Letusan Merapi bukan erupsi magmatik
A
A
A
Sindonews.com - Letusan Gunung Merapi yang terjadi Minggu (20/4/2014) sekira pukul 04.26 WIB dinilai bukan merupakan erupsi magmatik. Meski status Merapi masih normal, masyarakat harus tetap waspada namun tidak berlebihan.
Menurut Koordinator Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta Dr Eko Teguh Paripurno MT, status aktif normal Merapi tidak dinaikkan meski terdapat aktivitas keluarnya lava pijar karena lava pijar yang mengalir sejauh 1 km dari puncak Merapi tersebut bukan berasal dari dapur magma.
"Letusan yang terjadi tadi pagi tergolong erupsi freatik atau yang biasa kita sebut guguran kubah lava. Letusan ini tidak berasal dari perut Merapi karena memang tidak ada aktivitas di perut Merapi. Lava pijar yang keluar termasuk akumulasi material yang berada dihampir kawah Merapi," jelas Eko, Minggu (20/4/2014).
Menurut Dosen Teknik Geologi ini, keluarnya material pada erupsi freatik biasanya dikarenakan tekanan dari gas dan uap air dari dalam gunung.
Dan meski lava pijar yang keluar bukanlah magma baru, masyarakat di sekitar Merapi tetap diimbau untuk waspada, tidak panik atau cemas berlebihan.
Mengenai keterkaitan gempa di Gunungkidul yang terjadi dua hari sebelum erupsi, dikatakan Eko, kemungkinan ada kaitannya.
Namun demikian, dia menegaskan tidak semua gempa yang terjadi mampu menimbulkan letusan pada gunung berapi.
Secara nalar, dia menjelaskan, gempa tentu mampu membuat material yang ada di puncak maupun di dalam gunung berapi menjadi tidak stabil.
"Itupun jika energi gempa yang dihasilkan mampu menjangkau lokasi keberadaan gunung berapi. Dan kenyataannya untuk Merapi kali ini tidak terjadi peningkatan aktivitas magma. Tapi jika memang energi gempa kemarin itu sampai ke Merapi, material yang ada didekat kawah yang terkena dampaknya sehingga terjadi letusan kecil," imbuhnya.
Menurut laporan BPPTKG Badan Geologi, letusan kecil atau hembusan Merapi kami ini disertai suara gemuruh dan disusul keluarnya lava pijar yang mengarah ke hulu Kali Senowo.
Hujan abu dan pasir sempat terjadi di daerah-daerah kisaran radius 12 km sisi tenggara hingga barat daya Merapi.
Berdasarkan analisis, lava pijar yang keluar dari kawah bukan material juvenile (magma baru).
Merapi belum memasuki fase letusan magmatik baru. Material yang keluar adalah gas vulkanik dominan CO2 yang memicu letusan.
Adanya beberapa kali gempa tektonik di DIY dan Jawa Tengah juga berpengaruh pada sistem internal di Gunung Merapi sehingga terjadi pelepasan CO2.
Baca juga :
Abu Merapi belum ganggu penerbangan di Bandara Adisucipto
Menurut Koordinator Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta Dr Eko Teguh Paripurno MT, status aktif normal Merapi tidak dinaikkan meski terdapat aktivitas keluarnya lava pijar karena lava pijar yang mengalir sejauh 1 km dari puncak Merapi tersebut bukan berasal dari dapur magma.
"Letusan yang terjadi tadi pagi tergolong erupsi freatik atau yang biasa kita sebut guguran kubah lava. Letusan ini tidak berasal dari perut Merapi karena memang tidak ada aktivitas di perut Merapi. Lava pijar yang keluar termasuk akumulasi material yang berada dihampir kawah Merapi," jelas Eko, Minggu (20/4/2014).
Menurut Dosen Teknik Geologi ini, keluarnya material pada erupsi freatik biasanya dikarenakan tekanan dari gas dan uap air dari dalam gunung.
Dan meski lava pijar yang keluar bukanlah magma baru, masyarakat di sekitar Merapi tetap diimbau untuk waspada, tidak panik atau cemas berlebihan.
Mengenai keterkaitan gempa di Gunungkidul yang terjadi dua hari sebelum erupsi, dikatakan Eko, kemungkinan ada kaitannya.
Namun demikian, dia menegaskan tidak semua gempa yang terjadi mampu menimbulkan letusan pada gunung berapi.
Secara nalar, dia menjelaskan, gempa tentu mampu membuat material yang ada di puncak maupun di dalam gunung berapi menjadi tidak stabil.
"Itupun jika energi gempa yang dihasilkan mampu menjangkau lokasi keberadaan gunung berapi. Dan kenyataannya untuk Merapi kali ini tidak terjadi peningkatan aktivitas magma. Tapi jika memang energi gempa kemarin itu sampai ke Merapi, material yang ada didekat kawah yang terkena dampaknya sehingga terjadi letusan kecil," imbuhnya.
Menurut laporan BPPTKG Badan Geologi, letusan kecil atau hembusan Merapi kami ini disertai suara gemuruh dan disusul keluarnya lava pijar yang mengarah ke hulu Kali Senowo.
Hujan abu dan pasir sempat terjadi di daerah-daerah kisaran radius 12 km sisi tenggara hingga barat daya Merapi.
Berdasarkan analisis, lava pijar yang keluar dari kawah bukan material juvenile (magma baru).
Merapi belum memasuki fase letusan magmatik baru. Material yang keluar adalah gas vulkanik dominan CO2 yang memicu letusan.
Adanya beberapa kali gempa tektonik di DIY dan Jawa Tengah juga berpengaruh pada sistem internal di Gunung Merapi sehingga terjadi pelepasan CO2.
Baca juga :
Abu Merapi belum ganggu penerbangan di Bandara Adisucipto
(sms)