Relokasi PKL Alun-alun Gagal
A
A
A
BATU - Pemkot Batu gagal merelokasi puluhan pedagang kaki lima (PKL) dari kawasan Alun-alun Kota Batu. Kegiatan Batu Saturday Night (BSN) di halaman Dinas Perumahan justru menjadi tempat penampungan PKL dari luar alun-alun.
Kegiatan BSN yang digelar sejak Rabu (22/10) itu bertujuan menarik PKL agar sukarela keluar dari kawasan alun-alun. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Pemkot Batu telah menyediakan 31 tenda untuk ditempati para PKL. Ke-13 tenda diperuntukkan untuk PKL makanan dan minuman, sisanya untuk hasil kerajinan pelaku UKM. "Memang PKL alun-alun hingga kemarin masih belum bisa direlokasi," ujar Kepala Diskoperindag Kota Batu Muhammad Chori kemarin.
Dia menjelaskan, PKL di Alun-alun Kota Batu memang belum bisa direlokasi secara keseluruhan. Saat ini ada sekitar 200 PKL yang memadati kawasan alun-alun, sedangkan tempat relokasi di BSN hanya menampung sebagian kecil pedagang. "Pemerintah bekerja sama dengan PHRI untuk menyeleksi kualitas rasa, cara penyajian, kesehatan dan kebersihan menu masakan yang akan dijual. Ketatnya proses seleksi menjadikan puluhan PKL di Alun-alun Kota Batu tidak lolos seleksi. Pemerintah tetap akan berusaha menertibkan PKL di Alun-alun Kota Batu," tandas dia.
Pemkot Batu sebelumnya pernah merelokasi PKL dari alun-alun ke kawasan Batu Tourism Center (BTC) di Jalan Kartini. Saat itu kawasan alunalun menjadi tertib dan asri. Namun, PKL ternyata tidak kerasan di BTC. Mereka hanya bisa bertahan selama setahun karena kurang laku. Selanjutnya, para pedagang kembali berjualan di sekitar alun-alun. Akhirnya situasi di kawasan Alun-alun Kota Batu, mulai Jalan Munif, Jalan Sudiro, Jalan Kartini, hingga halaman Gedung Ganesha, tampak dipadati PKL lagi.
Pengamat pariwisata dari Universitas Brawijaya (UB) Malang Achmad Faidlal Rahman menyatakan, program BSN yang digagas pemerintah sebenarnya bagus. Namun, hal semacam itu belum mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan asing. Pengunjung yang hadir dalam kegiatan BSN paling banyak berasal dari penduduk lokal Kota Batu. "Event yang digelar Pemkot Batu kurang terdengar hingga keluar kota. Jadi kegiatan BSN tidak ubahnya dengan pasar malam yang digelar masyarakat," ungkap dia.
Supaya kegiatannya bisa menggema hingga luar kota, penempatan lokasinya harus tepat. Lalu, perlu ada kegiatan yang bersifat internasional di area BSN. Kemudian promosi lewat media masa harus kuat. "Mungkin tahun depan bisa direncanakan yang lebih matang lagi. Pemilihan lokasinya juga harus tepat supaya event - nya bisa dihadiri wisatawan mancanegara," kata dia.
Maman adi saputro
SABTU 25 OKTOBER 2014
Kegiatan BSN yang digelar sejak Rabu (22/10) itu bertujuan menarik PKL agar sukarela keluar dari kawasan alun-alun. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Pemkot Batu telah menyediakan 31 tenda untuk ditempati para PKL. Ke-13 tenda diperuntukkan untuk PKL makanan dan minuman, sisanya untuk hasil kerajinan pelaku UKM. "Memang PKL alun-alun hingga kemarin masih belum bisa direlokasi," ujar Kepala Diskoperindag Kota Batu Muhammad Chori kemarin.
Dia menjelaskan, PKL di Alun-alun Kota Batu memang belum bisa direlokasi secara keseluruhan. Saat ini ada sekitar 200 PKL yang memadati kawasan alun-alun, sedangkan tempat relokasi di BSN hanya menampung sebagian kecil pedagang. "Pemerintah bekerja sama dengan PHRI untuk menyeleksi kualitas rasa, cara penyajian, kesehatan dan kebersihan menu masakan yang akan dijual. Ketatnya proses seleksi menjadikan puluhan PKL di Alun-alun Kota Batu tidak lolos seleksi. Pemerintah tetap akan berusaha menertibkan PKL di Alun-alun Kota Batu," tandas dia.
Pemkot Batu sebelumnya pernah merelokasi PKL dari alun-alun ke kawasan Batu Tourism Center (BTC) di Jalan Kartini. Saat itu kawasan alunalun menjadi tertib dan asri. Namun, PKL ternyata tidak kerasan di BTC. Mereka hanya bisa bertahan selama setahun karena kurang laku. Selanjutnya, para pedagang kembali berjualan di sekitar alun-alun. Akhirnya situasi di kawasan Alun-alun Kota Batu, mulai Jalan Munif, Jalan Sudiro, Jalan Kartini, hingga halaman Gedung Ganesha, tampak dipadati PKL lagi.
Pengamat pariwisata dari Universitas Brawijaya (UB) Malang Achmad Faidlal Rahman menyatakan, program BSN yang digagas pemerintah sebenarnya bagus. Namun, hal semacam itu belum mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan asing. Pengunjung yang hadir dalam kegiatan BSN paling banyak berasal dari penduduk lokal Kota Batu. "Event yang digelar Pemkot Batu kurang terdengar hingga keluar kota. Jadi kegiatan BSN tidak ubahnya dengan pasar malam yang digelar masyarakat," ungkap dia.
Supaya kegiatannya bisa menggema hingga luar kota, penempatan lokasinya harus tepat. Lalu, perlu ada kegiatan yang bersifat internasional di area BSN. Kemudian promosi lewat media masa harus kuat. "Mungkin tahun depan bisa direncanakan yang lebih matang lagi. Pemilihan lokasinya juga harus tepat supaya event - nya bisa dihadiri wisatawan mancanegara," kata dia.
Maman adi saputro
SABTU 25 OKTOBER 2014
(bbg)