Kanjeng Ratu Kidul Istri Spiritual Raja-Raja Mataram?
A
A
A
Kanjeng Ratu Kidul adalah tokoh legenda yang sangat populer di kalangan masyarakat di Pulau Jawa. Sosok ini secara umum sering disamakan dengan Nyi Roro Kidul.
Kanjeng Ratu Kidul diyakini memiliki kekuasaan atas laut selatan. Menurut kepercayaan sebagian masyarakat Jawa, dia merupakan pasangan spiritual para raja keturunan dari Mataram baik di Keraton Yogyakarta maupun Surakarta dimulai dari Panembahan Senopati hingga sekarang.
Hal ini berdasarkan Babad Tanah Jawi dari abad ke-16 yang menyebut Kanjeng Ratu Kidul sebagai mempelai raja-raja Mataram. Sementara masyarakat yang lainnya menyatakan sosok Kanjeng Ratu Kidul hanyalah mitos belaka.
Menurut cerita Babad Tanah Jawi, Panembahan Senopati atau Raden Sutawijaya saat itu berkeinginan untuk mendirikan sebuah kerajaan yang baru, yaitu Kesultanan Mataram, diluar dari kekuasaan Kesultanan Pajang yang dipimpin Sultan Hadiwijaya.
Lalu Sutawijaya melakukan tapa brata di Pantai Parang Kusumo. Meditasinya menyebabkan terjadinya fenomena supernatural yang mengganggu kerajaan di Laut Selatan.
Sang kanjeng ratu datang ke pantai untuk melihat siapa yang menyebabkan gangguan di kerajaannya.
Saat melihat pangeran yang tampan, dia jatuh cinta dan meminta Sutawijaya untuk menghentikan tapanya.
Sebagai gantinya, sang ratu penguasa alam spiritual di laut selatan ini setuju untuk membantunya dalam mendirikan kerajaan yang baru.
Syaratnya Sutawijaya maupun keturunannya kelas harus menjadi pasangan spiritualnya jika kerajaannya ingin tetap langgeng.
Kisah ini bukan hanya isapan jempol dan masih terlihat dari upacara adat Keraton Yogyakarta maupun Keraton Surakarta.
Seperti pada saat arak-arakan Kirab Jumenengan (penobatan) Hamengku Buwono (HB) IX dan HB X yang memakai Kereta Kencana Garuda Yeksa terjadi peristiwa yang sangat menarik.
Di mana HB IX duduk di Kereta Garuda Yeksa pada bagian sebelah kiri dan memberi ruang kosong di sebelah kanannya.
Walaupun hanya sendirian HB IX tidak duduk di tengah kereta. Hal yang sama juga terjadi saat penobatan KGPH Mangkubumi sebagai HB X.
Sri Sultan HB IX yang duduk di Kereta Kencana Garuda Yeksa, tidak pernah duduk di tengah-tengah. Seolah Sultan menyisakan tempat duduk untuk seseorang. Tempat itu konon diduduki oleh Kanjeng Ratu Kidul.
Selain itu, pada saat acara-acara resmi penting Keraton Yogyakarta. Selalu ada satu kursi di samping Sultan yang dikosongkan. Itu diperuntukkan bagi Kanjeng Ratu Kidul.
Sementara bagi Keraton Surakarta juga disediakan bangunan khusus untuk Sultan bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul yaitu Panggung Sangga Buwana (bangunan berbentuk seperti menara, di dalam Keraton).
Berdasarkan keterangan salah satu abdi dalem dan kerabat Keraton Surakarta, Kanjeng Ratu Kidul sudah tidak menjadi istri spiritual Raja Surakarta lagi sejak Raden Sayiddin Malikul Kusno menjadi Paku Buwono (PB) X.
Karena saat Raden Sayiddin Malikul Kusno masih berumur tiga tahun konon terjadi pertemuan antara Raden Mas Duksino atau PB IX dengan Kanjeng Ratu Kidul di Panggung Sangga Buwana.
Saat pertemuan itu PB IX mengajak putranya Sayiddin Malikul Kusno yang masih balita. Saat pertemuan raja dan Ratu Kidul, tiba-tiba Sayiddin Malikul Kusno hendak terjatuh. Namun diselamatkan oleh Kanjeng Ratu Kidul. Saat menyelamatkan tersebut, ratu memanggil anak tersebut dengan sebutan "anakku". Sejak itulah anak tersebut benar-benar dianggap sebagai anak sendiri oleh Kanjeng Ratu Kidul.
Sejak peristiwa tersebut, Kanjeng Ratu Kidul sudah tidak menjadi istri spiritual Raja Surakarta lagi. Namun, Kanjeng Ratu Kidul masih sering hadir dalam momen-momen tertentu. Seperti saat ada ritual tari sakral 'Bedaya Ketawang'.
Dalam tarian tersebut ada 9 penari, salah satu pasti akan menyatu, didatangi Kanjeng Ratu Kidul. Akan terlihat auranya, tariannya juga pasti beda dengan penari yang lain. Lebih lembut, lemas dan luwes, dan sangat menjiwai. Karena tarian itu konon diciptakan sendiri oleh Kanjeng Ratu Kidul.
Menurut kepercayaan di kalangan keraton, Tari Bedaya Ketawang digelar setiap tahun, yang dipercaya sebagai persembahan kepada Kanjeng Ratu Kidul.
Pada saat ritual itu berlangsung satu kursi di samping Paku Buwono juga dikosongkan. Itu juga konon diperuntukkan bagi Kanjeng Ratu Kidul.
Namun sejumlah pengamat sejarah kebanyakan beranggapan, keyakinan akan Kanjeng Ratu Kidul sebagai istri spritual raja-raja keturunan Mataram memang dibuat untuk melegitimasi kekuasaan dinasti Mataram.
