Terbiasa Bercengkrama dengan Ular Berbisa dan Buaya
A
A
A
BANDUNG - Seperti biasanya, Taman Cibeu nying pada Minggu pag i ramai dikunjungi masyarakat sekitar.
Taman yang berlokasi di Jalan Cibeunying ini, ramai dipakai warga untuk berolah raga atau sekedar berjalanjalan. Namun, tidak seperti biasanya, pagi itu kerumunan warga berkumpul di satu tempat, menyaksikan seorang remaja sedang menaklukkan seekor ular king kobra. Tampak beberapa kali, ular sepanjang tiga meter itu berdiri dan menyerang.
Namun dengan gesit pemuda tersebut berkelit dan terus menenangkannya. Sejurus kemudian, pemuda tersebut berhasil mencium bahkan memasukan kepala king kobra ke mulut si pemuda sehingga memancing decak kagum dan tepuk tangan dari seluruh warga yang menyaksikannya.
Itulah bagian dari pertunjukan gratis yang dipertontonkan seorang pawang ular bernama Agung, 26. Dia mengaku, sudah sejak kecil bercengkrama dengan berbagai hewan berbisa. Seperti king kobra, kadal panana, salvator timoresi, trimeresurus albolabris, dan phyton reticulates.
Menariknya, semua koleksinya itu turut dibawa pada pertunjukan Minggu pagi itu. Agung merupakan pendiri Komunitas Pencinta Reptil dan sudah biasa diundang bersama koleksinya untuk berbagai acara di beberapa tempat. Seperti di SMPN 16 dan SMA 27 Kota Bandung.
“Pertunjukan tersebut aman, karena ular-ular itu sudah makan dan cenderung menghindari manusia. Jika kita jaga kenyamanannya dan tidak merasa terancam, akan aman,” tutur Agung. Diakui dia, kegemarannya pada binatang berbisa itu juga menular kepada saudara sepupunya Rifky, 14. Walau usianya masih muda, namun sudah piawai dalam mempermainkan ular.
“Pertama kenal sama ular dikenalin Kang Agung waktu kecil. Sudah itu saya sama kakak mulai memelihara ular. Sampai sekarang rumah penuh berbagai jenis ular bahkan buaya,” tutur Rifky menjelaskan.
Untuk menjaga binatang itu, diakui dia ada kekhususan yang harus diperhatikan. Diakui dia, ular hanya makan satu ekor tikus dan kenyang selama satu minggu. Sedangkan buaya biasa menyantap sampai tiga potong ayam setiap hari. “Ular gak bikin kantong kempes, kalau buaya jangan ditanya,” seloroh Rifky diiringi tawa teman-temannya.
Kecintaan Rifky terhadap hewan melata ini mendapat dukungan dari orang tuanya. “Sudah biasa, kadang di rumah ditemui ular lagi jalanjalan keluar sangkarnya, kitu weh ngaleor di handap TV,” tutur Tita, 44, ibu dari Rifki yang kebetulan ikut hadir.
Dukungan itu diberikan karena melihat hobi tersebut positif. “Awalnya kami juga merasa was-was namun setelah diberi pengertian oleh Agung mengenai ular, akhirnya lama-lama terbiasa juga malah sekarang memelihara buaya,” lanjut Tita menjelaskan.
Agung dan Rifky juga mengajak warga Bandung lainnya yang menyukai ular untuk bergabung dan bermain bersama di Taman Cibeunying setiap Minggu pagi. “Makin rame makin seru, bisa sharing ilmu dan informasi, “ imbuh Agung.
Ridwan Alamsyah
Taman yang berlokasi di Jalan Cibeunying ini, ramai dipakai warga untuk berolah raga atau sekedar berjalanjalan. Namun, tidak seperti biasanya, pagi itu kerumunan warga berkumpul di satu tempat, menyaksikan seorang remaja sedang menaklukkan seekor ular king kobra. Tampak beberapa kali, ular sepanjang tiga meter itu berdiri dan menyerang.
Namun dengan gesit pemuda tersebut berkelit dan terus menenangkannya. Sejurus kemudian, pemuda tersebut berhasil mencium bahkan memasukan kepala king kobra ke mulut si pemuda sehingga memancing decak kagum dan tepuk tangan dari seluruh warga yang menyaksikannya.
Itulah bagian dari pertunjukan gratis yang dipertontonkan seorang pawang ular bernama Agung, 26. Dia mengaku, sudah sejak kecil bercengkrama dengan berbagai hewan berbisa. Seperti king kobra, kadal panana, salvator timoresi, trimeresurus albolabris, dan phyton reticulates.
Menariknya, semua koleksinya itu turut dibawa pada pertunjukan Minggu pagi itu. Agung merupakan pendiri Komunitas Pencinta Reptil dan sudah biasa diundang bersama koleksinya untuk berbagai acara di beberapa tempat. Seperti di SMPN 16 dan SMA 27 Kota Bandung.
“Pertunjukan tersebut aman, karena ular-ular itu sudah makan dan cenderung menghindari manusia. Jika kita jaga kenyamanannya dan tidak merasa terancam, akan aman,” tutur Agung. Diakui dia, kegemarannya pada binatang berbisa itu juga menular kepada saudara sepupunya Rifky, 14. Walau usianya masih muda, namun sudah piawai dalam mempermainkan ular.
“Pertama kenal sama ular dikenalin Kang Agung waktu kecil. Sudah itu saya sama kakak mulai memelihara ular. Sampai sekarang rumah penuh berbagai jenis ular bahkan buaya,” tutur Rifky menjelaskan.
Untuk menjaga binatang itu, diakui dia ada kekhususan yang harus diperhatikan. Diakui dia, ular hanya makan satu ekor tikus dan kenyang selama satu minggu. Sedangkan buaya biasa menyantap sampai tiga potong ayam setiap hari. “Ular gak bikin kantong kempes, kalau buaya jangan ditanya,” seloroh Rifky diiringi tawa teman-temannya.
Kecintaan Rifky terhadap hewan melata ini mendapat dukungan dari orang tuanya. “Sudah biasa, kadang di rumah ditemui ular lagi jalanjalan keluar sangkarnya, kitu weh ngaleor di handap TV,” tutur Tita, 44, ibu dari Rifki yang kebetulan ikut hadir.
Dukungan itu diberikan karena melihat hobi tersebut positif. “Awalnya kami juga merasa was-was namun setelah diberi pengertian oleh Agung mengenai ular, akhirnya lama-lama terbiasa juga malah sekarang memelihara buaya,” lanjut Tita menjelaskan.
Agung dan Rifky juga mengajak warga Bandung lainnya yang menyukai ular untuk bergabung dan bermain bersama di Taman Cibeunying setiap Minggu pagi. “Makin rame makin seru, bisa sharing ilmu dan informasi, “ imbuh Agung.
Ridwan Alamsyah
(ftr)