Di Yogya, Menteri Kehutanan jadi Pinnokio
![Di Yogya, Menteri Kehutanan...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2013/10/10/22/793040/JEJE0FM9Kp.jpg)
Di Yogya, Menteri Kehutanan jadi Pinnokio
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan digambarkan sebagai pinnokio berhidung panjang. Gambaran ini terpampang dalam poster berukuran besar yang diusung Animal Friends Jogja (AFJ) saat menggelar aksi simpatik di titik nol, Kamis (10/10/2013).
Aksi ini digelar sebagai upaya menagih janji Menteri Kehutanan untuk menghentikan segala kegiatan sirkus lumba-lumba keliling.
“Menhut kami anggap seperti Pinnokio yang hanya bicara saja. Tapi aksinya tidak ada,” kata Dessy Zahara A Pane, Program Manager AFJ.
Menurut Dessy, AFJ menuntut Menhut untuk merealisasikan janjinya menertibkan dan menghentikan segala aktivitas sirkus lumba-lumba keliling. AFJ juga meminta kementerian dan instansi di bawahnya untuk mengambil tindakan menarik kembali satwa ke lembaga konservasinya.
Selain itu, instansi tidak mengeluarkan Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalan Negeri (SAT-DN bagi peraga lumba-lumba keliling. “Sampai saat ini kami melihat masih ada setidaknya enam sirkus lumba-lumba keliling yang masih beroperasi,” jelasnya.
Dia menilai, kondisi itu sangat aneh dan cenderung dibiarkan. Dan Menteri Kehutanan dinilai sebagai orang yang paling bertanggung jawab. Pasalnya para aktivis sudah mengirimkab surat kepada sang menteri, namun tidak ada tindakan apa-apa.
Dia menegaskan, pentas lumba-lumba keliling dan aneka satwa lain tidak merepresentasikan proses didik yang beresensi. Sebaliknya justru melecehkan nilai edukasi dan konservasi. Edukasi dan konservasi yang diklaim sirkus satwa hanya tabir pembenaran untuk kepentingan komersial semata.
Dia menegaskan, saat ini di Yogyakarta memang tidak ada pentas satwa keliling. Kendati begitu, AFJ tetap akan terus bersuara lantang dan siap kembali ke jalan bila di kemudian hari ternyata juga digelar di Yogya.
“Kami akan ingatkan bahwa surat itu ada. Kami akan turun ke jalan kalau ada di Yogya nanti,” katanya.
Aksi ini digelar sebagai upaya menagih janji Menteri Kehutanan untuk menghentikan segala kegiatan sirkus lumba-lumba keliling.
“Menhut kami anggap seperti Pinnokio yang hanya bicara saja. Tapi aksinya tidak ada,” kata Dessy Zahara A Pane, Program Manager AFJ.
Menurut Dessy, AFJ menuntut Menhut untuk merealisasikan janjinya menertibkan dan menghentikan segala aktivitas sirkus lumba-lumba keliling. AFJ juga meminta kementerian dan instansi di bawahnya untuk mengambil tindakan menarik kembali satwa ke lembaga konservasinya.
Selain itu, instansi tidak mengeluarkan Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalan Negeri (SAT-DN bagi peraga lumba-lumba keliling. “Sampai saat ini kami melihat masih ada setidaknya enam sirkus lumba-lumba keliling yang masih beroperasi,” jelasnya.
Dia menilai, kondisi itu sangat aneh dan cenderung dibiarkan. Dan Menteri Kehutanan dinilai sebagai orang yang paling bertanggung jawab. Pasalnya para aktivis sudah mengirimkab surat kepada sang menteri, namun tidak ada tindakan apa-apa.
Dia menegaskan, pentas lumba-lumba keliling dan aneka satwa lain tidak merepresentasikan proses didik yang beresensi. Sebaliknya justru melecehkan nilai edukasi dan konservasi. Edukasi dan konservasi yang diklaim sirkus satwa hanya tabir pembenaran untuk kepentingan komersial semata.
Dia menegaskan, saat ini di Yogyakarta memang tidak ada pentas satwa keliling. Kendati begitu, AFJ tetap akan terus bersuara lantang dan siap kembali ke jalan bila di kemudian hari ternyata juga digelar di Yogya.
“Kami akan ingatkan bahwa surat itu ada. Kami akan turun ke jalan kalau ada di Yogya nanti,” katanya.
(rsa)