Ingrid Kansil Dukung Penutupan Dolly
A
A
A
SURABAYA - Anggota Komisi VIII Ingrid Kansil menyambut positif rencana penutupan lokalisasi Dolly oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Langkah positif itu diberikan karena dirinya khawatir efek jangka panjang terhadap adanya lokalisasi tersebut.
"Kita harus melihat efek jangka panjang adanya Dolly bagi lingkungan masyarakat. Karena memang, negara kita tidak pernah melegalkan praktik prostitusi," ujarnya saat dihubungi wartawan, Rabu (18/6/2014).
Politikus Partai Demokrat ini menilai wajar apabila kebijakan ini tidak sepenuhnya mendapatkan respon positif, namun alasan utama penutupan Dolly karena kekhawatiran efek sosial atau pengaruh buruk yang diberikan kepada lingkungan sekitar harus tetap diperhatikan.
"Anak-anak akan melihat bahwa praktik prostitusi itu dibenarkan (karena mereka melihat realitas itu setiap hari) dan kekhawatirannya kemudian adalah hilangnya norma-norma kesusilaan. Nah bisa anda bayangkan jika satu daerah ada 100 anak yang melihat dan mendengar praktek prostitusi setiap hari. Proteksi terhadap generasi muda inilah yang kemudian harus kita dukung bersama-sama," tandasnya.
Meski begitu, Ingrid tetap mengingatkan agar pemerintah setempat terus memberikan pembinaan kepada mantan pekerja seks komersial (PSK) atas penutupan lokalisasi tersebut.
"Diberdayakan agar mereka mampu menghidupi diri dan keluarganya dengan jalan yang jauh lebih baik," tutupnya.
Langkah positif itu diberikan karena dirinya khawatir efek jangka panjang terhadap adanya lokalisasi tersebut.
"Kita harus melihat efek jangka panjang adanya Dolly bagi lingkungan masyarakat. Karena memang, negara kita tidak pernah melegalkan praktik prostitusi," ujarnya saat dihubungi wartawan, Rabu (18/6/2014).
Politikus Partai Demokrat ini menilai wajar apabila kebijakan ini tidak sepenuhnya mendapatkan respon positif, namun alasan utama penutupan Dolly karena kekhawatiran efek sosial atau pengaruh buruk yang diberikan kepada lingkungan sekitar harus tetap diperhatikan.
"Anak-anak akan melihat bahwa praktik prostitusi itu dibenarkan (karena mereka melihat realitas itu setiap hari) dan kekhawatirannya kemudian adalah hilangnya norma-norma kesusilaan. Nah bisa anda bayangkan jika satu daerah ada 100 anak yang melihat dan mendengar praktek prostitusi setiap hari. Proteksi terhadap generasi muda inilah yang kemudian harus kita dukung bersama-sama," tandasnya.
Meski begitu, Ingrid tetap mengingatkan agar pemerintah setempat terus memberikan pembinaan kepada mantan pekerja seks komersial (PSK) atas penutupan lokalisasi tersebut.
"Diberdayakan agar mereka mampu menghidupi diri dan keluarganya dengan jalan yang jauh lebih baik," tutupnya.
(sms)