Aktivitas vulkanik Gunung Merapi tidak signifikan
A
A
A
Sindonews.com - Status Gunung Merapi hari ini masih Waspada. Tapi, hingga siang tadi,
aktivitas vulkanik Gunung Merapi tidak signifikan. Tanda akan ada letusan besar pun tidak ada.
"Kita belum melihat adanya itu (peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Merapi). Dilihat dari jumlah kegempaannya juga tidak signifikan," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) M Hendrasto, di Kantor PVMBG, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (2/5/2014).
Dari jumlah kegempaan, hanya ada gempa frekuensi rendah. Jumlah per hari sekira 20 kali gempa frekuensi rendah. Meski begitu, letusan masih terjadi. Hal itu karena Gunung Merapi mengeluarkan gas, bukan magma.
"Dari akumulasi gas yang lepas itu kadang-kadang terjadi semacam letusan," jelas Toto, sapaan akrab Hendrasto.
Karena masih mengeluarkan letusan, status Waspada masih ditetapkan. Kawasan sekitar kawah pun tidak boleh ada aktivitas manusia.
Selama ini tren aktivitas vulkanik di Gunung Merapi memang cenderung tinggi. Ketika statusnya dinaikkan menjadi Waspada, biasanya diikuti peningkatan status hingga Awas.
Itu yang kemudian membuat masyarakat cukup waswas ketika Gunung Merapi ditetapkan statusnya jadi Waspada. "Merapi ini selama ini kalau naik status pasti sampai Awas, meletus. Makanya yang sekarang masyarakat berpikir ini pasti akan meletus," jelas Toto.
Pola pikir seperti itu yang harusnya diubah oleh masyarakat di sekitar Gunung Merapi. Kewaspadaan harus dimiliki masyarakat ketika status Merapi tidak normal. Tapi, bukan berarti status di atas normal akan berujung pada letusan besar.
aktivitas vulkanik Gunung Merapi tidak signifikan. Tanda akan ada letusan besar pun tidak ada.
"Kita belum melihat adanya itu (peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Merapi). Dilihat dari jumlah kegempaannya juga tidak signifikan," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) M Hendrasto, di Kantor PVMBG, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (2/5/2014).
Dari jumlah kegempaan, hanya ada gempa frekuensi rendah. Jumlah per hari sekira 20 kali gempa frekuensi rendah. Meski begitu, letusan masih terjadi. Hal itu karena Gunung Merapi mengeluarkan gas, bukan magma.
"Dari akumulasi gas yang lepas itu kadang-kadang terjadi semacam letusan," jelas Toto, sapaan akrab Hendrasto.
Karena masih mengeluarkan letusan, status Waspada masih ditetapkan. Kawasan sekitar kawah pun tidak boleh ada aktivitas manusia.
Selama ini tren aktivitas vulkanik di Gunung Merapi memang cenderung tinggi. Ketika statusnya dinaikkan menjadi Waspada, biasanya diikuti peningkatan status hingga Awas.
Itu yang kemudian membuat masyarakat cukup waswas ketika Gunung Merapi ditetapkan statusnya jadi Waspada. "Merapi ini selama ini kalau naik status pasti sampai Awas, meletus. Makanya yang sekarang masyarakat berpikir ini pasti akan meletus," jelas Toto.
Pola pikir seperti itu yang harusnya diubah oleh masyarakat di sekitar Gunung Merapi. Kewaspadaan harus dimiliki masyarakat ketika status Merapi tidak normal. Tapi, bukan berarti status di atas normal akan berujung pada letusan besar.
(zik)