Ibu guru ditampar orangtua murid
A
A
A
Sindonews.com - Andi Bibong, warga Kelurahan Ballasaraja, Kecamatan Bulukumpa, Bulukumba, dilaporkan ke Polsek Bulukumpa karena diduga telah menampar seorang guru kelas SDN 61 Balleangi bernama Rosmiati.
Penamparan guru itu terjadi setelah Andi mendapat laporan dari putranya Muhammad Fahdi yang duduk di kelas III yang mengaku dipuluh ibu Rosmiati.
Tak menerima pelaku langsung mendatangi sekolah dan menampar korban hingga mengalami luka memar pada bagian pipi kiri. Beruntung, teman guru yang melihat pemukulan tersebut langsung melerai pelaku.
"Kami tidak tahu kenapa dia langsung memukul saya. Padahal, anaknya bukan murid saya, dia kelas III, baru kami mengajar di kelas V. Jadi, tidak ada hubungannya sebenarnya, saya dengan anaknya. Tapi, kenapa saya yang dipukul. Makanya, kami berharap pihak polisi memproses kasus ini sampai tuntas. Saya tidak menerima pemukulan yang dilakukan orang tua murid itu. Apalagi, kami tidak pernah memukul anaknya," ucap Rosmiati, kepada KORAN SINDO di Bulukumba, kemarin.
Menurut Rosmiati, seharusnya pihak orang tua sebelum bertindak harus mempelajari baik-baik laporan anaknya lebih awal. Sebab, dikhawatirkan mereka malapor bukan yang kejadian sebenarnya seperti yang terjadi saat ini.
"Kami tidak pernah memukul, kenapa anaknya melapor bahwa dia pukul. Apalagi, dia (Fahdi) duduk kelas III, dan saya mengajar di kelas V. Jadi, memang tidak ada hubungan ke sana. Tapi, kenapa orang tuanya datang dan langsung marah-marah," jelasnya.
Rosmiati mengaku, sebelumnya memang ada kejadian yakni anaknya Muflih dilaporkan memeras teman kelompok karena memungut biaya senilai Rp1.000.
Namun, biaya itu digunakan sebagai biaya foto copy tugas kelompok dari gurunya.
"Itupun bukan anak saya (Muflih) memungut biaya, tapi temannya, karena ada tugas butuh biaya. Waktu itu, saya pukul Muflih karena kenapa memungut, sehingga kemungkinan anak pelaku melapor bahwa dipukul, padahal anak saya sendiri, bukan orang lain," tuturnya.
Kepala SDN 61 Balleangin Arifuddin mengaku, bahwa pihaknya tidak mengetahui secara pasti penyebab terjadinya pemukulan terhadap seorang guru tersebut. Alasannya, karena ke sekolah setelah terjadi pemukulan.
"Kami tidak tahu persis penyebabnya. Kami mengetahui setelah ada telepon dari teman sekolah karena kejadiannya pagi-pagi. Begitu ada telepon, saya langsung menuju sekolah," kata Arifuddin, saat dihubungi melalui telepon selulernya.
Arifuddin berharap pihak kepolisian segera memproses kasus tersebut sesuai perundang-undangan yang berlaku di negara ini, siapapun pelakunya harus diproses.
"Kasusnya sedang ditangani pihak kepolisian, dan saya lihat sudah ada beberapa orang saksi yang telah diambil keterangan terkait pemukulan ini. Olehnya itu, saya berharap kasus ini diproses sesuai prosedur yang berlaku," ujarnya.
Secara terpisah, Kapolsek Bulukumpa AKP Umar Siatta membenarkan laporan dugaan penamparan yang dilakukan oleh warga terhadap guru SDN 61 Balleangin tersebut.
"Kami sudah menangani laporannya. Sekarang kami panggil semua mulai dari cabang dinas, kepala sekolah, warga dan pelapor. Kita mau duduk bersama sambil mencari jalan keluarnya dari masalah ini," ucap mantan Kasat Narkoba Polres Bulukumba ini.
Aktivis Forum Masyarakat Bulukumpa (FMB) Herman Jayadi menjelaskan, seharusnya pihak kepala sekolah memberikan rasa aman bagi tenaga pendidik yakni setiap warga yang hendak masuk arena sekolah wajib lebih awal melapor pada pos penjagaan sehingga orang tidak bebas keluar masuk.
