Partai Golkar Jangan Salah Memilih Pemimpin
A
A
A
BANDUNG - Seluruh jajaran pengurus dan kader partai Golkar perlu membangun kembali semangat kejayaan partai. Karena itu, partai Golkar harus memilih pemimpin yang tepat sesuai tantangan Pemilu 2019.
Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengingatkan jika partai salah memilih pemimpin bisa membuta Golkar turun kelas. “ Ini yang harus kita sadari sebagai para pemimpin Partai Golkar dari pusat hingga daerah,” kata Priyo saat bersilaturahmi dengan ketua DPD I dan ketua DPD II seluruh Jawa Barat di Bandung kemarin. Peringatan tersebut, kata calon ketua umum Partai Golkar itu, disampaikannya karena dalam tiga pemilu terakhir kursi Golkar di DPR terus menurun. Partai bisa terancam menjadi partai papan tengah dan bukan lagi partai papan atas yang disegani.
Menurut dia, hasil Pemilu 2014 adalah bencana paling memukul mental kader Golkar. Hal ini karena perolehan kursi Golkar di DPR turun tajam menjadi91kursisaja.“ Untukpertama kalinya pula dalam pilpres Partai Golkar secara resmi gagal mengusung calon presiden sendiri,” kata mantan wakil ketua DPR itu.
Kondisi seperti ini, menurut Priyo, adalah warning yang harus diwaspadai seluruh jajaran Partai Golkar. Jika kondisi terulang lagi maka Golkar dikhawatirkan akan turun kelas. “Kalau kita tidak hati-hati, Golkar bisa turun kelas dari partai gajah menjadi partai papan menengah, atau bahkan lebih kecil lagi,” ungkapnya. Untuk itu, Golkar membutuhkan pemimpin yang bisa mengembalikan kejayaannya.
“Golkar butuh figur yang fresh dan energik, yang memiliki bakat memimpin, yang mampu membawa Golkar bangkit pada Pemilu 2019,” ungkapnya. Tantangan Golkar pada Pemilu 2019 sangat berat. Pada Pemilu 2014, pemilu legislatif (pileg) dan pemilu presiden (pilpres) akan dilakukan secara serentak.
Dengan pemilu serentak pilpres dan pileg maka figur pimpinan parpol akan menjadi salah satu kunci keberhasilan. Kondisi yang membuat Pemilu 2019 dibutuhkan syarat adanya figur yang ”layak jual” di kepemimpinan partai. “Figur pimpinan partai yang layak jual akan menjadi magnet bagi perolehan suara di pileg,” ungkapnya. Silaturahmi ketua-ketua DPD Golkar Jawa Barat dengan Priyo Budi Santoso dilangsungkan di Hotel Grand Aquila, Bandung. Pertemuan ini dihadiri oleh 27 ketua-ketua DPD serta ormas pendiri dan didirikan. Sekretaris DPD Golkar Jabar MQ Iswara mengatakan DPD-DPD di Jabar perlu mengetahui visi dan misi yang disampaikan oleh calon ketua umum Partai.
“Biar lebih kenal, tak kenal maka tak sayang. Itu kata pepatah,” cetus Iswara ketika memperkenalkan Priyo Budi kepada seluruh pimpinan DPD II Jabar yang hadir.Dia mempersilakan para ketua DPD II Jabar untuk memberikan penilaian pribadi terhadap visi dan misi Priyo.
“Nanti kan ujungnya di musyawarah nasional. Jadi sekarang harus kenal dulu visi dan misi yang bersangkutan karena nanti jadi salah satu kandidat di sana,” ungkap Iswara.Pengurus DPD Golkar Kota Bandung Edwin Sanjaya mengapresiasi Priyo.
“Saya sangat mengapresiasi Mas Priyo sebagai generasi muda untuk maju sebagai ketua umum. Namun kami akan mendukung jika arah kebijakan politiknya tetap di Koalisi Merah- Putih,” ujar Edwin.
Regenerasi Tokoh Dinilai Positif
Gerakan dari tokoh Partai Golkar agar Munas 2015 dijadikan momentum regenerasi kepemimpinan dinilai positif. Ada kekhawatiran jika ke depan Golkar dipimpin oleh status quo, akan sulit bangkit dari kemerosotan partai dalam dua periode belakangan ini.
"Positif menurut saya sebab ke depan tantangan parpol lebih kompleks karena menghadapi dinamika dan segmentasi pemilih muda yang makin besar," kata Direktur Eksekutif Political Communication (Polcomm) Institute Heri Budianto, kepada KORAN SINDO, kemarin.
Menurut Heri, jika Golkar tidak melakukan regenerasi kepemimpinan, Golkar akan makin sulit berkompetisi ke depan.
Para tokoh yang mendorong gerakan tersebut menyadari ada kemungkinan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie akan kembali maju di munas mendatang. Karena itu, mereka mendorong semacam gerakan regenerasi kepemimpinan yang secara langsung maupun tak langsung ada pesan dan harapan agar Aburizal tidak maju lagi.
Persaingan menuju ketua umum Partai Golkar kembali menghangat. Kamis (30/10), tujuh calon ketua umum di antaranya Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Airlangga Hartarto, Agus Gumiwang, MS Hidayat, Hajriyanto Tohari, dan Zainudin Amali membuat pernyataan bersama.
Dalam pernyataan bersama itu hadir juga ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung. Mereka meminta agar Munas Golkar yang demokratis, jujur, adil, dan terbuka. Termasuk meminta agar tidak boleh ada tekanan untuk mendukung satu kandidat yang disertai intimidasi (ancaman) sanksi atau pemecatan.
