Diare ancam pengungsi Kelud

Senin, 17 Februari 2014 - 01:06 WIB
Diare ancam pengungsi Kelud
Diare ancam pengungsi Kelud
A A A
Sindonews.com - Warga Kecamatan Ngantang yang tinggal di tempat pengungsian terancam diare. Hal ini disebabkan karena kondisi pengungsian yang kotor dan pengungsinya tidak sanggup berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Kordinator tim medis Satuan Pelaksana (Satlak) Bencana Gunung Kelud dr Susana Indahwati menjelaskan, secara umum kondisi tempat pemukiman di Kota Batu yang berjumlah 49 tempat dalam kondisi baik.

Namun hal itu belum menjamin para pengungsi akan terhindar dari serangan penyakit diare. "Mereka saat datang ke tempat pengungsian dalam kondisi sehat. Tapi karena bercampur dengan banyak orang dan kurang bisa menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya. Virus diare mudah menyerangnya," jelas dr Susana, Minggu (17/2/2014).

Diterangkan, selama tiga hari ini tim medis yang disiapkan Dinkes Kota Batu sudah melayani 1500 pengungsi yang mengeluhkan kesehatan tubuhnya.

Lalu kalau ditabulasi pengungsi letusan Gunung Kelud yang tinggal di Kota Batu banyak yang menderita Inveksi Saluran Pernafasan Atas (Ispa). Menderita iritasi mata, hypertensi, sakit maag.

Pegel linu, sakit kepala, iritasi kulit, diare, demam dan muntah-muntah. "Awalnya mereka nyaman tinggal di rumahnya. Kemudian karena keadaan harus meninggalkan rumah dan menetap di pengungsian. Akhirnya membuat pikiran stres berikutnya daya tahan tubuh menurun," jelas dia.

Panyakit Ispa yang diderita pengungsi disebabkan karena telah menghirup abu vulkanik Gunung Kelud termasuk yang terkena iritasi mata. "Kita imbau pada para relawan dan para pengungsi agar tetap menjaga kebersihan dan kesehatan lingungan dan tubuhnya agar terhindar dari diare dan penyakit kulit lainnya," ungkap dr Susana.

Kendala teknis yang dihadapi tim medis di Kota Batu antara lain, hingga hari ke tiga pasca erupsi Gunung Kelud jumlah tim medis dan para medisnya tidak tersebar merata di kantung-kantung pengungsian.

Terutama yang berjaga malam hari. Bantuan tim medis dari luar kota, kadang tidak berkordinasi dengan Dinkes Kota Batu. Sehingga satu posko kadang jumlah tim medisnya lebih dari tiga orang. Sebaliknya dalam satu titik posko penampungan tidak ada tim medisnya.

"Ya seperti yang terjadi kemarin malam di Posko penampungan pengungsi di gang Macan Songgoriti. Ada pengungsi yang sakit tapi tidak ada tim medisnya. Untungnya ada tim medis yang berkeliling. Yang sakit langsung kita rujuk ke RS Paru, Kota Batu," imbuhnya.

dr Susana menilai, waktu siang hari banyak tim medis bergaya seperti malaikat. Semua siap membantu pengungsi. Sebaliknya malam harinya seperti setan. "Entah kemana waktu malam hari, relawan tim medisnya hilang semua. Kalau mengandalkan tim medis dari Dinkes Kota Batu, jelas tidak mencukupi apalagi harus siaga 24 jam," bebernya.

Di tempat terpisah, Kepala Puskemas Junrejo drg Kartika menambahkan, pihaknya sudah melayani 248 pengungsi yang menderita batuk dan pilek serta sakit tenggorokan.

Untuk kondisi kesehatan anak-anak pengungsi khususnya yang tinggal di pos pengungsi Desa Tlekung, Dadaprejo dan Mojorejo serta di Kelurahan Ngagalik yang berjumlah 150 anak dalam kondisi sehat.

"Mungkin karena baru tiga hari mereka meninggalkan rumahnya. Kalau sudah seminggu mungkin mereka sudah bosan tinggal di pengungsian. Sehingga kita membutuhkan uluran tangan dari relawan yang ahli dalam bidang motivator anak untuk memberikan hiburan kepada mereka," jelasnya.

Soal obat-obatan kata drg Kartika sudah tercukupi semua. Karena Dinkes Kota Batu baru menerima bantuan dari Dinkes Provinsi Jatim, RSSA Malang dan intansi lain. "Pada hari kedua stok obat yang kita miliki sempat akan habis. Tapi sekarang sudah banyak lagi," pungkasnya.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4099 seconds (0.1#10.140)