Delapan benda purbakala Ponorogo raib
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak delapan benda purbakala yang berada di sekitar Pendopo Pemerintah Kabupaten Ponorogo raib.
Hilangnya batu-batu bersejarah berupa fragmen atau potongan arca peninggalan abad ke-10 hingga abad ke-15 tersebut diduga akibat minimnya perhatian pemerintah setempat.
“Mungkin mereka (Pemkab Ponorogo) tidak tahu kalau obyek-obyek itu memiliki nilai sejarah meski bentuknya sudah tidak utuh lagi,” kata Arkeolog Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Rizki Susantini, saat dihubungi, Senin 24 Februari 2014.
Rizki menyatakan, hilangnya benda-benda peninggalan sejarah ini diketahui saat pihaknya melakukan verifikasi ulang atas benda-benda purbakala di Ponorogo.
Ternyata, dari dari 25 obyek purbakala yang data registrasinya sudah masuk di BPCB sejak tahun 2001, hanya ada 17 buah yang masih diketahui keberadaannya.
“Awal Februari lalu kami verifikasi ulang. Ternyata benda-benda itu tidak lagi ada di sekitar pendopo. Tidak tahu di mana, yang jelas kami tidak melihat wujudnya,” ujarnya.
Kedelapan benda tersebut yakni tiga fragmen arca, satu fragmen Arca Nandi, satu fragmen Arca Agastya, satu fragmen Arca Ganesha dan dua batu candi. Sementara arca yang lain masih ada dan bisa ditemui di halaman pendopo. Meski posisinya telah bergeser, namun kondisinya masih sama dengan saat diregistrasi pada Tahun 2001 lalu.
Terkait hal ini, pihak BPCB Trowulan sempat mengkonfirmasi ke Bagian Umum pemerintah setempat. “Tapi, Bagian Umum tidak tahu. Hilangnya delapan fragmen ini bisa diambil orang atau dipindahkan karena dianggap sudah tidak memiliki nilai sejarah,” jelas Rizki.
Karena itu, pihak BPCB berharap agar Pemerintah Ponorogo berupaya mencari delapan benda purbakala yang hilang tersebut. Lebih-lebih, program pelestarian benda cagar budaya tengah digalakkan pemerintah.
Rizki sempat menepis kemungkinan benda-benda purbakala ini dicuri orang untuk diperjualbelikan di pasar seni. Sebab menurutnya, dengan kondisi yang tidak utuh, sangat kecil kemungkinan batu-batu tersebut menarik minat kolektor.
“Kalau nilai antik mungkin kecil sekali, tapi kalau nilai sejarah masih sangat kuat. Jadi mungkin hanya bergeser atau tidak sengaja dipindahkan. Kalau dicuri sepertinya tidak,” ungkapnya.
Hilangnya batu-batu bersejarah berupa fragmen atau potongan arca peninggalan abad ke-10 hingga abad ke-15 tersebut diduga akibat minimnya perhatian pemerintah setempat.
“Mungkin mereka (Pemkab Ponorogo) tidak tahu kalau obyek-obyek itu memiliki nilai sejarah meski bentuknya sudah tidak utuh lagi,” kata Arkeolog Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Rizki Susantini, saat dihubungi, Senin 24 Februari 2014.
Rizki menyatakan, hilangnya benda-benda peninggalan sejarah ini diketahui saat pihaknya melakukan verifikasi ulang atas benda-benda purbakala di Ponorogo.
Ternyata, dari dari 25 obyek purbakala yang data registrasinya sudah masuk di BPCB sejak tahun 2001, hanya ada 17 buah yang masih diketahui keberadaannya.
“Awal Februari lalu kami verifikasi ulang. Ternyata benda-benda itu tidak lagi ada di sekitar pendopo. Tidak tahu di mana, yang jelas kami tidak melihat wujudnya,” ujarnya.
Kedelapan benda tersebut yakni tiga fragmen arca, satu fragmen Arca Nandi, satu fragmen Arca Agastya, satu fragmen Arca Ganesha dan dua batu candi. Sementara arca yang lain masih ada dan bisa ditemui di halaman pendopo. Meski posisinya telah bergeser, namun kondisinya masih sama dengan saat diregistrasi pada Tahun 2001 lalu.
Terkait hal ini, pihak BPCB Trowulan sempat mengkonfirmasi ke Bagian Umum pemerintah setempat. “Tapi, Bagian Umum tidak tahu. Hilangnya delapan fragmen ini bisa diambil orang atau dipindahkan karena dianggap sudah tidak memiliki nilai sejarah,” jelas Rizki.
Karena itu, pihak BPCB berharap agar Pemerintah Ponorogo berupaya mencari delapan benda purbakala yang hilang tersebut. Lebih-lebih, program pelestarian benda cagar budaya tengah digalakkan pemerintah.
Rizki sempat menepis kemungkinan benda-benda purbakala ini dicuri orang untuk diperjualbelikan di pasar seni. Sebab menurutnya, dengan kondisi yang tidak utuh, sangat kecil kemungkinan batu-batu tersebut menarik minat kolektor.
“Kalau nilai antik mungkin kecil sekali, tapi kalau nilai sejarah masih sangat kuat. Jadi mungkin hanya bergeser atau tidak sengaja dipindahkan. Kalau dicuri sepertinya tidak,” ungkapnya.
(rsa)