Lahar dingin ancam pemukiman warga Merapi
A
A
A
Sindonews.com - Sungai Gendol-Opak, sepanjang 5 kilometer mulai dari sabodam Monggang, Kepuharjo, Cangkringan, hingga Plumbon, Sindumartani, Ngemplak, saat ini tidak ada tanggulnya lagi. Tanggul tersebut merupakan penyangga saat terjadi banjir lahar dingin.
Sehingga dengan hilangnya tanggul tersebut, saat banjir lahar dingin, luapannya dipastikan langsung ke pemukiman warga yang ada di sepanjang sungai tersebut. Tanggul ini hilang akibat kegiatan penambangan pasir. Padahal, sesuai aturan tanggul tersebut tidak boleh ditambang. Meski begitu, pemerintah setempat tidak mengambil tindakan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengendalian Lahar Gunung Merapi Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) Dwi Purwantoro mengatakan, dengan hilangnya tanggul ini, ancaman banjir lahar dingin tahun ini diprediksikan akan sama dengan yang terjadi pada tahun 2011.
Jika ini terjadi jelas bukan hanya akan merusakan pemukiman, namun juga membahayakan keselamatan, baik warga maupun yang beraktivitas di sepanjang sungai itu.
“Meski tetap akan terkena banjir, namun dengan adanya tanggul itu, setidaknya luapannya tidak langsung ke pemukiman, sehingga masih ada waktu bagi warga untuk menyelamatkan diri,” ungkap Dwi Purwantoro, kepada wartawan, Kamis (12/12/2013).
Dwi menjelaskan, aktivitas penambangan tersebut bukan hanya merusak tanggul sungai. Namun juga menjadikan lebar dan kedalaman sungai melebihi ketentuan. Untuk lebar sungai idealnya 70 meter, namun sekarang sudah 100 meter dan kedalamnya bertambah dari 10 meter menjadi 15 meter.
“Dengan kondisi ini, mestinya jangan sampai ada akses masuk lagi dan normalisasi sudah bisa dihentikan,” paparnya.
Menurut Dwi, untuk mengantisipasi banjir lahar dingin tersebut, selain dengan membuat tanggul, juga dengan memasang bronjong pasir di tepi sungai dan pembagunan sabodam. Namun untuk bronjong ini juga sudah rusak dan bila pasir di bawahnya terus diambil juga akan hilang seperti tanggul.
“Pembangunan sabodam tidak hanya di sungai Gendol-Opak, namun di 15 aliran sungai yang berhulu di gunung Merapi. Total sabodam di aliran sungai itu ada 244 titik,” terangnya.
Desain sabodam sendiri masih sama, yaitu didesain untuk aliran material 5-10 juta meter kubik. Sementara daya tampung mencapai 20 juta meter kubik material.
Kepala Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Julisetiono mengaku, sebenarnya untuk masalah ini sudah mengetahuinya. Namun karena untuk bertindak tidak dapat sendirian, melainkan harus dengan instansi lain, seperti dinas Sumber Daya Air Energi dan Mineral (SDAEM), sehingga tidak bisa berbuat banyak.
“Untuk masalah ini kami akan segera berkoordinasi dengan semua pihak yang berkompenten,” janjinya.
Sehingga dengan hilangnya tanggul tersebut, saat banjir lahar dingin, luapannya dipastikan langsung ke pemukiman warga yang ada di sepanjang sungai tersebut. Tanggul ini hilang akibat kegiatan penambangan pasir. Padahal, sesuai aturan tanggul tersebut tidak boleh ditambang. Meski begitu, pemerintah setempat tidak mengambil tindakan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengendalian Lahar Gunung Merapi Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) Dwi Purwantoro mengatakan, dengan hilangnya tanggul ini, ancaman banjir lahar dingin tahun ini diprediksikan akan sama dengan yang terjadi pada tahun 2011.
Jika ini terjadi jelas bukan hanya akan merusakan pemukiman, namun juga membahayakan keselamatan, baik warga maupun yang beraktivitas di sepanjang sungai itu.
“Meski tetap akan terkena banjir, namun dengan adanya tanggul itu, setidaknya luapannya tidak langsung ke pemukiman, sehingga masih ada waktu bagi warga untuk menyelamatkan diri,” ungkap Dwi Purwantoro, kepada wartawan, Kamis (12/12/2013).
Dwi menjelaskan, aktivitas penambangan tersebut bukan hanya merusak tanggul sungai. Namun juga menjadikan lebar dan kedalaman sungai melebihi ketentuan. Untuk lebar sungai idealnya 70 meter, namun sekarang sudah 100 meter dan kedalamnya bertambah dari 10 meter menjadi 15 meter.
“Dengan kondisi ini, mestinya jangan sampai ada akses masuk lagi dan normalisasi sudah bisa dihentikan,” paparnya.
Menurut Dwi, untuk mengantisipasi banjir lahar dingin tersebut, selain dengan membuat tanggul, juga dengan memasang bronjong pasir di tepi sungai dan pembagunan sabodam. Namun untuk bronjong ini juga sudah rusak dan bila pasir di bawahnya terus diambil juga akan hilang seperti tanggul.
“Pembangunan sabodam tidak hanya di sungai Gendol-Opak, namun di 15 aliran sungai yang berhulu di gunung Merapi. Total sabodam di aliran sungai itu ada 244 titik,” terangnya.
Desain sabodam sendiri masih sama, yaitu didesain untuk aliran material 5-10 juta meter kubik. Sementara daya tampung mencapai 20 juta meter kubik material.
Kepala Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Julisetiono mengaku, sebenarnya untuk masalah ini sudah mengetahuinya. Namun karena untuk bertindak tidak dapat sendirian, melainkan harus dengan instansi lain, seperti dinas Sumber Daya Air Energi dan Mineral (SDAEM), sehingga tidak bisa berbuat banyak.
“Untuk masalah ini kami akan segera berkoordinasi dengan semua pihak yang berkompenten,” janjinya.
(san)