Yogi prasetya/ Rahmat sahid
Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengingatkan jika partai salah memilih pemimpin bisa membuta Golkar turun kelas. “ Ini yang harus kita sadari sebagai para pemimpin Partai Golkar dari pusat hingga daerah,” kata Priyo saat bersilaturahmi dengan ketua DPD I dan ketua DPD II seluruh Jawa Barat di Bandung kemarin. Peringatan tersebut, kata calon ketua umum Partai Golkar itu, disampaikannya karena dalam tiga pemilu terakhir kursi Golkar di DPR terus menurun. Partai bisa terancam menjadi partai papan tengah dan bukan lagi partai papan atas yang disegani.
Menurut dia, hasil Pemilu 2014 adalah bencana paling memukul mental kader Golkar. Hal ini karena perolehan kursi Golkar di DPR turun tajam menjadi91kursisaja.“ Untukpertama kalinya pula dalam pilpres Partai Golkar secara resmi gagal mengusung calon presiden sendiri,” kata mantan wakil ketua DPR itu.
Kondisi seperti ini, menurut Priyo, adalah warning yang harus diwaspadai seluruh jajaran Partai Golkar. Jika kondisi terulang lagi maka Golkar dikhawatirkan akan turun kelas. “Kalau kita tidak hati-hati, Golkar bisa turun kelas dari partai gajah menjadi partai papan menengah, atau bahkan lebih kecil lagi,” ungkapnya. Untuk itu, Golkar membutuhkan pemimpin yang bisa mengembalikan kejayaannya.
“Golkar butuh figur yang fresh dan energik, yang memiliki bakat memimpin, yang mampu membawa Golkar bangkit pada Pemilu 2019,” ungkapnya. Tantangan Golkar pada Pemilu 2019 sangat berat. Pada Pemilu 2014, pemilu legislatif (pileg) dan pemilu presiden (pilpres) akan dilakukan secara serentak.
Dengan pemilu serentak pilpres dan pileg maka figur pimpinan parpol akan menjadi salah satu kunci keberhasilan. Kondisi yang membuat Pemilu 2019 dibutuhkan syarat adanya figur yang ”layak jual” di kepemimpinan partai. “Figur pimpinan partai yang layak jual akan menjadi magnet bagi perolehan suara di pileg,” ungkapnya. Silaturahmi ketua-ketua DPD Golkar Jawa Barat dengan Priyo Budi Santoso dilangsungkan di Hotel Grand Aquila, Bandung. Pertemuan ini dihadiri oleh 27 ketua-ketua DPD serta ormas pendiri dan didirikan. Sekretaris DPD Golkar Jabar MQ Iswara mengatakan DPD-DPD di Jabar perlu mengetahui visi dan misi yang disampaikan oleh calon ketua umum Partai.
“Biar lebih kenal, tak kenal maka tak sayang. Itu kata pepatah,” cetus Iswara ketika memperkenalkan Priyo Budi kepada seluruh pimpinan DPD II Jabar yang hadir.Dia mempersilakan para ketua DPD II Jabar untuk memberikan penilaian pribadi terhadap visi dan misi Priyo.
“Nanti kan ujungnya di musyawarah nasional. Jadi sekarang harus kenal dulu visi dan misi yang bersangkutan karena nanti jadi salah satu kandidat di sana,” ungkap Iswara.Pengurus DPD Golkar Kota Bandung Edwin Sanjaya mengapresiasi Priyo.
“Saya sangat mengapresiasi Mas Priyo sebagai generasi muda untuk maju sebagai ketua umum. Namun kami akan mendukung jika arah kebijakan politiknya tetap di Koalisi Merah- Putih,” ujar Edwin.
Regenerasi Tokoh Dinilai Positif
Gerakan dari tokoh Partai Golkar agar Munas 2015 dijadikan momentum regenerasi kepemimpinan dinilai positif. Ada kekhawatiran jika ke depan Golkar dipimpin oleh status quo, akan sulit bangkit dari kemerosotan partai dalam dua periode belakangan ini.
"Positif menurut saya sebab ke depan tantangan parpol lebih kompleks karena menghadapi dinamika dan segmentasi pemilih muda yang makin besar," kata Direktur Eksekutif Political Communication (Polcomm) Institute Heri Budianto, kepada KORAN SINDO, kemarin.
Menurut Heri, jika Golkar tidak melakukan regenerasi kepemimpinan, Golkar akan makin sulit berkompetisi ke depan.
Para tokoh yang mendorong gerakan tersebut menyadari ada kemungkinan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie akan kembali maju di munas mendatang. Karena itu, mereka mendorong semacam gerakan regenerasi kepemimpinan yang secara langsung maupun tak langsung ada pesan dan harapan agar Aburizal tidak maju lagi.
Persaingan menuju ketua umum Partai Golkar kembali menghangat. Kamis (30/10), tujuh calon ketua umum di antaranya Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Airlangga Hartarto, Agus Gumiwang, MS Hidayat, Hajriyanto Tohari, dan Zainudin Amali membuat pernyataan bersama.
Dalam pernyataan bersama itu hadir juga ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung. Mereka meminta agar Munas Golkar yang demokratis, jujur, adil, dan terbuka. Termasuk meminta agar tidak boleh ada tekanan untuk mendukung satu kandidat yang disertai intimidasi (ancaman) sanksi atau pemecatan.
Yogi prasetya/ Rahmat sahid
(ars)