Virus bulai serang Magelang
A
A
A
Sindonews.com - Tanaman cabai di sejumlah wilayah di Kabupaten Magelang terserang penyakit bulai. Daun tanaman cabai yang terserang penyakit tersebut akan menguning dan menurunkan kuantitas produk cabai hingga lebih dari 50 persen.
Penyakit bulai merupakan hama yang mermula dari kelompok virus gemini yang banyak menyerang tanaman tembakau, tomat, dan sebagainya. Penyakit ini menyerang tanaman di bagian daun, sehingga berwarna kuning.
Salah seorang petani cabai, Solikhin (35), warga Sewukan tegal, Desa Sewukan, Kecamatan Dukun mengatakan, serangan penyakit bulai ini terjadi saat memasuki puncak musim kemarau tahun ini. Virus ini sudah menyerang tanaman cabai di wilayahnya selama hampir empat bulan lalu.
“Yang diserang penyakit ini adalah daun cabai. Biasanya, menyerang tanaman cabai yang berumur 40 hingga 100 hari,” katanya, Kamis (26/9/2013).
Dia menambahkan, akibat serangan penyakit tersebut, disamping menyebabkan daun menguning, tanaman cabai menjadi rusak dan tidak dapat berbuah.
“Kalau terkena penyakit bulai, buah tidak mau panjang dan produksinya juga mandeg. Jika biasanya satu pohon bisa dipanen setengah kilogram, sekarang hanya seperempatnya saja kurang. Selain itu, pupus daun juga gosong,” jelas Solikhin.
Dia menduga, penyakit tersebut disebakan lantaran adanya faktor perbedaan kelembaban suhu yang tinggi antara malam dan siang hari di wilayah lereng Merapi. Sehingga, hal itu semakin memperparah serangan penyakit ini.
Sholikhin sendiri memiliki sekira 1.500 tanaman cabai yang tumbuh di lahan seluar 150 meter persegi. Namun, hampir semua tanamannya terserang penyakit bule ini. Ia juga khawatir jika akan gagal panen, karena hingga kini penyakit ini belum bisa dicegah dan diobati.
“Biasanya cara yang kami lakukan adalah memetik cabai yang sudah matang. Soalnya, harga cabai masih tetap tinggi,” jelas Solikhin.
Narti (35), seorang petani cabai lain juga mengeluhkan dengan adanya serangan bulai tersebut. Menurutnya, dia belum mampu memberikan pencegahan maupun pengobatan terhadap tanaman cabai yang terserang secara maksimal. Sebab, penyebaran hama berlangsung cepat dan sulit dibasmi saat musim kemarau ini. Meskipun, para petani telah menekan hama dengan pestisida.
“Serangan penyakit ini sulit untuk diatasi. Petani kini tidak dapat memetik hasil panen secara maksimal, bahkan ada yang merugi,” ujar warga Dusun Paten, Desa Paten, Kecamatan Dukun ini.
Dia berharap ada perhatian dari pemerintah setempat untuk memberikan solusi dan penanganan terkait serangan hama ini.
“Kami ingin tahu bagaimana cara mengatasinya. Supaya panen tetap maksimal,” harapnya.
Penyakit bulai merupakan hama yang mermula dari kelompok virus gemini yang banyak menyerang tanaman tembakau, tomat, dan sebagainya. Penyakit ini menyerang tanaman di bagian daun, sehingga berwarna kuning.
Salah seorang petani cabai, Solikhin (35), warga Sewukan tegal, Desa Sewukan, Kecamatan Dukun mengatakan, serangan penyakit bulai ini terjadi saat memasuki puncak musim kemarau tahun ini. Virus ini sudah menyerang tanaman cabai di wilayahnya selama hampir empat bulan lalu.
“Yang diserang penyakit ini adalah daun cabai. Biasanya, menyerang tanaman cabai yang berumur 40 hingga 100 hari,” katanya, Kamis (26/9/2013).
Dia menambahkan, akibat serangan penyakit tersebut, disamping menyebabkan daun menguning, tanaman cabai menjadi rusak dan tidak dapat berbuah.
“Kalau terkena penyakit bulai, buah tidak mau panjang dan produksinya juga mandeg. Jika biasanya satu pohon bisa dipanen setengah kilogram, sekarang hanya seperempatnya saja kurang. Selain itu, pupus daun juga gosong,” jelas Solikhin.
Dia menduga, penyakit tersebut disebakan lantaran adanya faktor perbedaan kelembaban suhu yang tinggi antara malam dan siang hari di wilayah lereng Merapi. Sehingga, hal itu semakin memperparah serangan penyakit ini.
Sholikhin sendiri memiliki sekira 1.500 tanaman cabai yang tumbuh di lahan seluar 150 meter persegi. Namun, hampir semua tanamannya terserang penyakit bule ini. Ia juga khawatir jika akan gagal panen, karena hingga kini penyakit ini belum bisa dicegah dan diobati.
“Biasanya cara yang kami lakukan adalah memetik cabai yang sudah matang. Soalnya, harga cabai masih tetap tinggi,” jelas Solikhin.
Narti (35), seorang petani cabai lain juga mengeluhkan dengan adanya serangan bulai tersebut. Menurutnya, dia belum mampu memberikan pencegahan maupun pengobatan terhadap tanaman cabai yang terserang secara maksimal. Sebab, penyebaran hama berlangsung cepat dan sulit dibasmi saat musim kemarau ini. Meskipun, para petani telah menekan hama dengan pestisida.
“Serangan penyakit ini sulit untuk diatasi. Petani kini tidak dapat memetik hasil panen secara maksimal, bahkan ada yang merugi,” ujar warga Dusun Paten, Desa Paten, Kecamatan Dukun ini.
Dia berharap ada perhatian dari pemerintah setempat untuk memberikan solusi dan penanganan terkait serangan hama ini.
“Kami ingin tahu bagaimana cara mengatasinya. Supaya panen tetap maksimal,” harapnya.
(rsa)