Pendapatan Nelayan Turun hingga 30%

Kamis, 20 November 2014 - 13:05 WIB
Pendapatan Nelayan Turun...
Pendapatan Nelayan Turun hingga 30%
A A A
SURABAYA - Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) benarbenar berdampak terhadap masyarakat kecil. Pendapatan nelayan diperkirakan akan turun sebesar 30% untuk menutupi kebutuhan hidup.

Koordinator DPW Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Jawa Timur Misbahul Munir mengatakan, dari analisa yang dilakukan terhadap dampak kenaikan BBM dikalangan nelayan, pendapatan mereka turun sekitar 30%.

“Di Lamongan konsumsi solar untuk satu perahu bisa mencapai 50 liter per harinya, sedangkan di Surabaya 5 liter solar. Dengan begitu, akan ada pemangkasan pendapatan untuk membeli bahan bakar perahu kira-kira sekitar 30%,” kata Misbahul Munir, kemarin.

Munir menilai, pemerintah tidak pernah mengantisipasi dampak kenaikan BBM di kampung nelayan. Sama seperti sebelumnya, kenaikan BBM sebesar Rp2000 ini mendongkrak kenaikan harga di pasaran Rp2500-Rp5.500 per liternya di kampung nelayan.

“Di lapangan, kami temukan sejumlah fakta, kenaikan harga beli BBM jenis solar di kampung nelayan dan petambak bervariasi. Di Surabaya, Gresik, Lamongan, Madura, dan sekitarnya harga solar (Rp8.000), Kepulauan Sapeken, Kabupaten Sumenep (Rp10.000), dan Kepulaan Masalembo, Kabupaten Sumenep (Rp11.000),” katanya.

Seperti yang terjadi di kalangan nelayan Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan. Kini, nelayan membatasi diri untuk melaut karena harga solar sebagai bahan bakar perahu mengalamikenaikandari Rp4.500 menjadi Rp6.500 perliter. Nelayan yang biasanya minimal melaut 2 kali, yakni pagi dan sore, kini hanya melaut satu kali hanya pada pagi hari. Itu pun dengan bahan bakar solar yang seadanya, berkurang dari pembelian seperti biasa.

Kondisi tersebut makin diperparah dengan cuaca sekitar yang masih dilanda ombak tinggi sehingga membuat nelayan memilih mengurangi melaut. “Selain faktor kenaikan BBM jenis solar, kondisi sekitar lagi ombak besar sehingga kami( nelayan) mengurangi aktivitas di laut,” ujar Hasani, salah satu nelayan asal Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar Bangkalan, kemarin. Hasani menjelaskan, setelah kenaikan BBM, dirinya memilih berhemat saat melaut.

Kemarin, dari hasil melaut, dia mengaku hanya bisa mendapatkan udang besar dengan berat total sekitar2 kg. Dari hasil tangkapan tersebut, dia memperoleh uang sebesar Rp200 ribu. Uang yang didapat dari melaut itu masih hitungan kotor karena belum dipotong dengan uangbelisolarsebesarRp100ribu dan bayar utang Rp40 ribu. Sisanya hanya mendapat sebesar Rp60 ribu yang dikasihkan ke istrinya untuk kebutuhan dapur dan lain-lain.

“Kalau sebelum BBMnaik, bisakasihuangbelanja yang diperoleh dari hasil melaut minimal Rp100 ribu. Berhubung naik, pengeluaran membengkak di pembelian solar,” kata Hasani. PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero) memastikan semua kegiatan operasional di terminal pelabuhan berlangsung normal, meskipun Organisasi Angkutan Darat (Organda) menyatakan mogok.

Kepala Humas Pelindo III, Edi Priyanto mengatakan itu saat memantau kegiatan bongkar muat barang di Terminal Jamrud Pelabuhan Tanjung Perak. Menurutnya, kegiatan operasional bongkar muat barang kargo maupun peti kemas di wilayah kerja Pelindo III tidak terpengaruh dengan kegiatan mogok yang dilakukan Organda.

