Tolak BBM Naik, GMNI Bangkalan Demo di SPBU
A
A
A
BANGKALAN - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Bangkalan, menggelar unjuk rasa di depan SPBU Kota. Sambil bertelanjang dada, mereka menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Dalam aksi Selasa (18/11/2014) itu, para pengunjuk rasa juga melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan rakyat semakin sengsara dengan kenaikan harga BBM yang telah diputuskan pemerintah tadi malam. Mereka mendesak pemerintah untuk membatalkan kenaikan harga BBM.
Aksi tersebut mendapat pengawalan ketat dari kepolisian setempat. Mahasiswa sempat melakukan blokade jalan di kawasan Soekarno-Hatta. Akibatnya, jalan tersebut ditutup oleh petugas. Kendaraan dialihkan ke jalur alternatif.
"Kami menolak harga BBM naik dan mendesak pemerintah untuk membatalkan kenaikan BBM. Alasannya, yang pertama karena minyak mentah dunia terus mengalami penurunan dari 107 dolar AS per barel, menjadi 80 dolar AS per barel pada awal November," terang korlap aksi, Ach Wahidi.
Menurut Wahidi, kenaikan BBM hanya modus operandi untuk membiayai kartu sehat yang sampai saat ini belum ada anggaran dan landasan hukum yang jelas. Defisit anggaran bukan karena subsidi BBM, melainkan karena korupsi dari para mafia migas.
"Kami juga menolak pemberlakuan tiga kartu sakti seperti KIP, KIS, dan KKS yang telah diputuskan pemerintahan Jokowi-JK," tandasnya.
Dalam aksi Selasa (18/11/2014) itu, para pengunjuk rasa juga melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan rakyat semakin sengsara dengan kenaikan harga BBM yang telah diputuskan pemerintah tadi malam. Mereka mendesak pemerintah untuk membatalkan kenaikan harga BBM.
Aksi tersebut mendapat pengawalan ketat dari kepolisian setempat. Mahasiswa sempat melakukan blokade jalan di kawasan Soekarno-Hatta. Akibatnya, jalan tersebut ditutup oleh petugas. Kendaraan dialihkan ke jalur alternatif.
"Kami menolak harga BBM naik dan mendesak pemerintah untuk membatalkan kenaikan BBM. Alasannya, yang pertama karena minyak mentah dunia terus mengalami penurunan dari 107 dolar AS per barel, menjadi 80 dolar AS per barel pada awal November," terang korlap aksi, Ach Wahidi.
Menurut Wahidi, kenaikan BBM hanya modus operandi untuk membiayai kartu sehat yang sampai saat ini belum ada anggaran dan landasan hukum yang jelas. Defisit anggaran bukan karena subsidi BBM, melainkan karena korupsi dari para mafia migas.
"Kami juga menolak pemberlakuan tiga kartu sakti seperti KIP, KIS, dan KKS yang telah diputuskan pemerintahan Jokowi-JK," tandasnya.
(zik)