Pra erupsi Gunung Kelud sekarang mirip 1990 & 2007
A
A
A
Sindonews.com - Prilaku pra erupsi Gunung Kelud yang terjadi saat ini menyerupai gabungan peristiwa pra erupsi pada Tahun 1990 dan 2007.
Di depan aparat Komando Distrik Militer (Kodim) 0809 Kediri, Kepala Pos Pantau Gunung Kelud Kediri Khoirul Huda mengatakan proses peningkatan status Gunung Kelud dari Waspada ke Siaga dan Awas berlangsung cepat (Tahun 2007). Namun tidak tertutup kemungkinan peningkatan level tersebut juga berlangsung lebih lambat (Tahun 1990).
"Berdasarkan catatan seismik, proses aktivitas (Kelud) kali ini memiliki ciri keduanya (1990 dan 2007). Namun semuanya tetap wallahualam, "ujar Khoirul Huda menjelaskan di hadapan aparat TN, Senin (3/2/2014).
Pada Tahun 1990, peningkatan status Gunung Kelud dari Waspada ke Siaga dan Awas memakan waktu sekira tiga bulan. Frekuensi tremor mengalami fluktuatif yang sangat signifikan.
Pada detik akhir jelang letusan, kata Khoirul, gempa tremor atau perjalanan aktifitas menuju permukaan sempat berhenti (istirahat). "Istirahat tremor yang terjadi malam hari itu kemudian berlanjut letusan (erupsi) pada pagi harinya," terangnya.
Berdasarkan arsip yang ada, erupsi Kelud yang terjadi pada tahun 1990 bersifat eksplosif. Magma, gas dan abu dikeluarkan oleh tekanan yang sangat kuat. Dalam peristiwa tersebut Kelud juga melontarkan material padat. Tertulis sekira 2,5 juta meter kubik air kawah yang ditumpahkan. "Proses erupsi ini hanya berlangsung sehari, setelah itu status menjadi normal kembali," terangnya.
Lain halnya peristiwa Tahun 2007. Proses Waspada menuju Siaga dan Awas hanya memakan waktu sekira satu bulan. Status Waspada berlangsung pada akhir September dan berubah menjadi Awas pada 16 Oktober.
Menurut Khoirul, erupsi Kelud bersifat efusif. Magma yang keluar berbentuk lava pijar yang meleleh dan mengalir dari lubang kepundan tumpah ke lereng puncak gunung. Proses erupsi efusif tersebut berlangsung selama dua minggu. "Dan itu dibarengi dengan munculnya anak Kelud," katanya.
Sementara pada Tahun 2014, gempa tremor berlangsung hebat sejak akhir Tahun 2013 hingga awal Tahun 2014. Namun, sejak naik status dari Aktif Normal (level I) menjadi Waspada (level II), frekuensi gempa Vulkanik Dalam (VA) dan Vulkanik Dangkal (VB) Gunung Kelud mengalami penurunan.
Setidaknya sesuai catatan seismik pos pantau, geliat Kelud menimbulkan 15 kali VB, 5 kali VA dan satu kali gempa Tektonik Jauh (TJ). Di rentang waktu yang sama sejak berstastus Waspada kemarin, gempa VB terjadi 63 kali, 13 kali VA dan sekali TJ.
Karenanya, meski bisa membaca tanda dan gejala alam yang serupa, Khoirul tidak bisa memastikan akhir dari status waspada yang terjadi saat ini.
"Sekali lagi semuanya wallahualam. Kita hanya bisa meminta semuanya, terutama warga setempat untuk meningkatkan kewaspadaan," pungkasnya.
Seperti diketahui, sesuai rekam jejak aktivitas Kelud, gunung api berketinggian 1,731 meter di atas permukaan laut (MDPL) tersebut memiliki siklus letusan 12-15 tahun sekali. Arsip menyebutkan, bahwa Kelud mulai meletus pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990.
Terakhir pada 16 Oktober 2007. Sekitar 135.000 jiwa warga Kabupaten Blitar yang berada di radius 10 km dari Kelud diungsikan.
