Gugah Kecintaan Pemuda pada Seni dan Budaya
A
A
A
MEDAN - Perhelatan Jong Bataks Arts Festival 2014 yang digelar di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) resmi dibuka untuk umum, Sabtu (25/10). Berbagai kegiatan yang digelar sepekan ke depan itu diharapkan memberikan penyegaran tentang aneka budaya Batak kepada masyarakat dan pemuda.
Kegiatan yang digagas oleh komunitas Rumah Karya Indonesia (RKI) tersebut bertujuan untuk merefleksikan ulang semangat para pemuda Indonesia lintasetnis yang berikrar pada 28 Oktober 1928 lalu melalui seni dan budaya. Sekretaris RKI Jhon Fawer Siahaan yang diwawancara seusai pembukaan kegiatan tersebut mengatakan, kegiatan yang digelar menyambut Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober itu bertujuan untuk mengembalikan semangat awal orang muda membangun seni dan budaya yang ada di tengah arus modernitas.
“Kita tidak bicara lagi soal semangat orang muda membangun bangsa lewat garis politik dan lain-lain. Sudah saatnya kita bicara dari seni dan budaya. Sudah waktunya di tengah arus modernitas itu, paling tidak kita menciptakan ruang untuk budaya kita bisa eksis mengimbangi arus tersebut. Kalau yang muda-muda ini tidak melihat, misalnya gondang taganing (alat musik tradisional Batak), simbol Batak, bagaimana mereka bisa cinta,” katanya kemarin.
Dengan aneka kegiatan yang disuguhkan, dia berharap kegiatan yang tidak dipungut biaya tersebut bisa dihadiri masyarakat banyak, terutama pemuda. Harapannya, kegiatan itu bisa menggugah kembali kecintaan para pemuda terhadap budayanya. “Dalam seminggu kegiatan ini, ada berbagai kegiatan seperti diskusi, ada pameran seni rupa, pameran foto Kaldera Toba untuk mendukung Geopark Toba, workshop aksara Batak, penampilan dari aneka etnis Batak seperti Simalungun, Karo, Toba, Pakpak, Angkola, dan Mandailing. Kegiatan ini menarik untuk disaksikan,” paparnya.
Ada pula pertunjukan aneka tari, musik, sastra, teater, yang pada 28 dan 31 Oktober mendatang berkolaborasi menyuguhkan pertunjukan yang menarik sebagai puncak kegiatan tersebut. Pertunjukan itu disutradarai seniman Agus Susilo. “Pertunjukan itu akan diisi 100 hingga 200 pemain, seperti dari Universitas HKBP Nommensen yang memainkan musik, dari Binjai dan beberapa SMA, memainkan teater, Unimed memegang desain panggung di beberapa titik, dan kami (RKI) yang mengelaborasi. Untuk sutradara bukan orang Batak, namanya Agus Susilo. Ini menunjukkan kegiatan ini tidak segmented ke Batak, tapi memperlihatkan pluralisme,” papar Jhon.
Kemarin juga digelar diskusi mengenai Geopark Toba serta pameran foto dan lukisan tentangDanauToba. Setiaphari masyarakat juga akan menyaksikan kegiatan tradisi “markombur di lapo” (bercengkerama di kedai kopi) dengan berbagai macam tema pembahasan.
RKI menjadi event organizer (EO) mulai dari meriset, memediasi, dan memublikasi seniman untuk menggelar karyanya. “Siapa pun komunitas seni yang mau produksi, kami yang memasarkan,” ujar Jhon.
Seusai meresmikan kegiatan tersebut, Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdibud) RI melalui Kepala Seksi Seni Rupa Murni Maeva Salmah mengungkapkan apresiasinya kepada para seniman Sumut yang berkontribusi pada kegiatan tersebut. Pertunjukan seni dan budaya memang perlu terus dilestarikan, terutama di kalangan generasi muda. Kemdikbud terus berupaya memfasilitasi seniman dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan seni dan budaya di Tanah Air.
