Warga di bawah tebing Makam Sentono Mulyo resah
A
A
A
Sindonews.com - Warga Kampung Debekan, Mojosongo, Jebres, Solo, Jawa Tengah khawatir bakal terjadi longsor susulan di tebing makam Sentono Mulyo.
Struktur tanah dan aliran airnya terdeteksi mulai tidak normal usai terjadi longsor yang menimpa dua rumah warga pada Juni 2013 lalu.
“Tentu saja saya takut. Lagipula rumah saya berada tepat di bawah tebing, di mana rumah di samping sudah hancur diterjang longsor sekitar enam bulan lalu,” urai Lasiyem, 60, warga RT 04/RW I Kampung Debekan, Rabu (13/11/2013).
Wanita yang tinggal di jarak kurang dari delapan meter dari dasar tebing ini menengarai terjadi pergerakan material tebing yang mengancam keselamatan warga.
Untuk diketahui, material tebing berupa batu cadas menghantam dua rumah warga yang berada tepat di bawahnya pada Juni lalu. Pemkot Solo mewacanakan program relokasi hunian dari area rawan longsor tersebut.
Namun sampai sekarang warga tetap dibiarkan beraktivitas di bawah tebing makam setinggi empat meter itu. Kemarin, batu-batu berukuran besar sisa longsor belum dibersihkan dari rumah korban sejak kejadian sampai sekarang.
“Suara tanah bergerak terdengar setiap kali ada penghuni baru di makam (penggalian kubur). Tentu saja waswas, karena struktur tebing labil, setelah longsor beberapa bulan lalu,” terang dia.
Indikasi lain, muncul air secara tiba-tiba dari dalam tanah usai hujan. Dia menduga ini terjadi karena bebatuan dan pepohonan di tebing yang sebelumnya menahan air tanah, kini luruh akibat longsor.
“Air itu mengucur terus sampai di dalam rumah setinggi pergelangan kaki. Ini yang saya khawatirkan. Saat longsor, pasti saya tidak akan bisa lari. Sebab, kaki saya separuh lumpuh,” terangnya.
Kasi Politik Dalam Negeri dan Kewaspadaan Nasional Kantor Kesbangpol Solo, Joko Widodo mengatakan bakal menyurvei langsung laporan warga perihal potensi longsor susulan. Kondisi di tebing makam Sentono Mulyo sudah dikoordinasikan ke Dinas Pekerjaan Umum (DPU).
“Dari DPU tengah merencanakan pembuatan talud. Sedangkan opsi relokasi memang belum mengerucut,” terangnya.
Struktur tanah dan aliran airnya terdeteksi mulai tidak normal usai terjadi longsor yang menimpa dua rumah warga pada Juni 2013 lalu.
“Tentu saja saya takut. Lagipula rumah saya berada tepat di bawah tebing, di mana rumah di samping sudah hancur diterjang longsor sekitar enam bulan lalu,” urai Lasiyem, 60, warga RT 04/RW I Kampung Debekan, Rabu (13/11/2013).
Wanita yang tinggal di jarak kurang dari delapan meter dari dasar tebing ini menengarai terjadi pergerakan material tebing yang mengancam keselamatan warga.
Untuk diketahui, material tebing berupa batu cadas menghantam dua rumah warga yang berada tepat di bawahnya pada Juni lalu. Pemkot Solo mewacanakan program relokasi hunian dari area rawan longsor tersebut.
Namun sampai sekarang warga tetap dibiarkan beraktivitas di bawah tebing makam setinggi empat meter itu. Kemarin, batu-batu berukuran besar sisa longsor belum dibersihkan dari rumah korban sejak kejadian sampai sekarang.
“Suara tanah bergerak terdengar setiap kali ada penghuni baru di makam (penggalian kubur). Tentu saja waswas, karena struktur tebing labil, setelah longsor beberapa bulan lalu,” terang dia.
Indikasi lain, muncul air secara tiba-tiba dari dalam tanah usai hujan. Dia menduga ini terjadi karena bebatuan dan pepohonan di tebing yang sebelumnya menahan air tanah, kini luruh akibat longsor.
“Air itu mengucur terus sampai di dalam rumah setinggi pergelangan kaki. Ini yang saya khawatirkan. Saat longsor, pasti saya tidak akan bisa lari. Sebab, kaki saya separuh lumpuh,” terangnya.
Kasi Politik Dalam Negeri dan Kewaspadaan Nasional Kantor Kesbangpol Solo, Joko Widodo mengatakan bakal menyurvei langsung laporan warga perihal potensi longsor susulan. Kondisi di tebing makam Sentono Mulyo sudah dikoordinasikan ke Dinas Pekerjaan Umum (DPU).
“Dari DPU tengah merencanakan pembuatan talud. Sedangkan opsi relokasi memang belum mengerucut,” terangnya.
(lns)