Kelud diyakini akan meletus, kijang & ular turun gunung

Selasa, 11 Februari 2014 - 17:13 WIB
Kelud diyakini akan...
Kelud diyakini akan meletus, kijang & ular turun gunung
A A A
Sindonews.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) menyatakan, status Gunung Kelud naik dari waspada menjadi siaga, sejak Senin 10 Februari 2014. Sejumlah binatang hutan di kawasan lereng gunung mulai turun, mulai dari kijang, hingga ular.

"Dua ekor Kijang beriringan turun dari hutan wilayah Desa Sempu. Banyak warga yang melihat," ujar Siti Rohimah, warga Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, kepada wartawan, Selasa (11/2/2013).

Kemunculan fauna hutan tersebut, menjadi pedoman alam bagi masyarakat, bahwa Gunung Kelud, sudah dalam kondisi kritis. Tak hanya itu, udara desa yang semula cenderung dingin juga mulai terasa panas.

Perubahan alam tersebut, membuat sejumlah warga, terutama para lelaki dewasa, memilih berjaga malam. Sebagian besar warga meyakini, Gunung Kelud telah mencapai titik siap meletus (erupsi).

"100 persen warga di sini siap mengungsi jika memang Kelud meletus. Para warga percaya bila letusan kali ini bisa lebih hebat dari sebelumnya (2007)," terangnya pasrah.

Berdasarkan hasil rekam seismik hari ini, dari pukul 06.00-12.00 WIB, Kelud mengalami gempa vulkanik dalam (VA) sebanyak 22 kali. Kemudian gempa vulkanik dangkal (VB) sebanyak 97 kali, tektonik jauh (TJ) tiga kali dengan suhu 56,4 derajat celcius.

Namun begitu, dibandingkan data sebelumnya, gejala gempa jam terakhir tersebut mengalami peningkatan. Saat ini, status Gunung Kelud masih siaga, dengan perluasan zona larangan menjadi lima kilometer.

Kepala Pos Pantau Ngancar Kediri Khoirul Huda mengatakan, pada radius zona larangan, hampir seluruhnya terselimuti kabut tebal. "Karenanya secara visual tidak bisa melihat apa-apa," jelasnya.

Mengenai informasi adanya hewan hutan yang mulai turun mendekati permukiman, Khoirul menolak tanda alam tersebut sebagai indikator gunung api akan erupsi. Sebab pada dasarnya, sejak Gunung Kelud menjadi daerah wisata, habitat hewan sudah membaur dengan manusia.

"Kecuali kalau dulu. Tapi kalau sekarang tidak bisa digunakan sebagai indikator. Di dekat pos pantau sini saja juga ada Kijang. Begitu juga di dekat permukiman rumah warga, tentu juga ada ular," pungkasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0994 seconds (0.1#10.140)