Pengguna KB tetap di Kabupaten Bandung minim
A
A
A
Sindonews.com - Pengguna KB tetap atau Metoda Kotrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kabupaten Bandung minim. Menurut Sekretaris Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung Muhamad Hairun, jumlahnya hanya 23 persen.
"Kebanyakan masyarakat masih menggunakan pil dan suntik. Sementara yang menggunakan KB tetap masih sangat kurang," ungkap Hairun kepada KORAN SINDO saat ditemui dalam kegiatan Tancap 10.000 implan Gratis di Desa Citaman Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung, Jumat (27/9/13).
MKJP merupakan kontrasepsi yang dapat bertahan lama. Seperti implan yang dapat bertahan selama tiga tahun, IUD (Intra Uterine Device) yang bertahan 8-10 tahun dan vasektomi, KB bagi pria, yang bertahan seumur hidup.
Dikatakan Hairun minimnya penggunaan MKJP ini karena kurangnya sosialisasi. Sementara masyarakat lebih menginginkan metode yang sederhana dan praktis.
"Di Kabupaten Bandung sendiri angka pengguna KB aktif berjumlah 81 persen. Itu cukup bagus dan artinya masyarakat tahu dan menggunakannya. Tapi masyarakat tidak tahu lebih lanjut tentang jenis," tuturnya.
"Meskipun tahu tentang implan atau IUD tapi mereka tetap memilih suntik atau pil. Mereka inginnya yang simpel," tambahnya.
Lebih lanjut dikatakan Hairun, minimnya penggunaan KB ini mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk sulit dikendalikan. Tidak disiplinnya masyarakat, mengakibatkan tingginya angka drop out KB.
"Pil dan suntik yang dipilih masyarakat kan harus rutin tapi terkadang masyarakatnya sendiri lupa. Otomatis KB-nya gagal atau drop out. Sehingga yang tadinya ingin menahan anak, akhirnya mendapat anak," kata dia yang menyebutkan angka drop out di Kabupaten meningkat 10 persen tiap tahun.
Untuk itu, kata Hairun, perlu sosialisasi lebih lanjut agar masyarakat beralih menggunakan MJKP. "Ini pun tidak bisa menjadi masalah pemkab tapi juga perlu dibantu pemereintah provinsi," pungkasnya.
"Kebanyakan masyarakat masih menggunakan pil dan suntik. Sementara yang menggunakan KB tetap masih sangat kurang," ungkap Hairun kepada KORAN SINDO saat ditemui dalam kegiatan Tancap 10.000 implan Gratis di Desa Citaman Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung, Jumat (27/9/13).
MKJP merupakan kontrasepsi yang dapat bertahan lama. Seperti implan yang dapat bertahan selama tiga tahun, IUD (Intra Uterine Device) yang bertahan 8-10 tahun dan vasektomi, KB bagi pria, yang bertahan seumur hidup.
Dikatakan Hairun minimnya penggunaan MKJP ini karena kurangnya sosialisasi. Sementara masyarakat lebih menginginkan metode yang sederhana dan praktis.
"Di Kabupaten Bandung sendiri angka pengguna KB aktif berjumlah 81 persen. Itu cukup bagus dan artinya masyarakat tahu dan menggunakannya. Tapi masyarakat tidak tahu lebih lanjut tentang jenis," tuturnya.
"Meskipun tahu tentang implan atau IUD tapi mereka tetap memilih suntik atau pil. Mereka inginnya yang simpel," tambahnya.
Lebih lanjut dikatakan Hairun, minimnya penggunaan KB ini mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk sulit dikendalikan. Tidak disiplinnya masyarakat, mengakibatkan tingginya angka drop out KB.
"Pil dan suntik yang dipilih masyarakat kan harus rutin tapi terkadang masyarakatnya sendiri lupa. Otomatis KB-nya gagal atau drop out. Sehingga yang tadinya ingin menahan anak, akhirnya mendapat anak," kata dia yang menyebutkan angka drop out di Kabupaten meningkat 10 persen tiap tahun.
Untuk itu, kata Hairun, perlu sosialisasi lebih lanjut agar masyarakat beralih menggunakan MJKP. "Ini pun tidak bisa menjadi masalah pemkab tapi juga perlu dibantu pemereintah provinsi," pungkasnya.
(lns)