Tahun Baru Hijriah 1436 - Momentum Menuju Perubahan

Sabtu, 25 Oktober 2014 - 21:36 WIB
Tahun Baru Hijriah 1436 - Momentum Menuju Perubahan
Tahun Baru Hijriah 1436 - Momentum Menuju Perubahan
A A A
SEMARANG - Tahun Baru Hijriah 1436 diharapkan menjadi momentum perubahan bangsa dari sistem dan perilaku kurang baik menuju arah lebih baik.

Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng, Najahan Musyafak mengatakan, hijrah bukan dimaknai perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain, tapi bisa dimaknai sebagai perubahan dari sesuatu kurang baik menjadi lebih baik."Saya kira tahun baru hijriah ini bisa sebagai momentum transformasi nasional," katanya kepada KORAN SINDO , kemarin.

Dia menjelaskan, dengan dilantik Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) sebagai pemimpin baru negeri ini, diharapkan bisa melakukan koreksi total terhadap sesuatu yang kurang baik pada masa lalu dan memperbaiki pada momentum ini. "Nilai itu juga bisa diterapkan dalam penyusunan kabinet dan memilih menteri, serta menyusun program-program yang ada," kata Dosen IAIN Walisongo Semarang ini.

Sementara bagi masyarakat, bisa juga melakukan perubahan terhadap berbagai aspek menuju lebih baik. Menurut dia, sejarah hijrah juga terkandung nilai kebersamaan, mempertahankan kebenaran, perjuangan, dan pengorbanan."Kalau nilai-nilai itu bisa diresapi masyarakat, bangsa ini akan lebih baik," ujarnya.

Biasanya, kata Najahan, masyarakat menyambut Tahun Baru Hijriah itu dengan berbagai ekspresi, mulai dari padusan , makan makan, berendam di air, mandi, dan lainnya. "Itu tidak masalah karena sudah menjadi tradisi, tapi yang lebih penting mengetahui nilai-nilai dari momentum hijrah tersebut, banyak hikmah yang bisa dipetik dalam hijrah," kata Najahan.

Sekretaris Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jateng, Ahmad Tafsir menambahkan, dengan memasuki Tahun Baru Hijriah ini diharapkan hari esok lebih baik dari pada hari kemarin. Menurutnya, semangat hijrah adalah ada harapan baru terhadap solidaritas, tolong-menolong, bekerja keras, maupun membangun persaudaraan. "Nilai sejarah dalam hijrah adalah semangat kerja keras dan pantang menyerang," katanya.

Dijelaskan Tafsir, nilai-nilai itu sebagaimana dilakukan kaum Muhajirin yang hendak hijrah dari Mekkah ke Madinah. Dalam perjalanan hijrah itu, ada sebuah pengorbanan dan semangat juang yang dahsyat karena menempuh perjalanan padang pasir yang jauh.

“Ketika sampai di Madinah, kaum Ansor menyambutnya dengan baik. Hal ini juga menunjukkan rasa solidaritas dan persaudaraan yang luar biasa. Dengan nilai-nilai itu terbentuklah peradaban baru yang sangat maju (madinatul munawaroh )," katanya.

Tafsir meminta kepada masyarakat mengupas nilai-nilai yang ada pada sejarah hijrah itu. Begitu juga ekspresi-ekspresi tradisi yang dilakukan sekarang, seperti padusan , kungkum , dan lainnya, juga perlu dikuak nilainya jangan hanya asal meniru. "Baik juga tradisi padusan itu, paling tidak bisa memulai tahun dengan hidup bersih, baik jiwa maupun raga," katanya.

Kepala Kementarian Agama (Kemenag) Jawa Tengah Khoiruddin berharap hijrah ini dijadikan pemerintah sebagai momentum dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

"Berpikirlah sebagai pelayan umat, pemerintah bukan untuk dilayani," kata dia. Sementara untuk masyarakat, kata Khoiruddin, diminta menjaga konsistensi berperilaku baik dan benar. "Karena di era globalisasi ini, tantangannya lebih besar," ucapnya.

Amin fauzi

SABTU 25 OKTOBER 2014
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5546 seconds (0.1#10.140)