BPBD bentuk sister village

Senin, 29 Juli 2013 - 04:14 WIB
BPBD bentuk sister village
BPBD bentuk sister village
A A A
Sindonews.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang membentuk Sister Village (Desa Saudara) di 19 desa di wilayah kawasan rawan bencana III (KRB III) erupsi Merapi.

Upaya tersebut dilakukan sebagai langkah solutif setelah erupsi kecil Gunung Merapi pada tanggal 22 Juli 2013.

Sebanyak 19 desa KRB III tersebut tersebar di tiga kecamatan yakni Kecamatan Sawangan (3 Desa), Kecamatan Srumbung (8 Desa) dan Kecamatan Dukun (8 Desa). Desa-desa itu nantinya berpasangan dengan Desa di Kecamatan Muntilan, Srumbung, Mungkid, Pakis, Candimulyo, dan Mertoyudan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Sujadi menjelaskan, sistem Sister Village berfungsi saling memberikan pertolongan. Jika terjadi erupsi, maka 19 desa tersebut mengungsi ke wilayah pasangannya.

"Sebetulnya, sudah ada embrio sister village. Namun, pasca embusan kemarin, lebih diintensifkan lagi,” jelasnya, Minggu (28/7/2013).

Sejauh ini, terdapat dua desa masih dalam proses mendapatkan desa saudara, yaitu Desa Wonolelo di Kecamatan Sawangan dan Desa Sengi Kecamatan Dukun.

“Konsep sister village ditindaklanjuti sejak embusan 22 Juli lalu. Dengan sister village akan dapat mengurangi kepanikan warga terdampak erupsi, mempermudah evakuasi, mempermudah pendataan, dan juga mempermudah manakala menyampaikan logistik. Termasuk, meminimalisir keluarga pengungsi agar tidak terpisah,” paparnya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo, mengatakan pembentukan sister village tersebut, untuk menyikapi kondisi Merapi.

Menurut Joko, meski kondisi dan status merapi aktif normal dan terjadi embusan di beberapa daerah tetap mengungsi.

“Maka tidak hanya status awas dan waspada. Kita tekankan ke Kades ancaman bencana Merapi tidak terduga. Dengan sister village akan lebih intensif lagi bentuk kewaspadaan masyarakat,” ujarnya.

Joko menambahkan, berdasar pemaparan BPPTKG, ada beberapa kubah lava di puncak Merapi yang mulai rapuh. Yakni, kubah lava tahun 1905 yang mengarah ke Kaliworo, Klaten. Dan kubah lava 1948 , yang sudah mulai berguguran.

Jika kubah runtuh, menurut Joko, diperkirakan material bisa mengarah ke Magelang meski 80 persen mengarah ke arah Tenggara atau Sleman, Yogyakarta.

“Karena kubah tersebut berhulu di Sungai Apu, Sungai Trising, Sungai Senowo, Sungai Blongkeng, dan Sungai lamat,” tandasnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1004 seconds (0.1#10.140)