ITS Produksi Bus Listrik
A
A
A
SURABAYA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bekerja sama dengan PT Telkomsel memproduksi bus listrik. Bus dengan kekuatan tempuh 160 kilometer (km) ini diperkenalkan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, kepada masyarakat umum.
Pengenalan bus dengan biaya sebesar Rp1,5 miliar menarik perhatian masyarakat. Sebab, bus yang mampu menampung 27 orang ini diperkenalkan saat Car Free Day di Taman Bungkul, Surabaya, kemarin. Bus ini digadang- gadang bisa mendukung angkutan massal yang ada di Kota Pahlawan ini.
”Eco-City di Surabaya sudah terealisasi dengan adanya bus listrik, dan ITS menjadi perguruan tinggi yang bisa merealisasi bus listrik ramah lingkungan,’’ ungkap Risma panggilan Tri Rismaharini. Menurut dia, bus listrik tersebut memang menjadi jawaban atas berbagai polemik krisis bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Bahkan, Risma mengungkapkan kehadiran bus ini telah memperjelas gambarannya terhadap Surabaya sebagai Eco-City.Saat ditanya mengenai rencana menjadikan mobil listrik itu sebagai transportasi massal, Risma menjawab dengan ekspresi wajah optimistis. “Kalau bus listrik ini bisa dikembangkan, berarti mobil pribadi juga bisa dikembangkan,” ujar Risma.
Dirut Telkomsel, Alex Sinaga, mengatakan, Telkomsel akan memenuhi permintaan ITS dalam memproduksi bus listrik. Menurut dia, anggaran Telkomsel akan dialirkan demi membiayai karya anak bangsa. ”Kita akan keluarkan dana sesuai kemampuan. Kami akan dukung,” katanya.
Alex menerangkan, selamaini anggaran yang masuk keuntungan Telkomsel dimasukkan untuk pengembangan sekolah yang membutuhkan. Salah satunya peningkatan kualitas produksi mobil tenaga alternatif. ”Pengembangan apapun akan kita bantu. Kita sudah siap,” ujarnya.
Ketua Tim Penelitian Mobil Listrik ITS, Muhammad Nur Yuniarto, mengaku berbagai uji kelayakan dan uji coba jalan sudah dilakukan. Bahkan rencananya, bus hasil kerja sama antara ITS dengan ini akan resmi beroperasi sebagai bus kampus setelah diuji coba untuk rute pertamanya kemarin. “Bus ini sudah layak, namun ada perbaikan sedikit-sedikit saja,” katanya.
Nur menjelaskan, dengan ukuran 2,1x 6 meter, bus tersebut mampu menampung sebanyak 27 penumpang. Sumber tenaga tambahan berupa panel surya yang berada di atap bus juga menambah kesan canggih bus yang menelan dana Rp 1,5 miliar itu. Pihaknya optimistis panel surya tersebut akan menyuplai energi sebesar 20% dan sisanya disuplai baterai.
Bus tersebut telah mampu menempuh jarak sejauh 160 kilometer setelah diisi penuh selama delapan sampai sepuluh jam. ‘’Tak hanya itu, dalam jangka waktu satu tahun ke depan kami juga akan membangun stasiun pengisinya,’’ papar Nur.
Rektor ITS, Triyogi Yuwono, mengatakan, proses pembuatan bus ini tergolong cepat. ITS hanya membutuhkan waktu selama dua bulan, karena Telkomsel menginginkan proses pembuatan dilakukan dengan cepat. ”Yang lama itu pemesanan mesin dari China. Kalau proses pembuatan dilakukan dengan cepat,” ungkapnya. Dia menerangkan, ITS akan mengembangkan mobil dengan tenaga-tenaga alternatif.
Bahkan, ITS juga akan memanfaatkan anggaran riset dari pemerintah sebesar Rp21triliun. Dengan riset ini, diprediksi 20 tahun ke depan Indonesia menjadi produsen mobil tenaga alternatif.Saat ini, pemesanan mobil jenis listrik meningkat. Setelah Telkomsel, ITS juga mendapatkan pesanan dari Pertamina dan Terminal Teluk Lamong.
Mereka akan memakai bus untuk angkutan massal karyawan- karyawannya. ”Kita siap membuat, tetapi kita tidak mampu memproduksi massal. Perlu pihak ketiga yang menjadi rekanan,” ungkap Triyogi.
