Wali Kota Solo siap bantu tuntaskan konflik keraton
A
A
A
Sindonews.com - Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengaku tidak mendapatkan undangan pengukuhan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Panembahan Agung Tedjowulan sebagai Maha Menteri Keraton Kasunanan Surakarta, serta pelantikan pengageng Surakarta.
Atas alasan tidak mendapatkan undangan Wali Kota yang akrab disapa Rudy ini memilih tidak hadir.
“Jadi kemarin ada permintaan untuk melakukan seperti itu (halal bi halal), tapi saya minta jangan dulu dilakukan. Soalnya persoalan-persoalan yang mendasar belum selesai. Yang saya kawatirkan ini malah justru akan memunculkan persoalan baru, kan nantinya malah justru sulit untuk diselesaikan. Kalau soal undangan saya terus terang tidak dapat, jadi saya ngurusi PAUD dan padat karya saja,” jelasnya usai pembukaan padat karya penutupan saluran limbah di Kampung Belik Jambe, Kelurahan Pucangsawit, Senin (26/8/2013) .
Rudy menjelaskan, seharusnya jika memang ada keinginan dari masing-masing pihak untuk menyelesaikan konflik, harusnya dilandasi keinginan untuk menyelesaikan dengan sebenar-benarnya.
“Jangan sampai dikait-kaitkan dengan politik titik. Ini poin penting kalau konflik mau selesai. Biar bagaimanapun keraton itu aset nasional, aset bangsa, aset negara. Jadi jangan sampai ada keinginan-keinginan tertentu untuk menungganggi persoalan yang ada di kraton,” jelasnya.
Disinggung mengenai rencana dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk mempertemukan dua kubu, Rudy menjawab hal itu harus akan dilakukan.
Tidak hanya itu saja, Rudy juga berkomitmen untuk menyelesaikan konflik tersebut secara tuntas.
“Ya, kalau mau menyelesaikan harus menyelesaikan sampai tuntas. Jangan sampai ditengah jalan terus malah ditinggal,” tegas Rudy.
Lebih lanjut, Rudy berharap keluarga besar putra dalem, dan sentana dalem harus rukun terlebih dahulu. Baginya itu adalah kunci awal menyelesaikan persoalan ini.
“Jika memang benar hari ini ada konflik lagi, nanti akan kita bantu menyelesaikan. Yang jelas saya minta jangan sampai ada apa-apa. Bagaimanapun fisik bangunan kraton sudah memprihatinkan. Kalau terjadi kerusakan sangat berat nanti malah perbaikan malah makan banyak dana,” katanya.
Bicara keraton sebagai kawasan wisata potensial di kota Solo, Rudy mengatakan kawasan itu merupakan aset nasional, sehingga kalau ada wisatawan mau ke Solo dan kondisi kratonnya seperti ini, Rudy meminta warga agar tidak bangga dengan sebutan Solo sebagai kota Pariwisata.
“Ya kita jangan jadi warga Solo yang bangga bahwa Kota Solo sebagai kota pariwisata kalau tidak mau bersama-sama menyelesaikan persoalan ini. Dan pihak keraton harus sdar mengakiri konflik ini,” katanya.
Atas alasan tidak mendapatkan undangan Wali Kota yang akrab disapa Rudy ini memilih tidak hadir.
“Jadi kemarin ada permintaan untuk melakukan seperti itu (halal bi halal), tapi saya minta jangan dulu dilakukan. Soalnya persoalan-persoalan yang mendasar belum selesai. Yang saya kawatirkan ini malah justru akan memunculkan persoalan baru, kan nantinya malah justru sulit untuk diselesaikan. Kalau soal undangan saya terus terang tidak dapat, jadi saya ngurusi PAUD dan padat karya saja,” jelasnya usai pembukaan padat karya penutupan saluran limbah di Kampung Belik Jambe, Kelurahan Pucangsawit, Senin (26/8/2013) .
Rudy menjelaskan, seharusnya jika memang ada keinginan dari masing-masing pihak untuk menyelesaikan konflik, harusnya dilandasi keinginan untuk menyelesaikan dengan sebenar-benarnya.
“Jangan sampai dikait-kaitkan dengan politik titik. Ini poin penting kalau konflik mau selesai. Biar bagaimanapun keraton itu aset nasional, aset bangsa, aset negara. Jadi jangan sampai ada keinginan-keinginan tertentu untuk menungganggi persoalan yang ada di kraton,” jelasnya.
Disinggung mengenai rencana dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk mempertemukan dua kubu, Rudy menjawab hal itu harus akan dilakukan.
Tidak hanya itu saja, Rudy juga berkomitmen untuk menyelesaikan konflik tersebut secara tuntas.
“Ya, kalau mau menyelesaikan harus menyelesaikan sampai tuntas. Jangan sampai ditengah jalan terus malah ditinggal,” tegas Rudy.
Lebih lanjut, Rudy berharap keluarga besar putra dalem, dan sentana dalem harus rukun terlebih dahulu. Baginya itu adalah kunci awal menyelesaikan persoalan ini.
“Jika memang benar hari ini ada konflik lagi, nanti akan kita bantu menyelesaikan. Yang jelas saya minta jangan sampai ada apa-apa. Bagaimanapun fisik bangunan kraton sudah memprihatinkan. Kalau terjadi kerusakan sangat berat nanti malah perbaikan malah makan banyak dana,” katanya.
Bicara keraton sebagai kawasan wisata potensial di kota Solo, Rudy mengatakan kawasan itu merupakan aset nasional, sehingga kalau ada wisatawan mau ke Solo dan kondisi kratonnya seperti ini, Rudy meminta warga agar tidak bangga dengan sebutan Solo sebagai kota Pariwisata.
“Ya kita jangan jadi warga Solo yang bangga bahwa Kota Solo sebagai kota pariwisata kalau tidak mau bersama-sama menyelesaikan persoalan ini. Dan pihak keraton harus sdar mengakiri konflik ini,” katanya.
(lns)