Keluarga pertanyakan kematian mahasiswa baru UMI
A
A
A
Sindonews.com - Kematian mahasiswa baru (Maba) UMI Makassar Fajar Efendi (18), belum bisa sepenuhnya diterima oleh anggota keluarga. Bahkan, dalam waktu dekat, beberapa anggota keluarga Fajar di Tual, berencana ke Makassar untuk melaporkan kasus tersebut ke aparat kepolisian.
"Kami hanya ingin pertanyakan bekas luka yang tidak wajar di wajahnya. Ini sangat mencurigakan," katanya salah seorang keluarga Fajar, kepada wartawan, Kamis (5/9/2013).
Bahkan, saat jenazah akan dimakamkan di kampung halamannya di Tual, Maluku, pihak keluarga bertambah curiga setelah melihat banyak darah yang berceceran di kain kafan korban.
"Ada beberapa keluarga kami yang akan ke Makassar untuk mengurusnya, bahkan akan melapor ke kepolisian untuk ditindaklanjuti," sambungnya.
Diketahui, Fajar Efendi meninggal dunia saat mengikuti kegiatan baris berbaris pada kegiatan pengenalan kampus di depan Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur, Rabu 4 September 2013.
Dari hasil visum dokter forensik RS Bhayangkara, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh warga asal Tual tersebut.
Dokter forensik RS Bhayangkara Mauluddin mengatakan, dari hasil rongen ditemukan adanya pembesaran pada jantung korban yang mencapai 65,3 persen. Sedangkan dari beberapa luka di wajah Fajar, hal itu akibat lecet geser, dan dari hasil analisa kedokteran, sesuai untuk luka pola jatuh.
Dia pun menyesalkan sikap keluarga korban yang menolak untuk dilakukan autopsi terhadap jenazah. "Keluarga tidak mau dilakukan autopsi, sehingga kita tidak bisa ketahui penyebab membengkaknya jantung korban," bebernya.
Mauluddin pun menggaransi, hasil pemeriksaannya tersebut tidak disusupi oleh kepentingan tertentu, atau menguntungkan pihak lain.
"Boleh dicek di dokter atau rumah sakit (RS) lain. Kami bekerja secara profesional dan sesuai fakta," bebernya yang juga merupakan anggota Disaster Victim Identification (DVI) Indonesia Timur ini.
Sebelumnya, Wakil Rektor III UMI Abd Gani menyebutkan, sejak tahun 2000 lalu, kampusnya tidak lagi menggelar orientasi pengenalan kampus (Ospek) kepada mahasiswa baru, dan menggantinya dengan pesantren kilat di Pesantren Mahasiswa Darul Mukhlisin Padang Lampe Pangkep.
"Kami hanya ingin pertanyakan bekas luka yang tidak wajar di wajahnya. Ini sangat mencurigakan," katanya salah seorang keluarga Fajar, kepada wartawan, Kamis (5/9/2013).
Bahkan, saat jenazah akan dimakamkan di kampung halamannya di Tual, Maluku, pihak keluarga bertambah curiga setelah melihat banyak darah yang berceceran di kain kafan korban.
"Ada beberapa keluarga kami yang akan ke Makassar untuk mengurusnya, bahkan akan melapor ke kepolisian untuk ditindaklanjuti," sambungnya.
Diketahui, Fajar Efendi meninggal dunia saat mengikuti kegiatan baris berbaris pada kegiatan pengenalan kampus di depan Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur, Rabu 4 September 2013.
Dari hasil visum dokter forensik RS Bhayangkara, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh warga asal Tual tersebut.
Dokter forensik RS Bhayangkara Mauluddin mengatakan, dari hasil rongen ditemukan adanya pembesaran pada jantung korban yang mencapai 65,3 persen. Sedangkan dari beberapa luka di wajah Fajar, hal itu akibat lecet geser, dan dari hasil analisa kedokteran, sesuai untuk luka pola jatuh.
Dia pun menyesalkan sikap keluarga korban yang menolak untuk dilakukan autopsi terhadap jenazah. "Keluarga tidak mau dilakukan autopsi, sehingga kita tidak bisa ketahui penyebab membengkaknya jantung korban," bebernya.
Mauluddin pun menggaransi, hasil pemeriksaannya tersebut tidak disusupi oleh kepentingan tertentu, atau menguntungkan pihak lain.
"Boleh dicek di dokter atau rumah sakit (RS) lain. Kami bekerja secara profesional dan sesuai fakta," bebernya yang juga merupakan anggota Disaster Victim Identification (DVI) Indonesia Timur ini.
Sebelumnya, Wakil Rektor III UMI Abd Gani menyebutkan, sejak tahun 2000 lalu, kampusnya tidak lagi menggelar orientasi pengenalan kampus (Ospek) kepada mahasiswa baru, dan menggantinya dengan pesantren kilat di Pesantren Mahasiswa Darul Mukhlisin Padang Lampe Pangkep.
(san)