“Dengan kegiatan ini, para seniman diharapkan bisa terus menggali potensinya dalam membuat kegiatan yang menarik dan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kearifan lokal di berbagai daerah di Indonesia,” katanya.
Syukri amal
Kegiatan yang digagas oleh komunitas Rumah Karya Indonesia (RKI) tersebut bertujuan untuk merefleksikan ulang semangat para pemuda Indonesia lintasetnis yang berikrar pada 28 Oktober 1928 lalu melalui seni dan budaya. Sekretaris RKI Jhon Fawer Siahaan yang diwawancara seusai pembukaan kegiatan tersebut mengatakan, kegiatan yang digelar menyambut Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober itu bertujuan untuk mengembalikan semangat awal orang muda membangun seni dan budaya yang ada di tengah arus modernitas.
“Kita tidak bicara lagi soal semangat orang muda membangun bangsa lewat garis politik dan lain-lain. Sudah saatnya kita bicara dari seni dan budaya. Sudah waktunya di tengah arus modernitas itu, paling tidak kita menciptakan ruang untuk budaya kita bisa eksis mengimbangi arus tersebut. Kalau yang muda-muda ini tidak melihat, misalnya gondang taganing (alat musik tradisional Batak), simbol Batak, bagaimana mereka bisa cinta,” katanya kemarin.
Dengan aneka kegiatan yang disuguhkan, dia berharap kegiatan yang tidak dipungut biaya tersebut bisa dihadiri masyarakat banyak, terutama pemuda. Harapannya, kegiatan itu bisa menggugah kembali kecintaan para pemuda terhadap budayanya. “Dalam seminggu kegiatan ini, ada berbagai kegiatan seperti diskusi, ada pameran seni rupa, pameran foto Kaldera Toba untuk mendukung Geopark Toba, workshop aksara Batak, penampilan dari aneka etnis Batak seperti Simalungun, Karo, Toba, Pakpak, Angkola, dan Mandailing. Kegiatan ini menarik untuk disaksikan,” paparnya.
Ada pula pertunjukan aneka tari, musik, sastra, teater, yang pada 28 dan 31 Oktober mendatang berkolaborasi menyuguhkan pertunjukan yang menarik sebagai puncak kegiatan tersebut. Pertunjukan itu disutradarai seniman Agus Susilo. “Pertunjukan itu akan diisi 100 hingga 200 pemain, seperti dari Universitas HKBP Nommensen yang memainkan musik, dari Binjai dan beberapa SMA, memainkan teater, Unimed memegang desain panggung di beberapa titik, dan kami (RKI) yang mengelaborasi. Untuk sutradara bukan orang Batak, namanya Agus Susilo. Ini menunjukkan kegiatan ini tidak segmented ke Batak, tapi memperlihatkan pluralisme,” papar Jhon.
Kemarin juga digelar diskusi mengenai Geopark Toba serta pameran foto dan lukisan tentangDanauToba. Setiaphari masyarakat juga akan menyaksikan kegiatan tradisi “markombur di lapo” (bercengkerama di kedai kopi) dengan berbagai macam tema pembahasan.
RKI menjadi event organizer (EO) mulai dari meriset, memediasi, dan memublikasi seniman untuk menggelar karyanya. “Siapa pun komunitas seni yang mau produksi, kami yang memasarkan,” ujar Jhon.
Seusai meresmikan kegiatan tersebut, Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdibud) RI melalui Kepala Seksi Seni Rupa Murni Maeva Salmah mengungkapkan apresiasinya kepada para seniman Sumut yang berkontribusi pada kegiatan tersebut. Pertunjukan seni dan budaya memang perlu terus dilestarikan, terutama di kalangan generasi muda. Kemdikbud terus berupaya memfasilitasi seniman dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan seni dan budaya di Tanah Air.
“Dengan kegiatan ini, para seniman diharapkan bisa terus menggali potensinya dalam membuat kegiatan yang menarik dan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kearifan lokal di berbagai daerah di Indonesia,” katanya.
Syukri amal
(bbg)