Arief Ardliyanto
Pengenalan bus dengan biaya sebesar Rp1,5 miliar menarik perhatian masyarakat. Sebab, bus yang mampu menampung 27 orang ini diperkenalkan saat Car Free Day di Taman Bungkul, Surabaya, kemarin. Bus ini digadang- gadang bisa mendukung angkutan massal yang ada di Kota Pahlawan ini.
”Eco-City di Surabaya sudah terealisasi dengan adanya bus listrik, dan ITS menjadi perguruan tinggi yang bisa merealisasi bus listrik ramah lingkungan,’’ ungkap Risma panggilan Tri Rismaharini. Menurut dia, bus listrik tersebut memang menjadi jawaban atas berbagai polemik krisis bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Bahkan, Risma mengungkapkan kehadiran bus ini telah memperjelas gambarannya terhadap Surabaya sebagai Eco-City.Saat ditanya mengenai rencana menjadikan mobil listrik itu sebagai transportasi massal, Risma menjawab dengan ekspresi wajah optimistis. “Kalau bus listrik ini bisa dikembangkan, berarti mobil pribadi juga bisa dikembangkan,” ujar Risma.
Dirut Telkomsel, Alex Sinaga, mengatakan, Telkomsel akan memenuhi permintaan ITS dalam memproduksi bus listrik. Menurut dia, anggaran Telkomsel akan dialirkan demi membiayai karya anak bangsa. ”Kita akan keluarkan dana sesuai kemampuan. Kami akan dukung,” katanya.
Alex menerangkan, selamaini anggaran yang masuk keuntungan Telkomsel dimasukkan untuk pengembangan sekolah yang membutuhkan. Salah satunya peningkatan kualitas produksi mobil tenaga alternatif. ”Pengembangan apapun akan kita bantu. Kita sudah siap,” ujarnya.
Ketua Tim Penelitian Mobil Listrik ITS, Muhammad Nur Yuniarto, mengaku berbagai uji kelayakan dan uji coba jalan sudah dilakukan. Bahkan rencananya, bus hasil kerja sama antara ITS dengan ini akan resmi beroperasi sebagai bus kampus setelah diuji coba untuk rute pertamanya kemarin. “Bus ini sudah layak, namun ada perbaikan sedikit-sedikit saja,” katanya.
Nur menjelaskan, dengan ukuran 2,1x 6 meter, bus tersebut mampu menampung sebanyak 27 penumpang. Sumber tenaga tambahan berupa panel surya yang berada di atap bus juga menambah kesan canggih bus yang menelan dana Rp 1,5 miliar itu. Pihaknya optimistis panel surya tersebut akan menyuplai energi sebesar 20% dan sisanya disuplai baterai.
Bus tersebut telah mampu menempuh jarak sejauh 160 kilometer setelah diisi penuh selama delapan sampai sepuluh jam. ‘’Tak hanya itu, dalam jangka waktu satu tahun ke depan kami juga akan membangun stasiun pengisinya,’’ papar Nur.
Rektor ITS, Triyogi Yuwono, mengatakan, proses pembuatan bus ini tergolong cepat. ITS hanya membutuhkan waktu selama dua bulan, karena Telkomsel menginginkan proses pembuatan dilakukan dengan cepat. ”Yang lama itu pemesanan mesin dari China. Kalau proses pembuatan dilakukan dengan cepat,” ungkapnya. Dia menerangkan, ITS akan mengembangkan mobil dengan tenaga-tenaga alternatif.
Bahkan, ITS juga akan memanfaatkan anggaran riset dari pemerintah sebesar Rp21triliun. Dengan riset ini, diprediksi 20 tahun ke depan Indonesia menjadi produsen mobil tenaga alternatif.Saat ini, pemesanan mobil jenis listrik meningkat. Setelah Telkomsel, ITS juga mendapatkan pesanan dari Pertamina dan Terminal Teluk Lamong.
Mereka akan memakai bus untuk angkutan massal karyawan- karyawannya. ”Kita siap membuat, tetapi kita tidak mampu memproduksi massal. Perlu pihak ketiga yang menjadi rekanan,” ungkap Triyogi.
Arief Ardliyanto
(ars)