BPBD Sleman buat alur evakuasi bencana Merapi
A
A
A
Sindonews.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman membuat alur evakuasi bencana lahar dingin Merapi. Baik jalur maupun tempat pengungsiannya.
Kepala BPBD Sleman Julisetiono mengatakan selain membuat alur, juga telah membuat skenario penangganan bencana. Yaitu skenario 5 Km, 10 Km , 15 km dan 20 Km. Sehingga dengan skenario ini zonasi sudah jelas, terutama untuk evakuasi.
“Kami juga sudah membuat zona tempat pengungsian, termasuk jumlah penduduk dan kapasitasnya,” kata Julisetiono di ruang kerjanya, Jumat (8/11).
Untuk zonasi ini, sudah melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan aparat desa setempat. Dari hasil koordinasi tersebut, konsep yang disodorkan BPBD bisa diterima. Namun begitu, untuk konsep tetap mengikuti perkembangan yang ada. Terutama untuk barak dan jumlah pengungsian.
“Untuk tempat dan jumlah pengungsian bisa berubah, tergantung dengan situasi di lapangan. Untuk barak ada 30 tempat dengan kapasitas antara 300-400 orang per barak,” paparnya.
Selain itu, juga sudah menyiapkan early warning system (EWS) di beberapa titik lahar dingin dan membentuk membentuk forum penanggulangan bencana di tingkat kecamatan. forum tersebut merupakan embrio, yaitu sebagai unit operasional bencana dan untuk pelaksanana penanggulangan bencana ada di tingkat desa.
"Kami juga siapkan 30 SAR yang siaga 24 jam,” jelasnya.
Julisetiono menambahkan, fasilitas lain yang perlu diperhatikan adalah jalur evakuasi itu sendiri. Sebab sampai saat ini, belum ada kejelasan perbaikan jalur yang sekarang rusak.
Rencananya setelah nanti normalisasi dan jalur evakuasi sudah siap, segera akan berkoordinasi dengan SKPD lain untuk membahas pemanfaatnya.
“Nantinya akan ada SK bupati yang akan mengatur, mana jalur evakuasi, jalur tambang dan jalur pariwisata,” terangnya.
Kepala BPBD Sleman Julisetiono mengatakan selain membuat alur, juga telah membuat skenario penangganan bencana. Yaitu skenario 5 Km, 10 Km , 15 km dan 20 Km. Sehingga dengan skenario ini zonasi sudah jelas, terutama untuk evakuasi.
“Kami juga sudah membuat zona tempat pengungsian, termasuk jumlah penduduk dan kapasitasnya,” kata Julisetiono di ruang kerjanya, Jumat (8/11).
Untuk zonasi ini, sudah melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan aparat desa setempat. Dari hasil koordinasi tersebut, konsep yang disodorkan BPBD bisa diterima. Namun begitu, untuk konsep tetap mengikuti perkembangan yang ada. Terutama untuk barak dan jumlah pengungsian.
“Untuk tempat dan jumlah pengungsian bisa berubah, tergantung dengan situasi di lapangan. Untuk barak ada 30 tempat dengan kapasitas antara 300-400 orang per barak,” paparnya.
Selain itu, juga sudah menyiapkan early warning system (EWS) di beberapa titik lahar dingin dan membentuk membentuk forum penanggulangan bencana di tingkat kecamatan. forum tersebut merupakan embrio, yaitu sebagai unit operasional bencana dan untuk pelaksanana penanggulangan bencana ada di tingkat desa.
"Kami juga siapkan 30 SAR yang siaga 24 jam,” jelasnya.
Julisetiono menambahkan, fasilitas lain yang perlu diperhatikan adalah jalur evakuasi itu sendiri. Sebab sampai saat ini, belum ada kejelasan perbaikan jalur yang sekarang rusak.
Rencananya setelah nanti normalisasi dan jalur evakuasi sudah siap, segera akan berkoordinasi dengan SKPD lain untuk membahas pemanfaatnya.
“Nantinya akan ada SK bupati yang akan mengatur, mana jalur evakuasi, jalur tambang dan jalur pariwisata,” terangnya.
(lns)