Senyum Petani Tembakau di Musim Kemarau
A
A
A
BOYOLALI - Para petani di lereng Gunung Merapi dan Merbabu, wilayah Kecamatan Selo, Boyolali, menikmati musim kemarau panjang tahun ini. Pasalnya, kemarau panjang itu justru berimbas positif bagi kualitas tembakau.
Salah seorang petani asal Desa Gebyok, Sundio mengatakan, kemarau panjang memang sangat ditunggu-tunggu para petani di lereng Merapi. Datangnya musim kemarau membuat kualitas tembaku meningkat, dibanding tahun lalu.
Meningkatnya kualitas itu juga berimbas positif pada harga jual tembakau saat ini. Menurutnya, untuk musim panen kali ini harga tembakau rajangan mencapai Rp65.000 setiap kilogram dalam kondisi kering.
Sedangkan untuk musim panen tahun lalu, harga tembakau dalam kondisi yang sama hanya mencapai Rp57.000, setiap kilogram.
"Kualitasnya sampai pertengahan September ini cukup bagus, dan harganya naik dari tahun lalu sehingga hama yang menyerang juga tergolong sedikit," ucapnya, kepada wartawan, Minggu (14/9/2014).
Dia mengatakan, kualitas tembakau itu bakal terus bertahan selama musim tanam ini. Asalkan tidak ada hujan yang turun selama masa panen berlangsung. Menurutnya, hujan turun sekali saja dalam masa panen, akan membuat kualitas tembakau menurun drastis, dan akhirnya akan membuat harga jual menurun.
Hal yang sama dikatakan Winarni, petani lainnya. Menurutnya, panjangnya musim kemarau juga mempermudah para petani untuk mengeringkan tembakau. Tembakau yang selesai dirajang akan kering dalam waktu satu hari.
Dengan pengeringan seperti itu, kualitas tembakau akan terus terjaga, hingga nantinya diproduksi menjadi rokok.
"Kalau pengeringannya lebih dari satu hari, akan membuat tembakau itu rusak dan mudah membusuk," jelasnya.
Winarni berharap, para petani tidak mengalami hal hal itu. Sebab, tembakau adalah satu-satunya pendapatan yang bisa diharapkan oleh para petani. Mengingat saat ini tanaman sayur tidak bisa ditanam oleh petani akibat tidak adanya air hujan.
"Kali ini sayur sudah tidak panen, jangan sampai tembakau juga tidak panen akibat hujan turun di musim panen," ungkapnya.
Salah seorang petani asal Desa Gebyok, Sundio mengatakan, kemarau panjang memang sangat ditunggu-tunggu para petani di lereng Merapi. Datangnya musim kemarau membuat kualitas tembaku meningkat, dibanding tahun lalu.
Meningkatnya kualitas itu juga berimbas positif pada harga jual tembakau saat ini. Menurutnya, untuk musim panen kali ini harga tembakau rajangan mencapai Rp65.000 setiap kilogram dalam kondisi kering.
Sedangkan untuk musim panen tahun lalu, harga tembakau dalam kondisi yang sama hanya mencapai Rp57.000, setiap kilogram.
"Kualitasnya sampai pertengahan September ini cukup bagus, dan harganya naik dari tahun lalu sehingga hama yang menyerang juga tergolong sedikit," ucapnya, kepada wartawan, Minggu (14/9/2014).
Dia mengatakan, kualitas tembakau itu bakal terus bertahan selama musim tanam ini. Asalkan tidak ada hujan yang turun selama masa panen berlangsung. Menurutnya, hujan turun sekali saja dalam masa panen, akan membuat kualitas tembakau menurun drastis, dan akhirnya akan membuat harga jual menurun.
Hal yang sama dikatakan Winarni, petani lainnya. Menurutnya, panjangnya musim kemarau juga mempermudah para petani untuk mengeringkan tembakau. Tembakau yang selesai dirajang akan kering dalam waktu satu hari.
Dengan pengeringan seperti itu, kualitas tembakau akan terus terjaga, hingga nantinya diproduksi menjadi rokok.
"Kalau pengeringannya lebih dari satu hari, akan membuat tembakau itu rusak dan mudah membusuk," jelasnya.
Winarni berharap, para petani tidak mengalami hal hal itu. Sebab, tembakau adalah satu-satunya pendapatan yang bisa diharapkan oleh para petani. Mengingat saat ini tanaman sayur tidak bisa ditanam oleh petani akibat tidak adanya air hujan.
"Kali ini sayur sudah tidak panen, jangan sampai tembakau juga tidak panen akibat hujan turun di musim panen," ungkapnya.
(san)