Iklim Indonesia Memungkinkan Virus Ebola Berkembang
A
A
A
BANDUNG - Iklim di Indonesia yang tropis dan cenderung hangat dianggap sebagai kon disi yang cocok untuk ber kembang biaknya virus ebola.
Wakil Ketua Tim Penanggulangan Infeksi Khusus, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Rudi Wisaksana menga ta kan virus ebola memang ber kembang di cuaca yang hangat dan berpenduduk padat.
“Virus ini sudah muncul sejak tahun 1976 di Afrika, akan tetapi beberapa negara Eropa lain terjangkit virus ini yang menyebabkan Epidemi seperti Spanyol dan Amerika. Kondisi cuaca di Indonesia dipandang sebagai tempat yang cocok untuk berkembangnya virus ini,” tuturnya saat ditemui wartawan di RSHS Bandung kemarin. Menurutnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menjadi reservoir atau hewan pembawa dari virus mematikan ini.
Karena untuk bertahan hidup, virus ebola membutuhkan induk atau inang untuk tempatnya hidup tanpa mem buat hewan tersebut mati. Diduga virus ini berinduk di hewan kelelawar buah. Hal ini dikarenakan hewan kebanyakan berada di Afrika, dan ma syarakat di sana memiliki kebiasaan memakan daging hewan kelelawar. “Di beberapa negara dengan percobaan kera seperti Filipina ditemukan bahwa virus ini menyebabkan kera mati,” bebernya.
Rudi menjelaskan, virus ini menular melalui kontak langsung, terutama lewat cairan tubuh, seperti keringat, darah, air liur, dan sebagainya. Ciri-ciri penderita awalnya pun seperti orang yang sakit demam tinggi. Seperti demam hebat, sakit kepala, dan bahkan pendarahan. Virus ini memiliki masa inkubasi selama 2 hingga 21 hari dalam tubuh manusia.
Dia menyarankan jika masyarakat melihat ada seseorang yang memiliki ciri-ciri tersebut selama kurun waktu 3 minggu dan sebelumnya berada di Afrika, sebaiknya segera di periksakan di rumah sakit. Lantaran virus ini baru bisa terdeteksi jika dia sudah selama satu minggu diperiksanakan darahnya. Hingga kini, kata Rudi, di Indonesia belum ada kasus yang positif terkena virus ebola.
Adapun kasus orang yang diduga terkena virus ebola di Madiun, masih diangap negatif. Diduga karena dia mengalami demam yang cukup tinggi dan selama tiga minggu belakangan pernah mengunjungi Afrika. Sebagai antisipasi di RSHS sudah dibentuk Tim Penang gulangan Infeksi Khusus yang pernah menangani wabah virus flu burung, dan flu babi.
Fasilitas dan sistem di RSHS pun sudah siap menerima dan merawat pasien yang terkena virus ebola. Bah kan untuk pertugas medis khusus yang beranggotakan 30 orang. Terma suk fasilitas kamar dengan ruang iso lasi khusus di Ruang Flamboyan.
Anne rufaidah
Wakil Ketua Tim Penanggulangan Infeksi Khusus, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Rudi Wisaksana menga ta kan virus ebola memang ber kembang di cuaca yang hangat dan berpenduduk padat.
“Virus ini sudah muncul sejak tahun 1976 di Afrika, akan tetapi beberapa negara Eropa lain terjangkit virus ini yang menyebabkan Epidemi seperti Spanyol dan Amerika. Kondisi cuaca di Indonesia dipandang sebagai tempat yang cocok untuk berkembangnya virus ini,” tuturnya saat ditemui wartawan di RSHS Bandung kemarin. Menurutnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menjadi reservoir atau hewan pembawa dari virus mematikan ini.
Karena untuk bertahan hidup, virus ebola membutuhkan induk atau inang untuk tempatnya hidup tanpa mem buat hewan tersebut mati. Diduga virus ini berinduk di hewan kelelawar buah. Hal ini dikarenakan hewan kebanyakan berada di Afrika, dan ma syarakat di sana memiliki kebiasaan memakan daging hewan kelelawar. “Di beberapa negara dengan percobaan kera seperti Filipina ditemukan bahwa virus ini menyebabkan kera mati,” bebernya.
Rudi menjelaskan, virus ini menular melalui kontak langsung, terutama lewat cairan tubuh, seperti keringat, darah, air liur, dan sebagainya. Ciri-ciri penderita awalnya pun seperti orang yang sakit demam tinggi. Seperti demam hebat, sakit kepala, dan bahkan pendarahan. Virus ini memiliki masa inkubasi selama 2 hingga 21 hari dalam tubuh manusia.
Dia menyarankan jika masyarakat melihat ada seseorang yang memiliki ciri-ciri tersebut selama kurun waktu 3 minggu dan sebelumnya berada di Afrika, sebaiknya segera di periksakan di rumah sakit. Lantaran virus ini baru bisa terdeteksi jika dia sudah selama satu minggu diperiksanakan darahnya. Hingga kini, kata Rudi, di Indonesia belum ada kasus yang positif terkena virus ebola.
Adapun kasus orang yang diduga terkena virus ebola di Madiun, masih diangap negatif. Diduga karena dia mengalami demam yang cukup tinggi dan selama tiga minggu belakangan pernah mengunjungi Afrika. Sebagai antisipasi di RSHS sudah dibentuk Tim Penang gulangan Infeksi Khusus yang pernah menangani wabah virus flu burung, dan flu babi.
Fasilitas dan sistem di RSHS pun sudah siap menerima dan merawat pasien yang terkena virus ebola. Bah kan untuk pertugas medis khusus yang beranggotakan 30 orang. Terma suk fasilitas kamar dengan ruang iso lasi khusus di Ruang Flamboyan.
Anne rufaidah
(ars)