“Kegiatan operasional bongkar muat barang sampai saat ini masih tetap berlangsung, seperti di Pelabuhan TanjungPerak, TanjungEmas, Banjarmasin, Tenau Kupang, dan pelabuhan lain. Semua kapal kami layani sesuai dengan permintaan dan kebutuhan,” katanya. Selain nelayan, bidang lain yang terkena imbas kenaikan harga BBM adalah transportasi.

Sejumlah angkutan di Terminal Bungurasih Surabaya memilih tidak beroperasi, kemarin. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas kenaikan BBM bersubsidi. Sebab gara-gara kenaikan itu, para pengusaha harus mengeluarkan biaya operasional angkutan cukup besar. Aksi ini tidak begitu berdampak pada pengangkutan penumpang di terminal itu. Sebab sebagian angkutan masih tetap beroperasi.

Hanya tarif sudah mulai dinaikkan dengan ratarataRp1.000pertujuan. Tarifbus Patas jurusan Surabaya-Jember lebihbesarlagi dari tarifresminya sebesar Rp28.000, naik menjadi Rp35.000. Sementara untuk angkutan kota naik dari semula Rp4.000 menjadi Rp5.000. Ketua DPD Organda Jatim Mustofa mengatakan, aksi itu dilakukan mendesak pemerintah agar lebih memperhatikan nasib mereka. Salah satunya dengan menaikkan tarif angkutan umum.

“Tapi sejatinya itu bukan menaikkan, melainkan penyesuaian tarif,” kata Mustofa. Ajakan Organda agar mogok nasional tidak ditanggapi awak bus di Malang. Para awak bus di Terminal Arjosari Malang tetap sibuk beroperasi mencari penumpang. “Kalau kami mogok, siapa yang menanggung kebutuhan hidup kami sekeluarga,” ujar pengemudi bus jurusan Malang-Surabaya, Sucipto.

Meski tidak melakukan aksi mogok, tetapi bus AKDP di Terminal Arjosari memilih menaikkan tarif untuk menutup kebutuhan biaya operasional akibat kenaikan harga BBM. Bus ekonomi jurusan Malang-Surabaya yangbiasatarifnya Rp13.000, naik Rp2.000 atau menjadi Rp15.000.

“Setelah diterapkan mulai tadi pagi (kemarin), tidak ada gejolak dari penumpang. Mereka menyadarinya dan menerima kenaikan tersebut,” kata pengemudi bus jurusanMalang- Surabaya, Supardi. Kepala Dinas Perhubungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Kadishub LLAJ) Wahid Wahyudi menegaskan, akan mengevaluasi terhadap perusahaan otobus (PO) yang ikut aksi mogok.

“Nantinya akan ada sanksi, misalnya terkait dengan pengeluaran izin trayek,” kata Wahid. Purna Budi Nugraha, pemilik bisnis rental mobil Aswangga mengatakan, kenaikan harga BBM yang diterapkan pemerintah saat ini dirasakan oleh semua pengusaha rental.

“Jelas sangat berdampak sekali dengan kenaikan BBM ini pada usaha kami. Adanya kenaikan harga BBM dipastikan kami akan menaikkan harga sewa mobil berkisar 25% nanti,” katanya. Menurut dia, keinginan menaikkan harga sewa mobil berbagai tipe ini karena berdampak biaya operasional, seperti perawatan dan biaya operasional lainnya.

“Saat ini jumlah unit kami sudah mencapai 17 tentu membutuhkan biaya perawatan besar. Sebelumnya, kenaikan BBM tahun lalu kami tidak menaikkan harga sewa mobil, namun tahun ini baru merasakan biaya cukup tinggi akibatkenaikanBBMitu,” ujarnya.

Arief ardliyanto/ Ihya’ulumuddin/Subairi/ Dili eyato/Solichan arief/ Maman adi saputra/Tritus julan/Yuswantoro/ P juliatmoko
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8259 seconds (0.1#10.140)