Masak Makanan untuk Guru yang Tak Kenal Lelah

Selasa, 25 November 2014 - 12:08 WIB
Masak Makanan untuk...
Masak Makanan untuk Guru yang Tak Kenal Lelah
A A A
SURABAYA - Leon Savero perlahan mengenakan sarung tangan berbahan plastik. Salah seorang murid Play Group (PG), Kelompok Bermain (KB) dan Sanggar Kreatifitas Universitas Surabaya (Ubaya) ini lantas mengambil nasi lalu mengepalkannya sehingga berbentuk bulat.

Hal yang sama diikuti teman lainnya. Ini mereka ulangi hingga setiap anak memiliki dua bulatan nasi. Secara perlahan mereka meletakkannya pada kemasan berbahan mika. Mengikuti panduan guru, satu per satu anak mengambil mi, daun selada, wortel rebus, nugget , dan sosis yang telah digoreng.

Bahan-bahan itu dipadupadankan dengan nasi. Setelah kemasan ditutup, secara bergiliran mereka memberikannya kepada guru di tempatnya belajar, dalam areal Kampus Tenggilis Ubaya. Aksi mereka layaknya koki kecil ini mereka tunjukan di tempatnya menuntut ilmu dalam areal kampus Tenggilis Ubaya, kemarin.

Semua yang dilakukan anak-anak ini adalah cara memaknai Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November. Pihak sanggar sengaja mengadakan kegiatan luar kelas ini. “Senang bisa masak,” ujar Leon seraya pelan melepas sarung tangan plastik yang membalut dua telapaknya.

Ibunya, Irene Kardiana, hanya menatapnya dari tempat yang telah disediakan. “Saya juga senang anak-anak dikenalkan memasak. Setidaknya mengajarkan mandiri sejak dini,” kata Irene sambil terus mengawasi Leon yang berada di Play Ground Fakultas Psikologi Ubaya.

Shinta Octaviani, Kepala PG, KB, dan Sanggar Kreatifitas Ubaya tidak kalah senangnya. Lembaga pendidikan yang diawakinya sengaja mengadakan kegiatan ini supaya anak kreatif. “Bekal sekolah yang dibuat anak-anak ini dipersembahkan ke guru sebagai ungkapan terima kasih dan penghormatan,” ucapnya.

Belajar outdoor secara berkala dilaksanakan sanggar. Sanggar ingin anak-anak bisa melatih motorik kasar dan motorik halusnya. Bukan itu saja, si anak juga diharapkan mengenal lingkungan sekitar. “Untuk bisa belajar, pola yang menarik bisa digunakan. Misalkan dengan bermain,” ujar Shinta.

Yang menarik, kegiatan bocah-bocah berusia 2-4 tahun itu menjadi perhatian sejumlah mahasiswa asing yang melanjutkan pendidikan di Ubaya. Mereka yang berasal dari sejumlah universitas di Belanda dan Prancis ini belajar bahasa Indonesia. Tanpa canggung, mereka ikut membantu anak-anak menyiapkan bekal yang dihadiahkan ke guru.

Rosa Maria Ravenhorst dan Alina Schmall dari Maastrich University Belanda serta Sonia Pascale Wunsch asal EDC Paris Business School di antara mahasiswa mancanegara. “Senang melihat anak-anak menyiapkan menu makanan,” ujar Rosa Maria.

Soeprayitno
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1068 seconds (0.1#10.140)