Kerugian sementara akibat letusan Kelud capai Rp1,2 T
A
A
A
Sindonews.com - Tim Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) mengeluarkan data kerugian sementara akibat letusan Gunung Kelud yang terjadi Kamis 14 Februari 2014 lalu.
Ketua Posko Induk Penanganan Bencana Kelud Ahmad Sukardi mengatakan, jumlah kerugian sementara mencapai Rp1,2 triliun. Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat seiring permasalahan akibat erupsi belum selesai hingga saat ini.
"Ini baru pendataan awal. Kemungkinan akan bertambah," kata Sukardi di Posko Induk, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Senin (17/2/2014).
Dia menjelaskan, kerugian terbesar terjadi pada sektok per komoditi pertanian sepreti padi, jagung, kedelai, cabai, tomat, kentang, nanas dan bunga mawar yang mencapai Rp1 triliun.
Kemudian, kerugian untuk sektor perkebunan seperti kopi, kakao, cengkeh dan tebu yang ada di tiga wilayah Kediri, Blitar dan malang, mencapai Rp84 milyar. Ditambah lagi sektor peternakan yang meliputi sapi perah, sapi ternak dan peternakan lainnya sebesar Rp13 miliar.
Kerugian yang tak kalah besar adalah di sektor pendidikan, meliputi kerusakan sekolah SD hingga SMA yang mencapai Rp2,7 miliar.
Kata Sukardi, terhadap kerugian itu, Pemprov jatim telah menyusun estimasi anggaran yang dibutuhkan dalam tanggap darurat selama 10 hari ke depan.
Pemprov Jatim berharap tidak hanya dari APBD saja untuk mengatasi kerugian ini, namun juga ada bantuan dari pemerintah pusat. Meskipun nantinya pemerintah pusat memberikan bantuan, namun Sukadi menegaskan, bencana erupsi Gunung Kelud sudah ditetapkan oleh Gubernur Jatim Soekarwo sebagai bencana provinsi bukan bencana nasional.
"Kita masih mampu menangani bencana ini termasuk penanggulangan dan pemberian bantuan korban erupsi yang tersebar di beberapa wilayah Kediri, Jombang, Batu, Malang dan Blitar ," ujarnya.
Sukardi juga mengaku laporan tersebut sudah dilaporkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca:
Banyak sekolah di kawah Kelud sudah beraktivitas
Ketua Posko Induk Penanganan Bencana Kelud Ahmad Sukardi mengatakan, jumlah kerugian sementara mencapai Rp1,2 triliun. Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat seiring permasalahan akibat erupsi belum selesai hingga saat ini.
"Ini baru pendataan awal. Kemungkinan akan bertambah," kata Sukardi di Posko Induk, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Senin (17/2/2014).
Dia menjelaskan, kerugian terbesar terjadi pada sektok per komoditi pertanian sepreti padi, jagung, kedelai, cabai, tomat, kentang, nanas dan bunga mawar yang mencapai Rp1 triliun.
Kemudian, kerugian untuk sektor perkebunan seperti kopi, kakao, cengkeh dan tebu yang ada di tiga wilayah Kediri, Blitar dan malang, mencapai Rp84 milyar. Ditambah lagi sektor peternakan yang meliputi sapi perah, sapi ternak dan peternakan lainnya sebesar Rp13 miliar.
Kerugian yang tak kalah besar adalah di sektor pendidikan, meliputi kerusakan sekolah SD hingga SMA yang mencapai Rp2,7 miliar.
Kata Sukardi, terhadap kerugian itu, Pemprov jatim telah menyusun estimasi anggaran yang dibutuhkan dalam tanggap darurat selama 10 hari ke depan.
Pemprov Jatim berharap tidak hanya dari APBD saja untuk mengatasi kerugian ini, namun juga ada bantuan dari pemerintah pusat. Meskipun nantinya pemerintah pusat memberikan bantuan, namun Sukadi menegaskan, bencana erupsi Gunung Kelud sudah ditetapkan oleh Gubernur Jatim Soekarwo sebagai bencana provinsi bukan bencana nasional.
"Kita masih mampu menangani bencana ini termasuk penanggulangan dan pemberian bantuan korban erupsi yang tersebar di beberapa wilayah Kediri, Jombang, Batu, Malang dan Blitar ," ujarnya.
Sukardi juga mengaku laporan tersebut sudah dilaporkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca:
Banyak sekolah di kawah Kelud sudah beraktivitas
(rsa)