Drainase di Solo parah
A
A
A
Sindonews.com - Drainase atau gorong-gorong yang ada di Kota Solo saat ini dalam kondisi memprihatinkan. Pasalnya gorong-gorong tersebut sudah banyak yang tua dan menyusut daya tampungnya.
Kepala Bidang (Kabid) Drainase, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Solo, Budi Santoso, menyebutkan usia rata-rata drainase tersebut sudah puluhan tahun.
Selain itu kondisinya juga banyak yang rusak dan menysusut daya tampungnya akibat banyaknya sedimentasi di sepanjang gorong-gorong tersebut.
Ia menyebutkan sedimentasi yang ada di gorong-gorong tersebut bermacam-macam mulai dari sampah rumah tangga, plastik, hingga ranting-ranting pohon yang dibuang oleh masayarakat di sepanjang gorong-gorong tersebut.
Dengan kondisi itu volume air yang ditampung pada saat musim hujan mulai menurun setiap tahunnya dan bisa menyebabkan bencana banjir.
“Ya kondisiya memang seperti itu, gorong-gorong sentral yang ada di Slamet Riyadi, Veteran, Cipto Mangunkusumo, Ahmad Yani dan beberapa gorong-gorong lain sudah memperihatinkan,” ucapnya kepada KORAN SINDO, Rabu (23/10) siang.
Ia menyebutkan faktor utama yang membuat gorong-gorong menyusut volumenya itu sangatlah kompleks. Mulai dari kesadaran masyarakat yang rendah, hingga minimnya dana perawatan dari Pemerintah Kota Solo untuk drainase tersebut. Padahal perawatan drainase itu membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Ia mengatakan idealnya dana perawatan drainase itu harus seimbang dengan dana perawatan jalan. Akan tetapi dana perawatan drainase di Kota Solo jauh berbeda dengan dana perawatan jalan.
Sehingga dari tahun ke tahun kondisinya tidak berubah.
“Idealnya dana untuk drainase itu sekitar Rp20 miliar di Kota Solo. Akan tetapi kita hanya mendapatkan dana sebesar Rp4 miliar saja. Dengan dana sebesar itu kita tidak bisa berbuat banyak. Padahal ada belasan gorong-gorong yang sudah overload dan tersumbat,” sambungnya.
Dengan minimnya dana tersebut pihaknya hanya berharap agar kesadaran masyarakat segera meningkat. Sehingga masalah overload dan sedimentasi drainase bisa ditangani dengan baik oleh DPU.
“Yang penting jangan buang sampah di drainase, itu saja. Kalau tidak ada sampah drainase di solo itu sebenarnya sudah cukup,” ucapnya.
Sementara itu terpisah, warga Brengosan Purwosari Solo mengaku menjadi korban akibat drainse yang buruk tersebut. Rumah warga di kampung itu terendam air hujan akibat gorong-gorong di Jalan Hasanudin Brengosan Solo.
“Waktu hujan lebat pekan lalu rumah di sekitar sini terendam air sekitar 30 sentimeter,” ucap salah seorang warga Brengosan, Suripto.
Kepala Bidang (Kabid) Drainase, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Solo, Budi Santoso, menyebutkan usia rata-rata drainase tersebut sudah puluhan tahun.
Selain itu kondisinya juga banyak yang rusak dan menysusut daya tampungnya akibat banyaknya sedimentasi di sepanjang gorong-gorong tersebut.
Ia menyebutkan sedimentasi yang ada di gorong-gorong tersebut bermacam-macam mulai dari sampah rumah tangga, plastik, hingga ranting-ranting pohon yang dibuang oleh masayarakat di sepanjang gorong-gorong tersebut.
Dengan kondisi itu volume air yang ditampung pada saat musim hujan mulai menurun setiap tahunnya dan bisa menyebabkan bencana banjir.
“Ya kondisiya memang seperti itu, gorong-gorong sentral yang ada di Slamet Riyadi, Veteran, Cipto Mangunkusumo, Ahmad Yani dan beberapa gorong-gorong lain sudah memperihatinkan,” ucapnya kepada KORAN SINDO, Rabu (23/10) siang.
Ia menyebutkan faktor utama yang membuat gorong-gorong menyusut volumenya itu sangatlah kompleks. Mulai dari kesadaran masyarakat yang rendah, hingga minimnya dana perawatan dari Pemerintah Kota Solo untuk drainase tersebut. Padahal perawatan drainase itu membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Ia mengatakan idealnya dana perawatan drainase itu harus seimbang dengan dana perawatan jalan. Akan tetapi dana perawatan drainase di Kota Solo jauh berbeda dengan dana perawatan jalan.
Sehingga dari tahun ke tahun kondisinya tidak berubah.
“Idealnya dana untuk drainase itu sekitar Rp20 miliar di Kota Solo. Akan tetapi kita hanya mendapatkan dana sebesar Rp4 miliar saja. Dengan dana sebesar itu kita tidak bisa berbuat banyak. Padahal ada belasan gorong-gorong yang sudah overload dan tersumbat,” sambungnya.
Dengan minimnya dana tersebut pihaknya hanya berharap agar kesadaran masyarakat segera meningkat. Sehingga masalah overload dan sedimentasi drainase bisa ditangani dengan baik oleh DPU.
“Yang penting jangan buang sampah di drainase, itu saja. Kalau tidak ada sampah drainase di solo itu sebenarnya sudah cukup,” ucapnya.
Sementara itu terpisah, warga Brengosan Purwosari Solo mengaku menjadi korban akibat drainse yang buruk tersebut. Rumah warga di kampung itu terendam air hujan akibat gorong-gorong di Jalan Hasanudin Brengosan Solo.
“Waktu hujan lebat pekan lalu rumah di sekitar sini terendam air sekitar 30 sentimeter,” ucap salah seorang warga Brengosan, Suripto.
(lns)