Kasus Gizi Buruk di Kota Lumbung Padi
A
A
A
KARAWANG - Rizki Abdul Fatah, bocah berusia 11 tahun, seumur hidupnya dihabiskan di atas tempat tidur. Bukan kemauannya, tapi kondisi fisik yang memaksa Rizki untuk terus terkulai di atas tempat tidur tersebut.
Sebagai anak, dalam benaknya dia ingin hidup seperti anakanak lain seusinya. Tapi apa daya, sejak terlahir sebagai anak dari pasangan Apip dan Iim, kondisi fisik Rizki secara berangsur terus memburuk, akibat gizi buruk dan tranbosit darah yang di deritanya. Kedua orang tuanya, bukan tak mau mengubah kondisi fisik Rizki membaik.
Tapi karena keterbatasan ekonomi, mereka tak berdaya untuk mengobati an aknya di rumah sakit pemerintah, atau pun tempat pengobatan lainnya. Mereka hanya bisa pasrah, sementara bantuan tak kunjung datang, baik dari pemerintah maupun warga lain. Sang ayah, Apip, kesehariannya hanyalah seorang buruh tani dan pekerja serabutan. Sementara ibunya, Iim, hanya diam di rumah, menunggui Rizki yang semakin hari kondisinya makin memburuk.
“Waktu lahir, biasa saja normal. Tapi ketika dia memasuki usia satu tahun, kondisi fisiknya mulai berubah. Rizki terlihat lemas, kemudian kepalanya membengkak dengan tubuh dan kaki mengecil,” ujar ayah Rizki, Apip, yang ditemui di rumah sederhananya, Dusun Cikangkung RT 01/02 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang. Kala itu, kata Apip, dirinya sempat memeriksakan Rizki ke puskesmas di desanya. Kemudian, oleh dokter di puskesmas tersebut, Rizki dirujuk ke RSUD Karawang.
“Tapi karena kami tak punya biaya, akhirnya Rizki kami rawat di rumah saja, dengan obat warung, yang mampu kami beli,” lanjut Apip. Namun bukannya kesembuhan yang didapat. Dari hari ke hari, kondisi fisik Rizki makin memburuk. Kedua kaki dan tangannya makin mengecil, sementara kepalanya makin membengkak. Rizki pun hanya bisa meronta-ronta dan terkulai di atas tempat tidur, tanpa bisa melakukan aktivitas layaknya bocah seusianya.
Kasus gizi buruk dan bocah penderita penyakit serius di Kabupaten Karawang, bukan hanya terjadi pada Rizki. Sebelumnya, bocah berusia 14 tahun, Riki Maulana, warga Dusun Cibatu Desa Kutamakmur Kecamatan Tirtajaya, juga mengalami hal yang sama. Selama hidupnya, bocah yang tinggal bersama kakek-ne neknya itu harus hidup di atas tempat tidur tanpa bisa melakukan apa-apa.
Kedua kakinya lumpuh dengan kondisi memprihatinkan. Begitu pun dengan tu buhnya, yang sangat jauh dari uk uran anak usia 14 tahun. Berat badannya hanya 7 kg, dengan tinggi badan yang sangat jauh dari ideal.
“Waktu lahir kondisinya normal, layaknya bayi pada umumnya. Tapi ketika Riki berusia beberapa bulan, ibunya pergi menjadi TKW di Arab Saudi. Sejak itu sampai kini Riki tinggal dan diurus kakek-nenek dan saya. Soalnya ibunya juga hingga kini belum pulang-pulang dan tidak ada kabar beritanya,” ujar bibinya Riki, Ida Rosidah. Sejak kepergian ibunya ke Arab Saudi menjadi TKW, Riki tinggal di rumah kakek neneknya.
“Karena mereka orang tak punya, jadi sejak bayi Riki hanya diberi makanan dan susu ala kadarnya. Bahkan, susu yang diberikan pada Riki dari sejak bayi hanya susu sasetan kental, yang biasa dikonsumsi orang dewasa,” lanjut Ida. Sungguh ironis. Di kabupaten lumbung padi yang juga kota industri, masih ada warga yang hidupnya seperti ini.
