Ribuan itik di Jombang mati mendadak
A
A
A
Sindonews.com - Ribuan itik warga di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, mendadak mati dalam tiga pekan terakhir. Warga cemas karena khawatir itik mereka mati akibat terserang virus flu burung.
Menurut salah seorang peternak di Desa Alang-alang Caruban, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Edi Sutrisno, itik mereka awalnya menunjukkan gejala flu, kepala berputar-putar, lalu menggelepar dan mati.
"Banyak itik milik saya mati, sudah enam ribu ekor dalam kurun waktu 24 hari terkahir," jelas Edi, Minggu (13/1/2014).
Menurut Edi, awalnya dia memiliki enam ribu ekor itik yang siap ia besarkan. Namun akibat serangan penyakit yang belum diketahui jenisnya tersebut, itik milik Edi yang semula berjumlah sekira sembilan ribu kini hanya tinggal sekira 3.000-an ekor saja.
"Setiap hari saya cuma disibukkan dengan membakar itik-itik saya yang mati. Saya sudah melakukan berbagai cara, namun gagal. Seperti menyemprotkan berbagai jenis obat-obatan yang dianjurkan petugas ke dalam kandang," lanjutnya menceritakan.
Akibat peristiwa ini, Edi mengaku telah menderita kerugian hingga lebih dari Rp30 juta. Edi dan para peternak itik lainnya berharap pemerintah segera menurunkan petugasnya untuk memeriksa penyebab kematian itik-itik mereka dan membantu mencarikan solusinya.
Menurut salah seorang peternak di Desa Alang-alang Caruban, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Edi Sutrisno, itik mereka awalnya menunjukkan gejala flu, kepala berputar-putar, lalu menggelepar dan mati.
"Banyak itik milik saya mati, sudah enam ribu ekor dalam kurun waktu 24 hari terkahir," jelas Edi, Minggu (13/1/2014).
Menurut Edi, awalnya dia memiliki enam ribu ekor itik yang siap ia besarkan. Namun akibat serangan penyakit yang belum diketahui jenisnya tersebut, itik milik Edi yang semula berjumlah sekira sembilan ribu kini hanya tinggal sekira 3.000-an ekor saja.
"Setiap hari saya cuma disibukkan dengan membakar itik-itik saya yang mati. Saya sudah melakukan berbagai cara, namun gagal. Seperti menyemprotkan berbagai jenis obat-obatan yang dianjurkan petugas ke dalam kandang," lanjutnya menceritakan.
Akibat peristiwa ini, Edi mengaku telah menderita kerugian hingga lebih dari Rp30 juta. Edi dan para peternak itik lainnya berharap pemerintah segera menurunkan petugasnya untuk memeriksa penyebab kematian itik-itik mereka dan membantu mencarikan solusinya.
(rsa)