7 ekor Gajah Sumatera di Riau dibantai pemburu
A
A
A
Sindonews.com - Aksi perburuan gajah Sumatera di Riau semakin tidak terbendung. Kali ini tujuh ekor satwa yang dilindungi ditemukan menjadi bangkai dengan gading hilang.
Gajah tersebut ditemukan tidak bernyawa diperbatasan Taman Nasional Tesso Nillo (TNTN) lahan warga dan konsesi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di daerah Basrah Kabupaten Pelalawan.
Pihak PT Riau Andalan memastikan tujuh ekor gajah yang mati itu diluar konsesi perusahaan.
"Kami memastikan bawah gajah yang mati itu di luar konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) kami. Kami juga meminta pihak berwenang seperti Balai Besar Konsetvasi Sumber Daya Alam (BKSDA), pihak kepolisian dan Taman Nasional Tesso Nillo sendiri mengusut kematian itu. Agar kita tau siapa pelakunya," kata Direktur PT RAPP Mulia Nauli, kemarin.
Pihak perusahaan mengaku saat ini melestarikan satwa yang hampir punah itu. "Kami saat ini memiliki enam ekor gajah dalam unit Elephan Flying Squad," imbuhnya.
Sementara pihak LSM pencinta satwa langka World Wildlife Fund (WWF) menyatakan dugaan kuat tujuh satwa yang ditemukan mati itu adalah diracun.
"Gajah ini kemungkinan kuat satu kawanan. Karena penemuan bangkai gajahnya berdekatan satu sama lain. Sifat gajah, biasanya kalau satu ekor gajah itu makan di suatu tempat seperti yang beracun, maka kawanan yang lain pasti memakan. Jadi dugaan racun telah disebar untuk membunuh gajah. Setelah gajah mati, baru para memburu itu memgambil gadingnya," ungkap humas WWF Riau Syamsidar.
Karena berdasarkan penemuaan, gajah yang mati itu berkelamin jantan dan berusia dewasa."Kami heran, tidak satupun kematian gajah terungkap, padahal sudah ratusan kasus. Apa saja kerja penegak hukum di Riau ini," ketusnya.
Gajah tersebut ditemukan tidak bernyawa diperbatasan Taman Nasional Tesso Nillo (TNTN) lahan warga dan konsesi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di daerah Basrah Kabupaten Pelalawan.
Pihak PT Riau Andalan memastikan tujuh ekor gajah yang mati itu diluar konsesi perusahaan.
"Kami memastikan bawah gajah yang mati itu di luar konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) kami. Kami juga meminta pihak berwenang seperti Balai Besar Konsetvasi Sumber Daya Alam (BKSDA), pihak kepolisian dan Taman Nasional Tesso Nillo sendiri mengusut kematian itu. Agar kita tau siapa pelakunya," kata Direktur PT RAPP Mulia Nauli, kemarin.
Pihak perusahaan mengaku saat ini melestarikan satwa yang hampir punah itu. "Kami saat ini memiliki enam ekor gajah dalam unit Elephan Flying Squad," imbuhnya.
Sementara pihak LSM pencinta satwa langka World Wildlife Fund (WWF) menyatakan dugaan kuat tujuh satwa yang ditemukan mati itu adalah diracun.
"Gajah ini kemungkinan kuat satu kawanan. Karena penemuan bangkai gajahnya berdekatan satu sama lain. Sifat gajah, biasanya kalau satu ekor gajah itu makan di suatu tempat seperti yang beracun, maka kawanan yang lain pasti memakan. Jadi dugaan racun telah disebar untuk membunuh gajah. Setelah gajah mati, baru para memburu itu memgambil gadingnya," ungkap humas WWF Riau Syamsidar.
Karena berdasarkan penemuaan, gajah yang mati itu berkelamin jantan dan berusia dewasa."Kami heran, tidak satupun kematian gajah terungkap, padahal sudah ratusan kasus. Apa saja kerja penegak hukum di Riau ini," ketusnya.
(lns)