M bayu hidayah
Sebagai anak, dalam benaknya dia ingin hidup seperti anakanak lain seusinya. Tapi apa daya, sejak terlahir sebagai anak dari pasangan Apip dan Iim, kondisi fisik Rizki secara berangsur terus memburuk, akibat gizi buruk dan tranbosit darah yang di deritanya. Kedua orang tuanya, bukan tak mau mengubah kondisi fisik Rizki membaik.
Tapi karena keterbatasan ekonomi, mereka tak berdaya untuk mengobati an aknya di rumah sakit pemerintah, atau pun tempat pengobatan lainnya. Mereka hanya bisa pasrah, sementara bantuan tak kunjung datang, baik dari pemerintah maupun warga lain. Sang ayah, Apip, kesehariannya hanyalah seorang buruh tani dan pekerja serabutan. Sementara ibunya, Iim, hanya diam di rumah, menunggui Rizki yang semakin hari kondisinya makin memburuk.
“Waktu lahir, biasa saja normal. Tapi ketika dia memasuki usia satu tahun, kondisi fisiknya mulai berubah. Rizki terlihat lemas, kemudian kepalanya membengkak dengan tubuh dan kaki mengecil,” ujar ayah Rizki, Apip, yang ditemui di rumah sederhananya, Dusun Cikangkung RT 01/02 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang. Kala itu, kata Apip, dirinya sempat memeriksakan Rizki ke puskesmas di desanya. Kemudian, oleh dokter di puskesmas tersebut, Rizki dirujuk ke RSUD Karawang.
“Tapi karena kami tak punya biaya, akhirnya Rizki kami rawat di rumah saja, dengan obat warung, yang mampu kami beli,” lanjut Apip. Namun bukannya kesembuhan yang didapat. Dari hari ke hari, kondisi fisik Rizki makin memburuk. Kedua kaki dan tangannya makin mengecil, sementara kepalanya makin membengkak. Rizki pun hanya bisa meronta-ronta dan terkulai di atas tempat tidur, tanpa bisa melakukan aktivitas layaknya bocah seusianya.
Kasus gizi buruk dan bocah penderita penyakit serius di Kabupaten Karawang, bukan hanya terjadi pada Rizki. Sebelumnya, bocah berusia 14 tahun, Riki Maulana, warga Dusun Cibatu Desa Kutamakmur Kecamatan Tirtajaya, juga mengalami hal yang sama. Selama hidupnya, bocah yang tinggal bersama kakek-ne neknya itu harus hidup di atas tempat tidur tanpa bisa melakukan apa-apa.
Kedua kakinya lumpuh dengan kondisi memprihatinkan. Begitu pun dengan tu buhnya, yang sangat jauh dari uk uran anak usia 14 tahun. Berat badannya hanya 7 kg, dengan tinggi badan yang sangat jauh dari ideal.
“Waktu lahir kondisinya normal, layaknya bayi pada umumnya. Tapi ketika Riki berusia beberapa bulan, ibunya pergi menjadi TKW di Arab Saudi. Sejak itu sampai kini Riki tinggal dan diurus kakek-nenek dan saya. Soalnya ibunya juga hingga kini belum pulang-pulang dan tidak ada kabar beritanya,” ujar bibinya Riki, Ida Rosidah. Sejak kepergian ibunya ke Arab Saudi menjadi TKW, Riki tinggal di rumah kakek neneknya.
“Karena mereka orang tak punya, jadi sejak bayi Riki hanya diberi makanan dan susu ala kadarnya. Bahkan, susu yang diberikan pada Riki dari sejak bayi hanya susu sasetan kental, yang biasa dikonsumsi orang dewasa,” lanjut Ida. Sungguh ironis. Di kabupaten lumbung padi yang juga kota industri, masih ada warga yang hidupnya seperti ini.
M bayu hidayah
(ars)