Wallahualam bissawab.
Sumber : (wikipedia dan diolah dari berbagai sumber)
Kanjeng Ratu Kidul diyakini memiliki kekuasaan atas laut selatan. Menurut kepercayaan sebagian masyarakat Jawa, dia merupakan pasangan spiritual para raja keturunan dari Mataram baik di Keraton Yogyakarta maupun Surakarta dimulai dari Panembahan Senopati hingga sekarang.
Hal ini berdasarkan Babad Tanah Jawi dari abad ke-16 yang menyebut Kanjeng Ratu Kidul sebagai mempelai raja-raja Mataram. Sementara masyarakat yang lainnya menyatakan sosok Kanjeng Ratu Kidul hanyalah mitos belaka.
Menurut cerita Babad Tanah Jawi, Panembahan Senopati atau Raden Sutawijaya saat itu berkeinginan untuk mendirikan sebuah kerajaan yang baru, yaitu Kesultanan Mataram, diluar dari kekuasaan Kesultanan Pajang yang dipimpin Sultan Hadiwijaya.
Lalu Sutawijaya melakukan tapa brata di Pantai Parang Kusumo. Meditasinya menyebabkan terjadinya fenomena supernatural yang mengganggu kerajaan di Laut Selatan.
Sang kanjeng ratu datang ke pantai untuk melihat siapa yang menyebabkan gangguan di kerajaannya.
Saat melihat pangeran yang tampan, dia jatuh cinta dan meminta Sutawijaya untuk menghentikan tapanya.
Sebagai gantinya, sang ratu penguasa alam spiritual di laut selatan ini setuju untuk membantunya dalam mendirikan kerajaan yang baru.
Syaratnya Sutawijaya maupun keturunannya kelas harus menjadi pasangan spiritualnya jika kerajaannya ingin tetap langgeng.
Kisah ini bukan hanya isapan jempol dan masih terlihat dari upacara adat Keraton Yogyakarta maupun Keraton Surakarta.
Seperti pada saat arak-arakan Kirab Jumenengan (penobatan) Hamengku Buwono (HB) IX dan HB X yang memakai Kereta Kencana Garuda Yeksa terjadi peristiwa yang sangat menarik.
Di mana HB IX duduk di Kereta Garuda Yeksa pada bagian sebelah kiri dan memberi ruang kosong di sebelah kanannya.
Walaupun hanya sendirian HB IX tidak duduk di tengah kereta. Hal yang sama juga terjadi saat penobatan KGPH Mangkubumi sebagai HB X.
Sri Sultan HB IX yang duduk di Kereta Kencana Garuda Yeksa, tidak pernah duduk di tengah-tengah. Seolah Sultan menyisakan tempat duduk untuk seseorang. Tempat itu konon diduduki oleh Kanjeng Ratu Kidul.
Selain itu, pada saat acara-acara resmi penting Keraton Yogyakarta. Selalu ada satu kursi di samping Sultan yang dikosongkan. Itu diperuntukkan bagi Kanjeng Ratu Kidul.
Sementara bagi Keraton Surakarta juga disediakan bangunan khusus untuk Sultan bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul yaitu Panggung Sangga Buwana (bangunan berbentuk seperti menara, di dalam Keraton).
Berdasarkan keterangan salah satu abdi dalem dan kerabat Keraton Surakarta, Kanjeng Ratu Kidul sudah tidak menjadi istri spiritual Raja Surakarta lagi sejak Raden Sayiddin Malikul Kusno menjadi Paku Buwono (PB) X.
Karena saat Raden Sayiddin Malikul Kusno masih berumur tiga tahun konon terjadi pertemuan antara Raden Mas Duksino atau PB IX dengan Kanjeng Ratu Kidul di Panggung Sangga Buwana.
Saat pertemuan itu PB IX mengajak putranya Sayiddin Malikul Kusno yang masih balita. Saat pertemuan raja dan Ratu Kidul, tiba-tiba Sayiddin Malikul Kusno hendak terjatuh. Namun diselamatkan oleh Kanjeng Ratu Kidul. Saat menyelamatkan tersebut, ratu memanggil anak tersebut dengan sebutan "anakku". Sejak itulah anak tersebut benar-benar dianggap sebagai anak sendiri oleh Kanjeng Ratu Kidul.
Sejak peristiwa tersebut, Kanjeng Ratu Kidul sudah tidak menjadi istri spiritual Raja Surakarta lagi. Namun, Kanjeng Ratu Kidul masih sering hadir dalam momen-momen tertentu. Seperti saat ada ritual tari sakral 'Bedaya Ketawang'.
Dalam tarian tersebut ada 9 penari, salah satu pasti akan menyatu, didatangi Kanjeng Ratu Kidul. Akan terlihat auranya, tariannya juga pasti beda dengan penari yang lain. Lebih lembut, lemas dan luwes, dan sangat menjiwai. Karena tarian itu konon diciptakan sendiri oleh Kanjeng Ratu Kidul.
Menurut kepercayaan di kalangan keraton, Tari Bedaya Ketawang digelar setiap tahun, yang dipercaya sebagai persembahan kepada Kanjeng Ratu Kidul.
Pada saat ritual itu berlangsung satu kursi di samping Paku Buwono juga dikosongkan. Itu juga konon diperuntukkan bagi Kanjeng Ratu Kidul.
Namun sejumlah pengamat sejarah kebanyakan beranggapan, keyakinan akan Kanjeng Ratu Kidul sebagai istri spritual raja-raja keturunan Mataram memang dibuat untuk melegitimasi kekuasaan dinasti Mataram.
Wallahualam bissawab.
Sumber : (wikipedia dan diolah dari berbagai sumber)
(zik,whb)