"Bebasnya masuk warga luar karena pengamanan tidak ada. Padahal, sekolah harus menyiapkan apalagi sudah ada anggaran biaya pengamanan. Itu bisa dimanfaatkan supaya kedepan kejadian seperti ini tidak terulang lagi," tandasnya.
Penamparan guru itu terjadi setelah Andi mendapat laporan dari putranya Muhammad Fahdi yang duduk di kelas III yang mengaku dipuluh ibu Rosmiati.
Tak menerima pelaku langsung mendatangi sekolah dan menampar korban hingga mengalami luka memar pada bagian pipi kiri. Beruntung, teman guru yang melihat pemukulan tersebut langsung melerai pelaku.
"Kami tidak tahu kenapa dia langsung memukul saya. Padahal, anaknya bukan murid saya, dia kelas III, baru kami mengajar di kelas V. Jadi, tidak ada hubungannya sebenarnya, saya dengan anaknya. Tapi, kenapa saya yang dipukul. Makanya, kami berharap pihak polisi memproses kasus ini sampai tuntas. Saya tidak menerima pemukulan yang dilakukan orang tua murid itu. Apalagi, kami tidak pernah memukul anaknya," ucap Rosmiati, kepada KORAN SINDO di Bulukumba, kemarin.
Menurut Rosmiati, seharusnya pihak orang tua sebelum bertindak harus mempelajari baik-baik laporan anaknya lebih awal. Sebab, dikhawatirkan mereka malapor bukan yang kejadian sebenarnya seperti yang terjadi saat ini.
"Kami tidak pernah memukul, kenapa anaknya melapor bahwa dia pukul. Apalagi, dia (Fahdi) duduk kelas III, dan saya mengajar di kelas V. Jadi, memang tidak ada hubungan ke sana. Tapi, kenapa orang tuanya datang dan langsung marah-marah," jelasnya.
Rosmiati mengaku, sebelumnya memang ada kejadian yakni anaknya Muflih dilaporkan memeras teman kelompok karena memungut biaya senilai Rp1.000.
Namun, biaya itu digunakan sebagai biaya foto copy tugas kelompok dari gurunya.
"Itupun bukan anak saya (Muflih) memungut biaya, tapi temannya, karena ada tugas butuh biaya. Waktu itu, saya pukul Muflih karena kenapa memungut, sehingga kemungkinan anak pelaku melapor bahwa dipukul, padahal anak saya sendiri, bukan orang lain," tuturnya.
Kepala SDN 61 Balleangin Arifuddin mengaku, bahwa pihaknya tidak mengetahui secara pasti penyebab terjadinya pemukulan terhadap seorang guru tersebut. Alasannya, karena ke sekolah setelah terjadi pemukulan.
"Kami tidak tahu persis penyebabnya. Kami mengetahui setelah ada telepon dari teman sekolah karena kejadiannya pagi-pagi. Begitu ada telepon, saya langsung menuju sekolah," kata Arifuddin, saat dihubungi melalui telepon selulernya.
Arifuddin berharap pihak kepolisian segera memproses kasus tersebut sesuai perundang-undangan yang berlaku di negara ini, siapapun pelakunya harus diproses.
"Kasusnya sedang ditangani pihak kepolisian, dan saya lihat sudah ada beberapa orang saksi yang telah diambil keterangan terkait pemukulan ini. Olehnya itu, saya berharap kasus ini diproses sesuai prosedur yang berlaku," ujarnya.
Secara terpisah, Kapolsek Bulukumpa AKP Umar Siatta membenarkan laporan dugaan penamparan yang dilakukan oleh warga terhadap guru SDN 61 Balleangin tersebut.
"Kami sudah menangani laporannya. Sekarang kami panggil semua mulai dari cabang dinas, kepala sekolah, warga dan pelapor. Kita mau duduk bersama sambil mencari jalan keluarnya dari masalah ini," ucap mantan Kasat Narkoba Polres Bulukumba ini.
Aktivis Forum Masyarakat Bulukumpa (FMB) Herman Jayadi menjelaskan, seharusnya pihak kepala sekolah memberikan rasa aman bagi tenaga pendidik yakni setiap warga yang hendak masuk arena sekolah wajib lebih awal melapor pada pos penjagaan sehingga orang tidak bebas keluar masuk.
"Bebasnya masuk warga luar karena pengamanan tidak ada. Padahal, sekolah harus menyiapkan apalagi sudah ada anggaran biaya pengamanan. Itu bisa dimanfaatkan supaya kedepan kejadian seperti ini tidak terulang lagi," tandasnya.
(lns)