Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Masih Tinggi
A
A
A
PEMALANG - Tepat dua bulan setelah dinaikan statusnya menjadi siaga, Gunung Slamet masih menunjukan aktivitas vulkanik tinggi.
Akibat aktivitas vulkanik Gunung Slamet yang tinggi ini masyarakat diimbau tetap waspada karena belum ada indikasi penurunan aktivitas yang dapat menjadi dasar penurunan status.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sudrajat mengatakan, status Gunung Slamet masih dalam level siaga dengan radius larangan beraktivitas empat kilometer dari puncak kawah.
"Aktivitas yang teramati masih tinggi dan belum terlihat ada penurunan," katanya, Minggu (12/10/2014).
Aktivitas vulkanik gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu didominasi oleh aktivitas kegempaan berupa gempa tremor terus menerus.
Aktivitas itu menunjukan masih tingginya gejolak magma di dalam perut gunung. Magma itu bisa terus mengalir ke permukaan gunung atau bertahan di dalam perut gunung. "Hingga pagi ini (kemarin) gempa tremor terus menerus masih terjadi," ucap Sudrajat.
Sementara dari pengamatan secara visual aktivitas yang teramati didominasi oleh hembusan asap putih dengan ketinggian maksimal 200 meter.
Hal serupa juga terlihat dari pemantauan menggunakan kamera CCTV yang dipasang di Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.
"Dari sisi sebalah barat aktivitas yang terpantau CCTV juga sama dengan dari pengamatan di Pos Gambuhan," imbuh Sudrajat.
Dengan aktivitas yang masih tinggi ini masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan tidak beraktivitas di radius empat kilometer dari puncak gunung.
Sebab tidak menutup kemungkinan aktivitas vulkanik akan kembali meningkat seperti halnya Gunung Sinabung yang kembali meletus. "Mudah-mudahan tidak sampai seperti Gunung Sinabung," ujarnya.
Sudrajat menambahkan, tim siaga dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) juga masih akan terus berada di Pos Gambuhan selama status Gunung Slamet masih siaga. Mereka terus melakukan pengamatan intensif perkembangan aktivitas yang terjadi.
"Sesuai protap mereka masih akan terus membantu pengamatan di Gambuhan sampai statusnya diturunkan," ujar Sudrajat.
Disinggung kemungkinan adanya penambahan alat lagi untuk mengintensifkan pengamatan, Sudrajat menyatakan penambahan belum diperlukan karena keberadaan alat yang ada sudah cukup. "Terakhir penambahan alat adalah pemasangan CCTV," tukasnya.
Status Gunung Slamet dinaikan menjadi siaga pada 12 Agustus lalu atau sudah berlangsung selama dua bulan.
Sejak itu hingga hari ini aktivitas gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Pemalang, Brebes, Tegal, Banyumas, dan Purbalingga itu terpantau fluktuatif. "Status siaga ini tergolong lama," imbuh Sudrajat.
Akibat aktivitas vulkanik Gunung Slamet yang tinggi ini masyarakat diimbau tetap waspada karena belum ada indikasi penurunan aktivitas yang dapat menjadi dasar penurunan status.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sudrajat mengatakan, status Gunung Slamet masih dalam level siaga dengan radius larangan beraktivitas empat kilometer dari puncak kawah.
"Aktivitas yang teramati masih tinggi dan belum terlihat ada penurunan," katanya, Minggu (12/10/2014).
Aktivitas vulkanik gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu didominasi oleh aktivitas kegempaan berupa gempa tremor terus menerus.
Aktivitas itu menunjukan masih tingginya gejolak magma di dalam perut gunung. Magma itu bisa terus mengalir ke permukaan gunung atau bertahan di dalam perut gunung. "Hingga pagi ini (kemarin) gempa tremor terus menerus masih terjadi," ucap Sudrajat.
Sementara dari pengamatan secara visual aktivitas yang teramati didominasi oleh hembusan asap putih dengan ketinggian maksimal 200 meter.
Hal serupa juga terlihat dari pemantauan menggunakan kamera CCTV yang dipasang di Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.
"Dari sisi sebalah barat aktivitas yang terpantau CCTV juga sama dengan dari pengamatan di Pos Gambuhan," imbuh Sudrajat.
Dengan aktivitas yang masih tinggi ini masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan tidak beraktivitas di radius empat kilometer dari puncak gunung.
Sebab tidak menutup kemungkinan aktivitas vulkanik akan kembali meningkat seperti halnya Gunung Sinabung yang kembali meletus. "Mudah-mudahan tidak sampai seperti Gunung Sinabung," ujarnya.
Sudrajat menambahkan, tim siaga dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) juga masih akan terus berada di Pos Gambuhan selama status Gunung Slamet masih siaga. Mereka terus melakukan pengamatan intensif perkembangan aktivitas yang terjadi.
"Sesuai protap mereka masih akan terus membantu pengamatan di Gambuhan sampai statusnya diturunkan," ujar Sudrajat.
Disinggung kemungkinan adanya penambahan alat lagi untuk mengintensifkan pengamatan, Sudrajat menyatakan penambahan belum diperlukan karena keberadaan alat yang ada sudah cukup. "Terakhir penambahan alat adalah pemasangan CCTV," tukasnya.
Status Gunung Slamet dinaikan menjadi siaga pada 12 Agustus lalu atau sudah berlangsung selama dua bulan.
Sejak itu hingga hari ini aktivitas gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Pemalang, Brebes, Tegal, Banyumas, dan Purbalingga itu terpantau fluktuatif. "Status siaga ini tergolong lama," imbuh Sudrajat.
(sms)