Sengketa, Asrama Sumsel dibongkar paksa
A
A
A
Sindonews.com – Mahasiswa yang tinggal di Asrama Sumatera Selatan (Sumsel) di Jalan Purnawarman No 57 Bandung dikagetkan dengan kedatangan belasan orang yang tiba-tiba meruntuhkan sebagian dinding bangunan.
Padahal, saat diruntuhkan paksa, lima mahasiswa yang belum mudik masih berada dalam asrama itu.
Di tengah kebingungan dan keterkejutan, para mahasiswa itupun segera melapor ke polisi. Saat ini kondisi asrama sudah hancur berantakan.
Kapolsekta Bandung Wetan Kompol Herryanto ketika dikonfirmasi mengatakan, awalnya polisi mendapat laporan jika asrama dirusak oleh puluhan orang tak dikenal.
“Saat kita datangi, ternyata mereka itu para tukang (kuli) yang memang disuruh untuk membongkar asrama atas perintah Yayasan Batang Hari IX (Bandung),” jelasnya kepada wartawan di lokasi kejadian, Senin (8/5/2013).
Usut punya usut, ternyata pembongkaran tersebut tanpa didahului dengan koordinasi pengurus asrama. Tidak ada koordinasi antara pihak Yayasan Batang Hari IX (asrama) dengan Yayasan Batang Hari IX Bandung yang baru saja terbentuk.
“Saat ini, para tukang dan saksi-saksi termasuk mahasiswa diamankan di Polrestabes Bandung. Sementara pihak asrama telah melaporkan kejadian tersebut atas tuduhan perusakan,” bebernya.
Wakil Ketua Himpunan Alumni Mahasiswa (Hamas) Sumsel yang juga pengurus asrama mengaku kaget atas kejadian tersebut.
Pasalnya, selama ini pihaknya telah mengantongi Surat Keputusan (SK) dari Gubernur Sumsel untuk mengurus asrama tersebut.
Sementara pihak Yayasan Batang Hari IX Bandung yang baru saja terbentuk tetap bersikeras ingin menguasai asrama dan melakukan rehabilitasi.
“Kita sudah minta mediasi terus-menerus. Tapi tetap tidak digubris oleh mereka. Hingga akhirnya terjadi pembongkaran yang tanpa sepengetahuan kita,” katanya.
Saat ini, pihak asrama telah memberitahukan kepada 30 orang penghuni yang sebagian besar sudah pulang ke Sumsel.
“Di sini ada 30 mahasiswa. Sekarang tinggal lima mahasiswa yang belum pulang karena ada urusan kuliahnya. Untuk yang sudah pulang, tadi sudah dikasih tahu dan mereka sangat sedih,” ucapnya.
Pihaknya kini tengah memikirkan bagaimana nasib barang-barang penghuni asrama yang dibiarkan di luar tanpa ada penutup. Sementara kondisi bangunan kini sudah hancur, atap, pintu, jendela, dan sebagian tembok sudah diratakan.
Dari pantauan, beberapa petugas kepolisian masih melakukan penjagaan di sekitar lokasi. Untuk kepentingan penyeldikan tempat tersebut ditutup dan dipasangi police line.
Padahal, saat diruntuhkan paksa, lima mahasiswa yang belum mudik masih berada dalam asrama itu.
Di tengah kebingungan dan keterkejutan, para mahasiswa itupun segera melapor ke polisi. Saat ini kondisi asrama sudah hancur berantakan.
Kapolsekta Bandung Wetan Kompol Herryanto ketika dikonfirmasi mengatakan, awalnya polisi mendapat laporan jika asrama dirusak oleh puluhan orang tak dikenal.
“Saat kita datangi, ternyata mereka itu para tukang (kuli) yang memang disuruh untuk membongkar asrama atas perintah Yayasan Batang Hari IX (Bandung),” jelasnya kepada wartawan di lokasi kejadian, Senin (8/5/2013).
Usut punya usut, ternyata pembongkaran tersebut tanpa didahului dengan koordinasi pengurus asrama. Tidak ada koordinasi antara pihak Yayasan Batang Hari IX (asrama) dengan Yayasan Batang Hari IX Bandung yang baru saja terbentuk.
“Saat ini, para tukang dan saksi-saksi termasuk mahasiswa diamankan di Polrestabes Bandung. Sementara pihak asrama telah melaporkan kejadian tersebut atas tuduhan perusakan,” bebernya.
Wakil Ketua Himpunan Alumni Mahasiswa (Hamas) Sumsel yang juga pengurus asrama mengaku kaget atas kejadian tersebut.
Pasalnya, selama ini pihaknya telah mengantongi Surat Keputusan (SK) dari Gubernur Sumsel untuk mengurus asrama tersebut.
Sementara pihak Yayasan Batang Hari IX Bandung yang baru saja terbentuk tetap bersikeras ingin menguasai asrama dan melakukan rehabilitasi.
“Kita sudah minta mediasi terus-menerus. Tapi tetap tidak digubris oleh mereka. Hingga akhirnya terjadi pembongkaran yang tanpa sepengetahuan kita,” katanya.
Saat ini, pihak asrama telah memberitahukan kepada 30 orang penghuni yang sebagian besar sudah pulang ke Sumsel.
“Di sini ada 30 mahasiswa. Sekarang tinggal lima mahasiswa yang belum pulang karena ada urusan kuliahnya. Untuk yang sudah pulang, tadi sudah dikasih tahu dan mereka sangat sedih,” ucapnya.
Pihaknya kini tengah memikirkan bagaimana nasib barang-barang penghuni asrama yang dibiarkan di luar tanpa ada penutup. Sementara kondisi bangunan kini sudah hancur, atap, pintu, jendela, dan sebagian tembok sudah diratakan.
Dari pantauan, beberapa petugas kepolisian masih melakukan penjagaan di sekitar lokasi. Untuk kepentingan penyeldikan tempat tersebut ditutup dan dipasangi police line.
(lns)