Pengamen tuding Wali Kota Surabaya tukang kibul
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah pengamen di Taman Bungkul, Surabaya, protes dengan pernyataan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang mengaku memberikan uang kepada para pengamen.
Paulus, salah satu pengamen di Taman Bungkul, Surabaya, mengaku pernyataan Risma jauh dari kenyataan dan fakta yang ada.
"Tidak benar itu. Buktinya mana. Saya di sini sudah tiga tahun, tapi enggak ada," kata Paulus saat ditemui di sela-sela aktivitasnya mengamen di Taman Bungkul, Surabaya, Rabu (25/12/2013).
Ia juga menyebut, sampai hari ini juga tidak ada pembinaan dari Pemkot Surabaya. Jangankan uang, pembinaan saja tidak pernah ada. Ia juga berharap, Wali kota perempuan itu jangan asal bicara karena memang faktanya demikian.
"Saya berani kok ketemu sama Risma. Memang faktanya demikian. Enggak ada kok wali kota kasih uang ke kita-kita. Untuk makan ya kita harus ngamen," tambah pria berambut gondrong ini.
Paulus dan rekannya memang tidak pernah mengamen di luar Taman Bungkul, Surabaya. Dalam seharian mengamen, mereka biasanya mampu meraup rupiah rata-rata Rp75 ribu.
Senada juga dikatakan oleh rekan seprofesinya, Atak. Menurutnya, selama ini tidak pernah ada sentuhan dari Pemkot berupa pembinaan terhadap para pengamen. Ia juga mengaku kaget dengan pernyataan Wali Kota Surabaya itu.
"Kalau dia (Risma) bilang 78 grup pengamen itu darimana saja. Saya juga tidak tahu apa kepentingannya Risma ngomong demikian," katanya.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, membocorkan jurusnya dalam mengentaskan pengamen dan pengemis di Surabaya.
"Kenapa di Surabaya enggak ada pengamen? Karena kami membina 79 grup pengamen. Kita suruh main di taman dan sentra PKL dan saya bayar. Mereka boleh taruh kaleng, tapi mereka enggak boleh minta," kata Risma di Gedung Pengayoman, Kemenkum HAM, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2013) beberapa waktu lalu.
Sedangkan untuk para pengemis, kader PDI Perjuangan itu mengaku memberikan pelatihan kerja pada mereka. "Kalau mereka mau usaha makanan, kita sediakan pelatihan. Sampai alat masaknya kalau tidak bisa beli juga kita kasih. Begitu juga kalau mau belajar menjahit, kita belikan mesin jahitnya," terang Risma.
Paulus, salah satu pengamen di Taman Bungkul, Surabaya, mengaku pernyataan Risma jauh dari kenyataan dan fakta yang ada.
"Tidak benar itu. Buktinya mana. Saya di sini sudah tiga tahun, tapi enggak ada," kata Paulus saat ditemui di sela-sela aktivitasnya mengamen di Taman Bungkul, Surabaya, Rabu (25/12/2013).
Ia juga menyebut, sampai hari ini juga tidak ada pembinaan dari Pemkot Surabaya. Jangankan uang, pembinaan saja tidak pernah ada. Ia juga berharap, Wali kota perempuan itu jangan asal bicara karena memang faktanya demikian.
"Saya berani kok ketemu sama Risma. Memang faktanya demikian. Enggak ada kok wali kota kasih uang ke kita-kita. Untuk makan ya kita harus ngamen," tambah pria berambut gondrong ini.
Paulus dan rekannya memang tidak pernah mengamen di luar Taman Bungkul, Surabaya. Dalam seharian mengamen, mereka biasanya mampu meraup rupiah rata-rata Rp75 ribu.
Senada juga dikatakan oleh rekan seprofesinya, Atak. Menurutnya, selama ini tidak pernah ada sentuhan dari Pemkot berupa pembinaan terhadap para pengamen. Ia juga mengaku kaget dengan pernyataan Wali Kota Surabaya itu.
"Kalau dia (Risma) bilang 78 grup pengamen itu darimana saja. Saya juga tidak tahu apa kepentingannya Risma ngomong demikian," katanya.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, membocorkan jurusnya dalam mengentaskan pengamen dan pengemis di Surabaya.
"Kenapa di Surabaya enggak ada pengamen? Karena kami membina 79 grup pengamen. Kita suruh main di taman dan sentra PKL dan saya bayar. Mereka boleh taruh kaleng, tapi mereka enggak boleh minta," kata Risma di Gedung Pengayoman, Kemenkum HAM, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2013) beberapa waktu lalu.
Sedangkan untuk para pengemis, kader PDI Perjuangan itu mengaku memberikan pelatihan kerja pada mereka. "Kalau mereka mau usaha makanan, kita sediakan pelatihan. Sampai alat masaknya kalau tidak bisa beli juga kita kasih. Begitu juga kalau mau belajar menjahit, kita belikan mesin jahitnya," terang Risma.
(rsa)