Kekeringan, Ratusan Hektare Sawah di Tana Toraja Rusak
A
A
A
TANA TORAJA - Ratusan hektare (ha) sawah di Kabupaten Tana Toraja mengalami kerusakan, akibat kekeringan yang melanda wilayah itu sejak beberapa bulan terakhir. Kekeringan juga mengakibatkan tanah menjadi retak-retak.
“Musim kemarau tahun ini menyebabkan ratusan sawah rusak akibat kekeringan, karena saluran air irigasi tidak berfungsi karena tidak ada air,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura kabupaten Tana Toraja Richar Potte, di Makale, Selasa (21/10/2014).
Dia menyatakan, berdasarkan data petugas Pengamat Organisme Pengganti Tumbuhan (POPT) Provinsi Sulawesi Selatan, luas areal persawahan yang sudah ditanami di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja 485 ha. Dari jumlah luas tanam tersebut, 213 ha diantaranya dalam kondisi rusak, baik rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat akibat kekeringan.
"Areal tanam yang mengalami rusak ringan seluas 117 ha. Sementara yang mengalami rusak sedang seluas 74 ha. Sawah yang mengalami rusak ringan dan rusak berat tersebar hampir di semua kecamatan, di kabupaten Tana Toraja," terangnya.
Sedangkan sawah yang mengalami rusak berat seluas 21 ha, tersebar di Kecamatan Rembon seluas 5 ha, Kecamatan Rantetayo 4 ha, Kecamatan Mengkendek 2 ha, Kecamatan Makale Selatan 2 ha, Kecamatan Makale Utara 4 ha, dan Kecamatan Makale 4 ha. Bahkan, ada sawah yang sudah mengalami puso, yakni di Kecamatan Rembon seluas 1 ha.
“Sebagian besar petani baru saja melakukan musim tanam. Tapi adanya kekeringan menyebabkan seluruh tanaman yang rata-rata berumur 15-80 hari mati,” katanya.
Lebih lanjut, Dinas Pertanian dan Holtikultura memprediksi, jika hujan tidak juga turun hingga akhir Oktober 2014 mendatang, areal persawahan yang mengalami kerusakan bertambah luas.
"Sawah yang saat ini kondisinya rusak berat berpotensi puso. Begitu juga sawah yang rusak sedang berpotensi rusak berat, dan sawah yang rusak ringan berpotensi rusak sedang," tukasnya.
“Musim kemarau tahun ini menyebabkan ratusan sawah rusak akibat kekeringan, karena saluran air irigasi tidak berfungsi karena tidak ada air,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura kabupaten Tana Toraja Richar Potte, di Makale, Selasa (21/10/2014).
Dia menyatakan, berdasarkan data petugas Pengamat Organisme Pengganti Tumbuhan (POPT) Provinsi Sulawesi Selatan, luas areal persawahan yang sudah ditanami di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja 485 ha. Dari jumlah luas tanam tersebut, 213 ha diantaranya dalam kondisi rusak, baik rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat akibat kekeringan.
"Areal tanam yang mengalami rusak ringan seluas 117 ha. Sementara yang mengalami rusak sedang seluas 74 ha. Sawah yang mengalami rusak ringan dan rusak berat tersebar hampir di semua kecamatan, di kabupaten Tana Toraja," terangnya.
Sedangkan sawah yang mengalami rusak berat seluas 21 ha, tersebar di Kecamatan Rembon seluas 5 ha, Kecamatan Rantetayo 4 ha, Kecamatan Mengkendek 2 ha, Kecamatan Makale Selatan 2 ha, Kecamatan Makale Utara 4 ha, dan Kecamatan Makale 4 ha. Bahkan, ada sawah yang sudah mengalami puso, yakni di Kecamatan Rembon seluas 1 ha.
“Sebagian besar petani baru saja melakukan musim tanam. Tapi adanya kekeringan menyebabkan seluruh tanaman yang rata-rata berumur 15-80 hari mati,” katanya.
Lebih lanjut, Dinas Pertanian dan Holtikultura memprediksi, jika hujan tidak juga turun hingga akhir Oktober 2014 mendatang, areal persawahan yang mengalami kerusakan bertambah luas.
"Sawah yang saat ini kondisinya rusak berat berpotensi puso. Begitu juga sawah yang rusak sedang berpotensi rusak berat, dan sawah yang rusak ringan berpotensi rusak sedang," tukasnya.
(san)