggak langsung nolong. Sebab posisi sungai sebagian tertutup lumpur dan sungainya dalam," jelasnya.
Akhirnya, dia berhasil dievakuasi oleh warga setempat. Dari kejadian itu, Hutomo hanya mengalami luka ringan. Namun istri dan keponakannya sekeluarga tewas.
"Saya cuma lecet-lecet. Tapi istri dan keponakan beserta istri dan anaknya meninggal. Kebetulan keponakan saya dan anak istrinya sedang berkunjung ke rumah. Istri sudah saya makamkan, keponakan belum ketemu," tambahnya.
Dia berharap ada perhatian dari pemerintah. Sebab pekarangannya sudah rata dengan tanah.
"Untuk warga seperti kami mohon diperhatikan. Enggak enak juga kan kalau saya numpang anak saya terus. Sementara lahan saya sudah hilang."
(zik)