Ponpes Ath Thaariq Hanya Didatangi Orang
A
A
A
GARUT - Meski pihak kepolisian menyatakan tidak ada penyerangan, Pimpinan Pondok Pesantren Ath Thaariq Ustadz Ibang Lukmanuruddin tetap meyakini jika ponpes yang dipimpinnya benar-benar didatangi oleh sekelompok orang.
Namun demikian, Ibang enggan melaporkan peristiwa penyerangan itu ke pihak yang berwajib. “Alasannya, saya tidak ingin peristiwa ini menimbulkan konflik horizontal di masyarakat. Makanya saya memilih tidak melaporkan ke polisi," kata Ibang, saat ditemui di Ponpes Ath Thaariq, Sabtu (5/7/2014).
Ibang mengakui, informasi penyerangan ke Ponpes Ath Thaariq diterima dari isterinya yang sedang berada di dalam rumah. Dia membenarkan jika dirinya tidak mengetahui langsung peristiwa sebenarnya.
“Memang tidak ada saksi atas peristiwa yang terjadi pada Kamis 3 Juli 2014 (sebelumnya ditulis Jumat 4 Juli 2014) itu. Karena saya dan santri sedang menunggu kunjungan Jokowi di Lapangan Kerkof Garut. Kebetulan isteri saya yang sedang di rumah, menghubungi saya jika ponpes didatangi sejumlah orang,” ujarnya.
“Isteri saya pun tidak melihat, karena dia berada di dalam kamar. Adanya kedatangan sejumlah orang ke tempat penyimpanan obat herbal diketahui dari suara teriakan. Namun itu pun terdengar samar-samar, karena dia ada di dalam," bebernya.
Ditambahkan dia, setelah dilakukan pengecekan oleh istrinya, orang-orang itu sudah tidak ada. Saat ditanya kerusakan fisik apa saja dialaminya, dia mengaku untuk bangunan tidak ada.
"Tapi tempat penyimpanan obat herbal isinya berantakan semua. Bahkan beberapa kayu penyangga obat herbal terlepas dari paku. Tidak mungkin kalau semua ini disebabkan oleh angin atau hewan seperti ayam. Meski kecil, tetap saja rusak,” bebernya.
Terkait siapa dan pihak mana pelakunya, Ibang mengaku tidak dapat menduga-duga. Dia hanya berkata jika kegiatan yang dialaminya beberapa hari terakhir menjadi pemicu penyerangan tersebut.
“Saya menganggap kejadian ini sudah biasa. Dari beberapa pengalaman sebagai aktivis sewaktu dahulu, memang ketika saya sedang fokus mengerjakan sesuatu, selalu ada yang mendatangi dengan tujuan agar saya menghentikan aktivitas saya," jelasnya.
Dia melanjutkan, aksi penyerangan seperti itu di momentum pilpres (Pemilihan Presiden) seperti ini sudah menjadi hal yang biasa. Untuk itu, dia berharap masyarakat tahu siapa sosok pemimpin yang baik untuk semua. Karena saat ini bangsa kita sedang mengalami krisis kepemimpinan.
"Kalau ada yang bertanya atau mengajak diskusi, apakah itu dari kalangan masyarakat kampung biasa atau mahasiswa misalnya, ya saya katakan pilihan hati nurani saya. Siapa pun bebas menentukan pilihannya,” paparnya.
Namun demikian, Ibang enggan melaporkan peristiwa penyerangan itu ke pihak yang berwajib. “Alasannya, saya tidak ingin peristiwa ini menimbulkan konflik horizontal di masyarakat. Makanya saya memilih tidak melaporkan ke polisi," kata Ibang, saat ditemui di Ponpes Ath Thaariq, Sabtu (5/7/2014).
Ibang mengakui, informasi penyerangan ke Ponpes Ath Thaariq diterima dari isterinya yang sedang berada di dalam rumah. Dia membenarkan jika dirinya tidak mengetahui langsung peristiwa sebenarnya.
“Memang tidak ada saksi atas peristiwa yang terjadi pada Kamis 3 Juli 2014 (sebelumnya ditulis Jumat 4 Juli 2014) itu. Karena saya dan santri sedang menunggu kunjungan Jokowi di Lapangan Kerkof Garut. Kebetulan isteri saya yang sedang di rumah, menghubungi saya jika ponpes didatangi sejumlah orang,” ujarnya.
“Isteri saya pun tidak melihat, karena dia berada di dalam kamar. Adanya kedatangan sejumlah orang ke tempat penyimpanan obat herbal diketahui dari suara teriakan. Namun itu pun terdengar samar-samar, karena dia ada di dalam," bebernya.
Ditambahkan dia, setelah dilakukan pengecekan oleh istrinya, orang-orang itu sudah tidak ada. Saat ditanya kerusakan fisik apa saja dialaminya, dia mengaku untuk bangunan tidak ada.
"Tapi tempat penyimpanan obat herbal isinya berantakan semua. Bahkan beberapa kayu penyangga obat herbal terlepas dari paku. Tidak mungkin kalau semua ini disebabkan oleh angin atau hewan seperti ayam. Meski kecil, tetap saja rusak,” bebernya.
Terkait siapa dan pihak mana pelakunya, Ibang mengaku tidak dapat menduga-duga. Dia hanya berkata jika kegiatan yang dialaminya beberapa hari terakhir menjadi pemicu penyerangan tersebut.
“Saya menganggap kejadian ini sudah biasa. Dari beberapa pengalaman sebagai aktivis sewaktu dahulu, memang ketika saya sedang fokus mengerjakan sesuatu, selalu ada yang mendatangi dengan tujuan agar saya menghentikan aktivitas saya," jelasnya.
Dia melanjutkan, aksi penyerangan seperti itu di momentum pilpres (Pemilihan Presiden) seperti ini sudah menjadi hal yang biasa. Untuk itu, dia berharap masyarakat tahu siapa sosok pemimpin yang baik untuk semua. Karena saat ini bangsa kita sedang mengalami krisis kepemimpinan.
"Kalau ada yang bertanya atau mengajak diskusi, apakah itu dari kalangan masyarakat kampung biasa atau mahasiswa misalnya, ya saya katakan pilihan hati nurani saya. Siapa pun bebas menentukan pilihannya,” paparnya.
(san)