YPIA Percaya Kualitas Guru Lokal
A
A
A
SURABAYA - Tidak semua lembaga pendidikan di Surabaya memberi ruang bagi pendidik asing seiring pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) per Desember 2015. Kualitas guru lokal tidak kalah dengan guru impor.
Kelompok bermain (KB), taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama (SMP) di bawah naungan Yayasan Pesantren Islam Al- Azhar (YPI Al-Azhar) cabang Jawa Timur (Jatim) adalah salah satu lembaga pendidikan yang antipengajar asing.
”Al-Azhar tidak perlu guru asing, kita sepakat itu. Dari segi intelektual, guru kita mampu, guru kita pintar-pintar. Cuma guru (lokal) ada kekurangan dari sisi mental. Bisa terkait rendahnya disiplin dan lainnya. Karena itu, kita setuju jika ada revolusi mental,” kata Sekretaris YPI Al-Azhar cabang Jatim Atok Setiyawan di sela-selaacara Al-Azhar Exhibition bertema I want to be a New Islamic Hero, di areal KB, TK, SD, SMP Al Azhar Kompleks Pakuwon City, Surabaya, kemarin.
Acara ini didukung Kokola Biscuit. Menurutnya, kurikulum yang diberlakukan di semua sekolah selama ini sudah mumpuni, terutama seiring pemberlakuan Kurikulum 2013 (K-13). ”Guru di sekolah pelosok pun bisa menerapkan K-13, terutama terkait tematik. Guru menjadi kunci pelaksanaan pengajaran tematik. Misalkan tema jual beli, unsur agama bisa masuk terkait menimbang harus adil, matematika bisa masuk sehubungan pembayaran dan uang kembalian,” ucapnya.
Lembaga pendidikan di bawah YPI Al-Azhar, kata Atok, menerapkan kurikulum sesuai Mendikbud dan porsi agama diperbesar. ”Malah di SD Islam Al-Azhar 35 (kurikulum) diseting setara internasional menggunakan Camridge. Jadi lulusannya mendapat sertifikasi Mendikbud, Al-Azhar, dan Cambridge,” katanya.
Ini yang membuat YPI Al- Azhar membuka kelas khusus bagi calon murid dan orang tua wali murid. Ada trial khusus bagi mereka supaya tahu, termasuk acara Al-Azhar Exhibition kemarin. YPI Al-Azhar Jatim, kata Atok, hingga kini menaungi 900 anak didik. ”Kami belum berpikiran membuka SMA karena masyarakat di Surabaya asumsinya masih SMA negeri,” tukasnya.
Sementara itu, Al-Azhar Exhibition menggelar banyak lomba. Salah satunya menghias kue tar dengan menggunakan bahan lain, termasuk aneka produk Kokola Biscuit. ”Bersamaan momen Hari Pahlawan ini Kokola Biscuit sapa warga bareng Al-Azhar. Lomba hias kue bertema perjuangan ini untuk menanamkan jiwa nasionalisme sejak dini,” tutur salah satu panitia, Andi Fian Octavia, di sela-sela kegiatan.
Item penilaian adalah kekompakan anak dan orang tua dalam menghias kue perjuangan yang dilengkapi penancapan bendera Merah Putih kecil sebagai finishing . Ferdiyan, salah satu orang tua murid, mengaku senang diadakannya lomba ini, terlebih semua peserta mengenakan pakaian perjuangan. ”Ini saya ajak dua anak saya yang sekolah di KB dan TK,” kata Ferdiyan seraya menghias kue.
Soeprayitno
Kelompok bermain (KB), taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama (SMP) di bawah naungan Yayasan Pesantren Islam Al- Azhar (YPI Al-Azhar) cabang Jawa Timur (Jatim) adalah salah satu lembaga pendidikan yang antipengajar asing.
”Al-Azhar tidak perlu guru asing, kita sepakat itu. Dari segi intelektual, guru kita mampu, guru kita pintar-pintar. Cuma guru (lokal) ada kekurangan dari sisi mental. Bisa terkait rendahnya disiplin dan lainnya. Karena itu, kita setuju jika ada revolusi mental,” kata Sekretaris YPI Al-Azhar cabang Jatim Atok Setiyawan di sela-selaacara Al-Azhar Exhibition bertema I want to be a New Islamic Hero, di areal KB, TK, SD, SMP Al Azhar Kompleks Pakuwon City, Surabaya, kemarin.
Acara ini didukung Kokola Biscuit. Menurutnya, kurikulum yang diberlakukan di semua sekolah selama ini sudah mumpuni, terutama seiring pemberlakuan Kurikulum 2013 (K-13). ”Guru di sekolah pelosok pun bisa menerapkan K-13, terutama terkait tematik. Guru menjadi kunci pelaksanaan pengajaran tematik. Misalkan tema jual beli, unsur agama bisa masuk terkait menimbang harus adil, matematika bisa masuk sehubungan pembayaran dan uang kembalian,” ucapnya.
Lembaga pendidikan di bawah YPI Al-Azhar, kata Atok, menerapkan kurikulum sesuai Mendikbud dan porsi agama diperbesar. ”Malah di SD Islam Al-Azhar 35 (kurikulum) diseting setara internasional menggunakan Camridge. Jadi lulusannya mendapat sertifikasi Mendikbud, Al-Azhar, dan Cambridge,” katanya.
Ini yang membuat YPI Al- Azhar membuka kelas khusus bagi calon murid dan orang tua wali murid. Ada trial khusus bagi mereka supaya tahu, termasuk acara Al-Azhar Exhibition kemarin. YPI Al-Azhar Jatim, kata Atok, hingga kini menaungi 900 anak didik. ”Kami belum berpikiran membuka SMA karena masyarakat di Surabaya asumsinya masih SMA negeri,” tukasnya.
Sementara itu, Al-Azhar Exhibition menggelar banyak lomba. Salah satunya menghias kue tar dengan menggunakan bahan lain, termasuk aneka produk Kokola Biscuit. ”Bersamaan momen Hari Pahlawan ini Kokola Biscuit sapa warga bareng Al-Azhar. Lomba hias kue bertema perjuangan ini untuk menanamkan jiwa nasionalisme sejak dini,” tutur salah satu panitia, Andi Fian Octavia, di sela-sela kegiatan.
Item penilaian adalah kekompakan anak dan orang tua dalam menghias kue perjuangan yang dilengkapi penancapan bendera Merah Putih kecil sebagai finishing . Ferdiyan, salah satu orang tua murid, mengaku senang diadakannya lomba ini, terlebih semua peserta mengenakan pakaian perjuangan. ”Ini saya ajak dua anak saya yang sekolah di KB dan TK,” kata Ferdiyan seraya menghias kue.
Soeprayitno
(bbg)