Bupati Asyik Berjoget dengan Ular Sanca
A
A
A
Ada yang menarik di car free day (CFD) yang dilaksanakan di Alun-alun Kabupaten Kendal, kemarin. Warga yang tengah asyik menikmati suasana pagi tiba-tiba disuguhi aksi Bupati Kendal, Widya Kandi Susanti, yang berjoget dengan dililit ular sanca.
Aksi tari ularnya dilakukan secara spontanitas saat sejumlah orang dari Komunitas Bahurekso Ekso Pet (Baret) nimbrung dalam acara tersebut. Tanpa rasa takut dan risih, Widya langsung mengambil salah satu ular jenis sanca hutan milik salah satu anggota Baret. Widya mengambil ular sanca dengan panjang 2,5 meter. Ular tersebut dikalungkan ke lehernya. Dia pun bergerak seiring musik dangdut yang mengalun. Bahkan, pengunjung CFD pun ikut-ikutan ingin memegang ular.
“Saya tidak takut, karena saya tahu kalau ular itu tidak berbisa dan jinak,” ujar nya.Widya mengaku bahwa ular merupakan salah satu hewan yang disenanginya. Menurutnya, ular memiliki karakteristik unik. “Ada tiga hewan yang saya kagumi, yakni harimau, kuda, dan ular. Harimau karena buas, suka kuda karena dia begitu gagah dan kokoh, sedangkan ular dia tenang,” ujarnya. Kesenangannya terhadap ular, membuat Widya saat SMA pernah secara khusus melakukan penelitian terhadap hewan melata ini.
“Ular itu dikatakan bahaya karena memiliki bisa yang beracun. Tapi ular juga memiliki penyembuh di dalam tubuhnya. Makanya lambang farmasi itu ada ularnya,” tutur nya. Huda Blainiezer, pemilik ular sanca tersebut, mengaku senang hewan kecintaannya itu bisa diajak bermain oleh bupati.
“Saya tidak menyangka kalau bupati tidak takut dengan ular,” katanya. Kendati demikian, ular sanca miliknya itu memang sudah kerap diajak bermain di tempat ramai. Jadi, dia memastikan tidak akan berbahaya bagi siapa pun yang menyentuhnya. “Kebetulan ada komunitasnya, sehingga tiap kali kumpul pasti membawa hewan kesayangannya. Hewannya sudah terbiasa kumpul dengan manusia, jadi sudah penurut,” ucapnya.
Komunitasnya, Bahurekso Ekso Pet yang beranggotakan 30 orang mengaku sengaja datang CFD karena ingin memperkenalkan pada masyarakat agar menyayangi binatang. Hewan buas dan berbahaya, ketika disayang juga bisa jadi hewan peliharaan. Jadi jangan dibunuh, tapi harus dilindungi,” paparnya.
Wikha Setiawan
Kendal
Aksi tari ularnya dilakukan secara spontanitas saat sejumlah orang dari Komunitas Bahurekso Ekso Pet (Baret) nimbrung dalam acara tersebut. Tanpa rasa takut dan risih, Widya langsung mengambil salah satu ular jenis sanca hutan milik salah satu anggota Baret. Widya mengambil ular sanca dengan panjang 2,5 meter. Ular tersebut dikalungkan ke lehernya. Dia pun bergerak seiring musik dangdut yang mengalun. Bahkan, pengunjung CFD pun ikut-ikutan ingin memegang ular.
“Saya tidak takut, karena saya tahu kalau ular itu tidak berbisa dan jinak,” ujar nya.Widya mengaku bahwa ular merupakan salah satu hewan yang disenanginya. Menurutnya, ular memiliki karakteristik unik. “Ada tiga hewan yang saya kagumi, yakni harimau, kuda, dan ular. Harimau karena buas, suka kuda karena dia begitu gagah dan kokoh, sedangkan ular dia tenang,” ujarnya. Kesenangannya terhadap ular, membuat Widya saat SMA pernah secara khusus melakukan penelitian terhadap hewan melata ini.
“Ular itu dikatakan bahaya karena memiliki bisa yang beracun. Tapi ular juga memiliki penyembuh di dalam tubuhnya. Makanya lambang farmasi itu ada ularnya,” tutur nya. Huda Blainiezer, pemilik ular sanca tersebut, mengaku senang hewan kecintaannya itu bisa diajak bermain oleh bupati.
“Saya tidak menyangka kalau bupati tidak takut dengan ular,” katanya. Kendati demikian, ular sanca miliknya itu memang sudah kerap diajak bermain di tempat ramai. Jadi, dia memastikan tidak akan berbahaya bagi siapa pun yang menyentuhnya. “Kebetulan ada komunitasnya, sehingga tiap kali kumpul pasti membawa hewan kesayangannya. Hewannya sudah terbiasa kumpul dengan manusia, jadi sudah penurut,” ucapnya.
Komunitasnya, Bahurekso Ekso Pet yang beranggotakan 30 orang mengaku sengaja datang CFD karena ingin memperkenalkan pada masyarakat agar menyayangi binatang. Hewan buas dan berbahaya, ketika disayang juga bisa jadi hewan peliharaan. Jadi jangan dibunuh, tapi harus dilindungi,” paparnya.
Wikha Setiawan
Kendal
(ars)