Diduga mencuri ponsel, guru aniaya murid
A
A
A
Sindonews.com - DM (13) siswi salah satu SMP swasta di Penancangan, Kelurahan Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten menjadi korban penganiayaan gurunya.
Peristiwa penganiayaan terhadap korban yang masih duduk di kelas 2 SMP ini bermula saat ABG ini bermalam di sekolahnya dikarenakan ada acara pada hari Kamis 31 Maret 2014.
Ketika semua sudah tertidur tiba tiba, rekan korban yang diketahui MN (13) membangunkan DM sekira pukul 03.15 WIB, karena ponsel 3 guru mereka hilang tak tahu kemana.
"Iya saya dituduh maling handphone guru, padahal handphone saya juga hilang, ga tau kenapa ibu Ning, nuduh saya yang mencuri" ujar DM ketika ditemui di kediamannya yang tak jauh dari sekolahnya, Selasa (8/4/2014).
Seminggu kemudian tepatnya, Kamis 3 April 2014 korban dipanggil ke sekolah untuk diintrogasi dalam sebuah ruangan oleh guru Pramuka Ning (20), di dalam ruang kelas ini korban dipaksa mengakui aksi pencurian sambil menulis surat pernyataan kalau DM benar melakukan pencurian minggu lalu.
"Saya disuruh ngaku, eh, tiba tiba pipi kanan saya ditampar dengan keras sama ibu Ning, sampai memar, pakai tangan kanan," ujar anak ke 3 dari pasangan Nendi dan Titin ini.
Tidak hanya disitu saja penyiksaan belum berakhir, oleh gurunya, DM juga sempat dilempar dengan botol air mineral, dan ditarik paksa hingga kaki kanannya memar karena menabrak pintu.
Karena gurunya takut peristiwa itu diketahui keluarganya korban sengaja disekap dulu sehingga luka memarnya hilang.
"Sempat diancam pas udah ditampar, kalau cerita sama orang tua, berarti kamu nyebarin aib sendiri" katanya menirukan gaya bicara gurunya.
Setelah DM disekap selama semalam korban akhirnya bisa pulang ke rumah, dan mengeluh kepada ibunya Titin (41) kalau korban merasakan sakit di bagian kaki kanan dan pipi kirinya.
"Saya sempat datang ke sekolah, tapi tanggapannya dengan emosi dari pihak sekolah, anak saya sudah 2 hari tidak sekolah, " ujar Titin yang sehari hari bekerja sebagai pembantu.
Sementara itu pihak sekolah yang diwakili dari Kepala Tata Usaha Ismu Karim mengelak kalau salah satu gurunya tidak pernah berbuat kasar bahkan sampai adanya pemukulan.
"Tidak ada pemukulan, itu bohong tidak benar, memang ada laporan kehilangan ponsel tapi kalau ada pengakuan korban itu salah," ujar Ismu ditemui di sekolahnya.
Peristiwa penganiayaan terhadap korban yang masih duduk di kelas 2 SMP ini bermula saat ABG ini bermalam di sekolahnya dikarenakan ada acara pada hari Kamis 31 Maret 2014.
Ketika semua sudah tertidur tiba tiba, rekan korban yang diketahui MN (13) membangunkan DM sekira pukul 03.15 WIB, karena ponsel 3 guru mereka hilang tak tahu kemana.
"Iya saya dituduh maling handphone guru, padahal handphone saya juga hilang, ga tau kenapa ibu Ning, nuduh saya yang mencuri" ujar DM ketika ditemui di kediamannya yang tak jauh dari sekolahnya, Selasa (8/4/2014).
Seminggu kemudian tepatnya, Kamis 3 April 2014 korban dipanggil ke sekolah untuk diintrogasi dalam sebuah ruangan oleh guru Pramuka Ning (20), di dalam ruang kelas ini korban dipaksa mengakui aksi pencurian sambil menulis surat pernyataan kalau DM benar melakukan pencurian minggu lalu.
"Saya disuruh ngaku, eh, tiba tiba pipi kanan saya ditampar dengan keras sama ibu Ning, sampai memar, pakai tangan kanan," ujar anak ke 3 dari pasangan Nendi dan Titin ini.
Tidak hanya disitu saja penyiksaan belum berakhir, oleh gurunya, DM juga sempat dilempar dengan botol air mineral, dan ditarik paksa hingga kaki kanannya memar karena menabrak pintu.
Karena gurunya takut peristiwa itu diketahui keluarganya korban sengaja disekap dulu sehingga luka memarnya hilang.
"Sempat diancam pas udah ditampar, kalau cerita sama orang tua, berarti kamu nyebarin aib sendiri" katanya menirukan gaya bicara gurunya.
Setelah DM disekap selama semalam korban akhirnya bisa pulang ke rumah, dan mengeluh kepada ibunya Titin (41) kalau korban merasakan sakit di bagian kaki kanan dan pipi kirinya.
"Saya sempat datang ke sekolah, tapi tanggapannya dengan emosi dari pihak sekolah, anak saya sudah 2 hari tidak sekolah, " ujar Titin yang sehari hari bekerja sebagai pembantu.
Sementara itu pihak sekolah yang diwakili dari Kepala Tata Usaha Ismu Karim mengelak kalau salah satu gurunya tidak pernah berbuat kasar bahkan sampai adanya pemukulan.
"Tidak ada pemukulan, itu bohong tidak benar, memang ada laporan kehilangan ponsel tapi kalau ada pengakuan korban itu salah," ujar Ismu ditemui di sekolahnya.
(sms)