Sumur Minyak W43 Stop Beroperasi
A
A
A
BOJONEGORO - Sumur minyak tua W43 di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, yang terbakar pada Selasa (25/11) merupakan sumur peninggalan Belanda yang kini dikelola Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Pangan.
Koperasi itu bekerja sama dengan PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 4 Field Cepu yang menguasai wilayah pertambangan minyak tradisional Kedewan-Malo. Sumur W.43 Kedewan itu di lapangan dikelola kelompok penambang tradisional yang dipimpin Sukarno. Saat itu sedikitnya ada 40 penambang yang terlibat dalam pengeboran minyak mentah di sumur tua tersebut.
Setelah kejadian kebakaran, kondisi sumur tua itu rusak parah. Asap hitam sisa kebakaran masih menempel di dahan dan pohon sekitar lokasi. Begitu pulapuing-puing sisa kebakaran yang masih berserakan. Untuk sementara, kegiatan pengeboran minyak mentah (lantung) di lokasi sumur itu dihentikan.
Menurut Legal and Relations PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu Yonatha Estya Riyanto, sumur minyak tua yang terbakar itu merupakan sumur lama yang dikelola KUD Sumber Pangan. “Tetapi, apakah sumur itu masih berproduksi atau tidak, saya belum tahu persis,” ujarnya.
Menurutnya, semua sumur tua di wilayah Kedewan dan Malo dikelola koperasi unit desa. Tetapi, kegiatan pengeboran di lapangan dilakukan sejumlah kelompok penambang minyak tradisional. Sementara itu, produksi minyak mentah dari sumur-sumur minyak tua di Kedewan saat ini totalnya sekitar700barelperhari.
Produksi minyak mentah itu berasal dari 200 sumur tua yang tersebar di wilayah Kedewan dan Malo. Setiap sumur menghasilkan produksi minyak mentah sekitar 10-30 barel per hari. Sedikitnya ada tiga KUD yang bekerja sama dengan PT Pertamina EP Asset 4 Cepu dalam mengelola sumur minyak tua di Kedewan dan Malo, yaitu KUD Sumber Pangan (SP), KUD Usaha Jaya Bersama (UJB), dan KUD Karya Sejahtera (KS).
Minyak mentah yang dihasilkan para penambang tradisional itu lalu dibeli Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dan ditampung di Pusat Penampungan Produksi (PPP) Menggung, Kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah. Menurut Kaminto, 38, salah seorang penambang minyak tradisional di Kedewan, kegiatan pengeboran minyak mentah di sumur-sumur minyak tua itu dilakukan secara tradisional dan memakai peralatan sederhana.
“Setiap sumur tua itu dikelola kelompok yang berjumlah 20-40 orang. Mereka berbagi tugas dalam mengebor dan mengambil lantung (minyak mentah) dari lokasi sumur tua itu,” ujarnya. Sebelumnya sumur minyak tua D02-Kedewan di kawasan Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro mengalami semburan liar (blow out ).
Sumur minyak tua yang berada di tengah hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Parengan itu menyemburkan minyak mentah bercampur lumpur, gas, dan air dengan ketinggian hingga 20 meter.
Muhammad Roqib
Koperasi itu bekerja sama dengan PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 4 Field Cepu yang menguasai wilayah pertambangan minyak tradisional Kedewan-Malo. Sumur W.43 Kedewan itu di lapangan dikelola kelompok penambang tradisional yang dipimpin Sukarno. Saat itu sedikitnya ada 40 penambang yang terlibat dalam pengeboran minyak mentah di sumur tua tersebut.
Setelah kejadian kebakaran, kondisi sumur tua itu rusak parah. Asap hitam sisa kebakaran masih menempel di dahan dan pohon sekitar lokasi. Begitu pulapuing-puing sisa kebakaran yang masih berserakan. Untuk sementara, kegiatan pengeboran minyak mentah (lantung) di lokasi sumur itu dihentikan.
Menurut Legal and Relations PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu Yonatha Estya Riyanto, sumur minyak tua yang terbakar itu merupakan sumur lama yang dikelola KUD Sumber Pangan. “Tetapi, apakah sumur itu masih berproduksi atau tidak, saya belum tahu persis,” ujarnya.
Menurutnya, semua sumur tua di wilayah Kedewan dan Malo dikelola koperasi unit desa. Tetapi, kegiatan pengeboran di lapangan dilakukan sejumlah kelompok penambang minyak tradisional. Sementara itu, produksi minyak mentah dari sumur-sumur minyak tua di Kedewan saat ini totalnya sekitar700barelperhari.
Produksi minyak mentah itu berasal dari 200 sumur tua yang tersebar di wilayah Kedewan dan Malo. Setiap sumur menghasilkan produksi minyak mentah sekitar 10-30 barel per hari. Sedikitnya ada tiga KUD yang bekerja sama dengan PT Pertamina EP Asset 4 Cepu dalam mengelola sumur minyak tua di Kedewan dan Malo, yaitu KUD Sumber Pangan (SP), KUD Usaha Jaya Bersama (UJB), dan KUD Karya Sejahtera (KS).
Minyak mentah yang dihasilkan para penambang tradisional itu lalu dibeli Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dan ditampung di Pusat Penampungan Produksi (PPP) Menggung, Kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah. Menurut Kaminto, 38, salah seorang penambang minyak tradisional di Kedewan, kegiatan pengeboran minyak mentah di sumur-sumur minyak tua itu dilakukan secara tradisional dan memakai peralatan sederhana.
“Setiap sumur tua itu dikelola kelompok yang berjumlah 20-40 orang. Mereka berbagi tugas dalam mengebor dan mengambil lantung (minyak mentah) dari lokasi sumur tua itu,” ujarnya. Sebelumnya sumur minyak tua D02-Kedewan di kawasan Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro mengalami semburan liar (blow out ).
Sumur minyak tua yang berada di tengah hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Parengan itu menyemburkan minyak mentah bercampur lumpur, gas, dan air dengan ketinggian hingga 20 meter.
Muhammad Roqib
(ftr)