Baca:
PVMBG: Gunung Kelud berkarakter pelan
Di depan aparat Komando Distrik Militer (Kodim) 0809 Kediri, Kepala Pos Pantau Gunung Kelud Kediri Khoirul Huda mengatakan proses peningkatan status Gunung Kelud dari Waspada ke Siaga dan Awas berlangsung cepat (Tahun 2007). Namun tidak tertutup kemungkinan peningkatan level tersebut juga berlangsung lebih lambat (Tahun 1990).
"Berdasarkan catatan seismik, proses aktivitas (Kelud) kali ini memiliki ciri keduanya (1990 dan 2007). Namun semuanya tetap wallahualam, "ujar Khoirul Huda menjelaskan di hadapan aparat TN, Senin (3/2/2014).
Pada Tahun 1990, peningkatan status Gunung Kelud dari Waspada ke Siaga dan Awas memakan waktu sekira tiga bulan. Frekuensi tremor mengalami fluktuatif yang sangat signifikan.
Pada detik akhir jelang letusan, kata Khoirul, gempa tremor atau perjalanan aktifitas menuju permukaan sempat berhenti (istirahat). "Istirahat tremor yang terjadi malam hari itu kemudian berlanjut letusan (erupsi) pada pagi harinya," terangnya.
Berdasarkan arsip yang ada, erupsi Kelud yang terjadi pada tahun 1990 bersifat eksplosif. Magma, gas dan abu dikeluarkan oleh tekanan yang sangat kuat. Dalam peristiwa tersebut Kelud juga melontarkan material padat. Tertulis sekira 2,5 juta meter kubik air kawah yang ditumpahkan. "Proses erupsi ini hanya berlangsung sehari, setelah itu status menjadi normal kembali," terangnya.
Lain halnya peristiwa Tahun 2007. Proses Waspada menuju Siaga dan Awas hanya memakan waktu sekira satu bulan. Status Waspada berlangsung pada akhir September dan berubah menjadi Awas pada 16 Oktober.
Menurut Khoirul, erupsi Kelud bersifat efusif. Magma yang keluar berbentuk lava pijar yang meleleh dan mengalir dari lubang kepundan tumpah ke lereng puncak gunung. Proses erupsi efusif tersebut berlangsung selama dua minggu. "Dan itu dibarengi dengan munculnya anak Kelud," katanya.
Sementara pada Tahun 2014, gempa tremor berlangsung hebat sejak akhir Tahun 2013 hingga awal Tahun 2014. Namun, sejak naik status dari Aktif Normal (level I) menjadi Waspada (level II), frekuensi gempa Vulkanik Dalam (VA) dan Vulkanik Dangkal (VB) Gunung Kelud mengalami penurunan.
Setidaknya sesuai catatan seismik pos pantau, geliat Kelud menimbulkan 15 kali VB, 5 kali VA dan satu kali gempa Tektonik Jauh (TJ). Di rentang waktu yang sama sejak berstastus Waspada kemarin, gempa VB terjadi 63 kali, 13 kali VA dan sekali TJ.
Karenanya, meski bisa membaca tanda dan gejala alam yang serupa, Khoirul tidak bisa memastikan akhir dari status waspada yang terjadi saat ini.
"Sekali lagi semuanya wallahualam. Kita hanya bisa meminta semuanya, terutama warga setempat untuk meningkatkan kewaspadaan," pungkasnya.
Seperti diketahui, sesuai rekam jejak aktivitas Kelud, gunung api berketinggian 1,731 meter di atas permukaan laut (MDPL) tersebut memiliki siklus letusan 12-15 tahun sekali. Arsip menyebutkan, bahwa Kelud mulai meletus pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990.
Terakhir pada 16 Oktober 2007. Sekitar 135.000 jiwa warga Kabupaten Blitar yang berada di radius 10 km dari Kelud diungsikan.
Baca:
PVMBG: Gunung Kelud berkarakter pelan
(rsa)