Seren Taun Cigugur Kuningan
A
A
A
Seren taun merupakan gelaran budaya tradisional masyarakat agraris Sunda yang masih dilaksanakan oleh masyarakat adat di Kelurahan/Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.
Melalui upacara adat seren taunyang digelar pada 22 Rayagung Tahun 1947 Saka di Cagar Budaya Nasional Paseban Tri Panca Tunggal, masyarakat adat Cigugur menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diperoleh. Mereka juga memohon berkah dan perlindungan untuk tahun yang akan datang.
Upacara adat seren taun merupakan cermin kesadaran atas kenyataan yang diterima yakni hidup dan kehidupan, kehalusan budi, cinta kasih, tata karma dalam sentuhan cipta, rasa, dan karsa. Naluri leluhur masyarakat Sunda menggugah dan menggetarkan rasa serta pikiran bahwa di luar kehidupan ini terdapat yang lebih berkuasa melebihi akal dan pikiran.
Tuhan memberikan kesuburan melalui Dewi Sri yang menjadi perantara turunnya rejeki dari langit ke bumi. Kisah-kisah klasik yang dituangkan melalui seni tradisional tersebut mewarnai sakralnya seren taun. Helaranatau pawai budaya, kidung spiritual, ritual ngareremokeun yang menggabungkan tari Sang Hyang Asri Pwah Haci dan angklung kanekes, tari buyung, ngajayak, hingga penumbukan padi menjadi rangkaian seren taun masyarakat adat Cigugur, Kuningan.
Sebuah rentetan ekspresi atas betapa murah dan asihnya Tuhan dalam menganugerahkan kehidupan dari tahun ke tahun bahkan dari generasi ke generasi. Maka wajar dan sepantasnya untuk tetap dan selalu mensyukuri setiap tetes karunia-Nya.
Teks dan Foto: Djuli Pamungkas
Melalui upacara adat seren taunyang digelar pada 22 Rayagung Tahun 1947 Saka di Cagar Budaya Nasional Paseban Tri Panca Tunggal, masyarakat adat Cigugur menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diperoleh. Mereka juga memohon berkah dan perlindungan untuk tahun yang akan datang.
Upacara adat seren taun merupakan cermin kesadaran atas kenyataan yang diterima yakni hidup dan kehidupan, kehalusan budi, cinta kasih, tata karma dalam sentuhan cipta, rasa, dan karsa. Naluri leluhur masyarakat Sunda menggugah dan menggetarkan rasa serta pikiran bahwa di luar kehidupan ini terdapat yang lebih berkuasa melebihi akal dan pikiran.
Tuhan memberikan kesuburan melalui Dewi Sri yang menjadi perantara turunnya rejeki dari langit ke bumi. Kisah-kisah klasik yang dituangkan melalui seni tradisional tersebut mewarnai sakralnya seren taun. Helaranatau pawai budaya, kidung spiritual, ritual ngareremokeun yang menggabungkan tari Sang Hyang Asri Pwah Haci dan angklung kanekes, tari buyung, ngajayak, hingga penumbukan padi menjadi rangkaian seren taun masyarakat adat Cigugur, Kuningan.
Sebuah rentetan ekspresi atas betapa murah dan asihnya Tuhan dalam menganugerahkan kehidupan dari tahun ke tahun bahkan dari generasi ke generasi. Maka wajar dan sepantasnya untuk tetap dan selalu mensyukuri setiap tetes karunia-Nya.
Teks dan Foto: Djuli Pamungkas
(ars)