Suasana haru iringi pemakaman Rizal Syahputra

Senin, 03 Februari 2014 - 00:01 WIB
Suasana haru iringi...
Suasana haru iringi pemakaman Rizal Syahputra
A A A
Sindonews.com - Isak tangis mengiringi prosesi pemakaman korban awan panas Gunung Sinabung, Rizal Syahputra (32) di kediamannnya Jalan Karya Bakti, Medan.

Puluhan awak media merupakan rekan-rekan almarhum terlihat berkumpul mengiringi prosesi pemakaman itu.

Tepat pukul 10.10 WIB, jenazah Rizal Syahputra dibawa menuju masjid Taqarrub Jalan Darussalam, Medan untuk disalatkan dan dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Sei Kambing, Medan.

Sanak saudara, rekan dan rekan-rekan sesama wartawan mengiringi pemakaman anak kedua dari lima bersaudara pasangan Sulaiman dan Hanifah.

Tiga kali bacaan surat Al Fatihah para pelayat yang hadir pun mengiringi langkah kepergian almarhum Rizal Syahputra dari kediamannya menuju TPU Sei Sikambing, Medan.

Usai dimakamkan, tidak sedikit rekan Rizal tetap bertahan untuk mengirimkan doa khusus.
Lena Monika, warga Perbaungan misalnya. Teman dekat almarhum mengaku terakhir kali dihubungi Rizal tiga minggu sebelum musibah itu.

“Tiga minggu lalu, dia (Rizal Syahputra) sempat ke rumah saya di Perbaungan. Namun karena saya sedang berada di luar, kami tidak sempat ketemu. Namun dia sempat menghubungi saya dan berkata “aku rindu kali samamu Len”. Itulah kalimat terakhir yang dia ungkapkan kepada saya,” ujarnya mengenang, Minggu (2/2/2014).

Terlihat jelas kesedihan di wajah Lena. Dia seperti tak ingin pergi meninggalkan makam itu.
Walau sebagian orang telah meninggalkan TPU, Lena tak beranjak. Setelah sejenak mengirim doa, dia mencium pusara Rizal.

Menurut Lena, Rizal sosok yang baik dan pendiam. Namun sayangnya, Lena enggan menyebutkan sejauh mana hubungan mereka.

“Anaknya baik kok. Orangnya pendiam. Makanya, saya sangat menyesali kepergiannya begitu cepat,” tukas Lena sambil beranjak meninggalkan makam.

Hanifah, ibu korban almarhum menuturkan hal yang sama. Di mata keluarganya, Rizal dikenal sebagai sosok yang baik. Setiap kali keluar rumah, Rizal selalu berpamitan kepada ibunya.

“Kalau belum bilang mak sebelum keluar rumah, dia itu gak senang. Gak banyak ngomong dia, dia itu pendiam,” kenang Hanifah di kediamannya.

Tidak ada tanda-tanda dan firasat apapun dirasakan keluarga sebelum musibah itu terjadi. Menurut Hanifah putranya itu pamit Kamis (30/01) lalu untuk meliput aktivitas vulkanik Gunung Sinabung. Hanifah mengaku sempat tak mengizinkan. Alasannya, karena Gunung Sinabung masih berbahaya.

“Sudah ibu bilang ke Rizal. Untuk apalah ke Sinabung. Orang lain pada ngungsi, masak kamu malah ke sana. Dia (Rizal) pun menjawab, ini berita bagus mak dan saya akan membuat kejutan. Ternyata benar, kami sekeluarga menjadi terkejut dengan kepergiannya. Tidak seorang pun yang menyangka, Rizal meninggal di usia muda,” cerita Hanifah.

Keluarga tidak berfirasat apapun karena Rizal sudah biasa ke Gunung Sinabung saat kondisi seperti ini.

“Sudah satu bulan terakhir, Rizal sering ke Sinabung. Alhamdulillah, selama itu tidak ada masalah. Makanya, ketika dia berpamitan terakhir kali ke Sinabung, saya mengizinkannya, walau pun harus marah dahulu,” tuturnya.

Tepat Sabtu siang, Hanifah sempat menghubungi ponsel Rizal, namun sayang, ponsel itu sudah tak aktif lagi.

“Tiba-tiba saya dapat berita bahwa si Rizal sudah meninggal,” pungkasnya.

Pihak keluarga mengundang seluruh pelayat yang hadir saat itu untuk menghadiri tahtim dan tahlil yang dilakukan mulai Minggu (02/02) malam selama tiga malam berturut-turut.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3465 seconds (0.1#10.140)